Jennie tidak mengerti mengapa sekolah harus mengadakan perayaan kelulusan.
Menurutnya itu benar-benar membuang waktu. Dia merasa tidak nyaman menggunakan gaun yang menurutnya membuat dia menjadi terlihat lebih tua.Masalah terbesar selain mengenakan pakaian yang formal adalah pestanya.
Jennie benci pesta. Seumur hidupnya, dia bahkan belum pernah menghadiri pesta apapun. Terlebih lagi, dia tidak akur dengan teman-teman sekelasnya, dan dia tidak mengerti kenapa dia harus hadir kepesta itu.Jennie tidak ingin berdansa dengan mereka, dia tidak ingin berbagi dengan mereka, dia pasti tidak bisa bersenang-senang dengan mereka.
Jadi ketika waktu dansa dimulai dan semua orang memenuhi lantai, dialah yang pertama menyelinap ke lorong. Gadis bermata kucing itu hanya ingin pestanya segera berakhir agar ayahnya bisa datang menjemputnya.
Jennie duduk di salah satu bangku lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya dan mulai bermain, setidaknya dengan cara itu dia bisa memanfaatkan waktunya sebaik mungkin.
Disisi lain, Lisa buru-buru berjalan melewati teman menarinya untuk mencari Jennie, dan dia terpaksa dengan sopan menolak undangan dansa yang diterimanya di sepanjang jalan.
Lisa menghela nafas dan hampir menyerah, Namun secercah harapan segera menyinari dirinya begitu matanya tertuju pada taman yang tak jauh dari pintu masuk.
Lisa tersenyum bodoh, seperti yang hampir selalu dia lakukan ketika dia memata-matai Jennie dari kejauhan, kemudian gadis bermata hazel itu berjalan diam-diam ke arahnya dan langsung duduk di sebelahnya, menyebabkan Jennie praktis mendengus kesal. Dia tidak perlu menjadi seorang jenius untuk mengetahui siapa yang mengganggu ketenangan pikirannya.
"Nini, kamu tahu tidak?" Lisa memulai. "Ini hari terakhir kita bersama, alangkah baiknya jika kamu mau berbagi waktu denganku sebentar." Jennie bahkan tidak bergeming.
"Apa kamu tidak sedih karena kita tidak akan sering bertemu lagi?""Kita akan bersekolah di SMP yang sama, idiot," Jennie mendecakkan lidahnya, tanpa mengalihkan pandangan dari ponselnya.
"Tapi bagaimana kalau kita tidak satu kelas Nini? Itu akan sangat buruk, bukan begitu? Jadi sekarang, kita harus memanfaatkan waktu kita bersama,"
Lisa berdeham untuk menuntut perhatiannya, tetapi tidak berhasil.
"Lagi pula kita akan menghabiskan hari liburan tanpa bertemu satu sama lain, bukankah itu membuatmu sedih?""Tidak." Suara Jennie setajam biasanya.
"Nini..." Lisa memanggilnya dengan nada suaranya yang manis. "Berdansalah denganku sebentar, Aku berjanji akan meninggalkanmu sendirian sepanjang malam ini," janjinya.
"Apa kamu serius? Apa kamu benar-benar akan meninggalkanku sendirian nanti?" Lisa mengangguk cepat sedangkan Jennie menghela nafas dan memasukkan kembali ponselnya ke dalam sakunya.
"Oke, tapi kamu tidak boleh-""Ya, ya, terserah!" Dan tanpa menunggu lebih lama lagi, Lisa meraih tangannya untuk membawanya kembali ke pesta dansa.
Jennie hampir merasakan kepalanya berputar saat dia berjalan melewati pintu dan segera di sambut oleh suara musik yang menggelegar.
Semua siswa dan siswi disana tampak bersenang-senang dan tiba-tiba dia merasa malu saat Lisa membawanya ke arena dansa.
"Lisa." Jennie berhenti, menyebabkan Lisa juga melakukan hal yang sama. "Apa kita benar-benar akan berdansa?"
"Tentu saja."
"Tapi kita berdua sama-sama perempuan, ini akan aneh."
Seketika seringai terbentuk di bibir Manoban.
"Tidak ada yang aneh, Nini." Lisa tersenyum, mencoba meyakinkannya. Jennie menatap teman-temannya yang menari dengan euforia bahkan tanpa mengikuti irama.
"Kamu lihat kan? Disini, kamu bahkan tidak perlu tahu cara menari, yang terpenting adalah bersenang-senang."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nothing's Gonna Change My Love For You (GXG)
HumorLisa dan Jennie bertemu ketika mereka berusia 5 tahun. Bagi Lisa, dia yakin jika dirinya telah menemukan gadis tercantik didunia. Sementara Jennie, tidak bisa menghindari rasa kesalnya terhadap gadis bermata hazel yang sejak hari pertama mereka ber...