"Oh.. kalian ya yang namanya Rubi dan Celia?" kata wanita yang tadi datang awal.
Aku langsung berdiri dan berusaha tersenyum sopan, begitu juga dengan Celia yang juga langsung mengikutiku berdiri.
"Selamat pagi nyonya dan tuan, benar nama saya Rubi, ini adik saya Celia dan ini asisten saya Ryujin" kataku sambil membungkuk hormat dan memperkenalkan adikku dan asistenku.
"Panggil paman dan bibi saja nak," kata pria yang aku yakini ayah dari Marko itu diikuti oleh anggukan semuanya.
"Aigoo... bagaimana bisa ada gadis-gadis secantik kalian? Seandainya aku punya anak laki-laki aku pastikan salah satu dari kalian jadi menantuku," kata wanita yang memeluk Hae Soo dan aku yakini dia adalah ibunya.
"Benar, sayang aku hanya punya 1 anak jadi tidak bisa menjadikan mereka menantuku," kata wanita yang memeluk Jirim.
"Apa lagi aku.. anakku cuman Marko masa aku suruh menikah lagi," kata wanita yang ternyata mertua Jirim.
"Eommaaaa... Marko oppa punya ku," sahut Jirim sambil mengerucutkan bibirnya.
"Aigoo... aigooo... putri ku, eomma mu ini hanya bercanda nak," kata wanita itu sambil menepuk pipi Jirim pelan.
"Apa aku jodohkan saja ke Jay ya?" kata ibu Marko.
"Kak Jay? Kak Jay juga hidup," kata Andy tercengang.
"Iya eomma, aku setuju. kak Jay bekerja terus tidak pernah mencari perempuan," kata Jirim semangat.
Aku dan Celia yang mendengar itu hanya diam dan saling lirik berusaha biasa saja. Aku melirik sekilas Jerico yang melihat ke arah ayah dan ibunya dengan tatapan sedih begitu juga dengan Andy yang ingin sekali memeluk ibunya tetapi tidak bisa. Aku sekilas juga melihat ayah Hae Soo, ayah yang pada zaman dulu adalah seorang monster berhati dingin tetapi di zaman sekarang dia adalah sosok ayah yang sangat hangat dan menyayangi putrinya. Kami berbincang sebentar tapi mata ku tidak lepas dari Jerico yang terus berada disamping Hae Soo hanya karena pamannya dikehidupan dulu berada disamping tempat tidur putrinya. Kami terus mengobrol hingga tampa sadar ayah Hae Soo tiba-tiba menghampiriku dan menyerahkan kartu namanya, aku agak syock tapi aku berusaha biasa saja. Yang lebih membuatku tercengang adalah Jerico hanya maju beberapa langka saat ayah Hae Soo menyerahkan kartu namanya dan hanya Andy yang maju dan melindungi Celia. Sakit? sangat bahkan aku merasa aku tidak berharga untuknya.
"Ini kartu nama paman jika kau butuh sesuatu hubungi paman ya jangan sungkan," kata ayah Hae Soo sambil menepuk bahu ku pelan.
"Terima kasih Paman," kata ku sambil menunduk sopan dan memberikan senyum yang paling sopan pada pria itu.
"Suami ku memiliki bisnis garmen Rubi, jika kau butuh kain atau apapun bilang saja pada suami ku," kata ibu Hae Soo dengan senyumnya yang sangat manis dan keibuan.
"Terima kasih banyak bibi, sekarang aku tau dari mana pintarnya Hae Soo soal kain, ternyata memang sudah turunan dari orang tua. Hae Soo sangat pandai memilih kain bahkan kain yang Hae Soo pilih untuk pakaian mereka adalah kain yang paling bagus dan paling ringan, aku saja yang sudah bertahun-tahun berkutat dengan kain tidak memikirkan kain itu, tapi Hae Soo merekomendasikan kain yang dia pilih dan saat aku mencoba membuat sesuatu dari kain itu wah hasilnya sangat bagus, kelihatannya yang harusnya menjadi designer itu Hae Soo bukan aku," kata ku sambil tersenyum ramah pada mereka semua.
"Kau bisa saja Rub, aku hanya pandai dalam kain tapi tidak pandai dalam merancang baju," kata Hae Soo dengan tertawa malu-malu.
Kami berbincang-bincang agak lama hingga aku sadar aku harus kembali karena hari semakin siang dan kami sudah terlalu lama meninggalkan rumah dan butik. "Ohh.. sudah siang maafkan kami, kami harus pulang, paman dan bibi terima kasih sudah mengobrol dengan kami," kataku sambil bangkit berdiri diikuti Celia dan Ryujin.
KAMU SEDANG MEMBACA
SILA || Noren (End)
FanfictionCerita ini mengandung adegan dewasa 21+ dimohon para readers yang masih dibawah umur bisa melewati cerita ini. Terima kasih... Ketika cinta, kasih sayang dan persahabatan mengalahkan kegelapan dan kejahatan. Rubi dan Celia anak yatim piatu yang haru...