06. Mima Marah? 🔞

1.5K 50 2
                                    

Hari ini Chenle dibuat terkejut, dengan laporan yang baru saja ia terima dari direksi keuangan pabrik.

"Bagaimana mas Jisung tak sadar kalau ada dana yang terbakar segini? Lumayan loh ini,"

Jangan kalian kira tugas Chenle hanya mengurus rumah saja, ingat nama Pjs Bakery tak se meledak sekarang jika tangan Chenle tak ikut andil.

Chenle rutin memeriksa laporan dari masing-masing bagian direksi, ibarat mah sang Nyonya itu wakilnya Tuan Park.

"Mas Jisung kudu di kasih tau nih," gumam Chenle.

.

Chenle bukanlah seorang ibu rumah tangga yang bodoh, sebagai wakil dari CEO Park, si Mima bahkan rutin membuat jadwal pengecekan di masing-masing direksi setiap seminggu sekali.

"Biaya produksi bahkan biasanya tak sampai segini loh," gumam Chenle.

Setelah menyuapi kedua putranya dan menidurkan si kecil, Chenle lantas berjalan menuju ruang kerja suaminya, mencoba mencocokan laporan yang ia terima dengan file yang ada di laptop kerja Jisung.

.

Pukul empat sore, biasanya Jisung baru pulang dan benar Chenle melihat wajah kesal suaminya ketika sampai rumah.

"Mas," seperti biasa Chenle lantas meraih tangan suaminya sembari mengambil tas kerja Jisung.

"Mas capek? Semua baik-baik saja kan dikantor?" tanya Chenle.

Jisung sesaat mengembuskan nafas berat, memeluk Chenle agar setidaknya beban barusan sedikit berkurang.

"Mima udah tau laporan dari setiap direksi perusahaan belum?" tanya Jisung lemas.

"Sebaiknya kita bahas ini, setelah mas mandi sama makan yah, Mima udah siapin air hangat, Baba mandi dulu biar Mima panasin makanan Baba okey?"

Jisung tersenyum, sungguh definisi penyempurna hidupnya adalah Chenle, ia tak bisa membayangkan bagaimana nasibnya dulu ketika tak ada Mima.

.

Jisung sudah datang ke meja makan, itu artinya sang lelaki sudah bersih, dan saatnya Chenle berbicara bukan sebagai istri, tapi sebagai wakil pimpinan perusahaan yang butuh sekali penjelasan atas kasus ini.

"Mas barusan masing-masing wakil direksi mengirim laporan hasil produksi terkait angka pemasok jumlah barang kita, dan biayanya kenapa ngga stabil banget mas?"

Sang suami menatap istrinya sebentar, lalu menghembuskan nafas kasar lagi.

"Kata pemimpin pabrik, beberapa bahan pangan roti sedang naik dek," jelas Jisung.

Chenle menggeleng, sebagai seorang ibu rumah tangga, anak itu setidaknya tau seputar bahan pangan harga pasar, mungkin senaik naiknya paling cuma selisih sedikit.

"Mas aku juga paham perkembangan harga pasar, tapi ini dilaporan kurvanya naik berlebihan banget," sambung Chenle.

"Terlebih kita ibarat konsumen yang langsung tertuju dari produsen, separuh dari produksi juga dari ladang gandum sendiri kan mas? Kamu jangan lupa kalau kamu punya lahan kurang lebih dua hektar untuk gandum dan lain-lain," jelas Chenle lagi.

"Apa perlu aku turun ke kantor lagi setiap hari kalau begini terus?" racau Chenle seolah memojokan Jisung.

"Sejak kapan kamu sok berkuasa seperti ini?"

Jisung menatap tajam istrinya, menurutnya Chenle sudah terlalu jauh.

"Kamu nilai aku ngga bisa mimpin perusahaan begitu?" sanggah si jangkung lagi.

𝙽𝙶𝙴𝙱𝙴𝚃 𝙺𝙰𝚆𝙸𝙽 𝟸 | 𝙲𝙷𝙴𝙽𝙹𝙸 🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang