POV Laras
“Sayang. Gimana kalau kamu mengalami hal yang sama?”
Pertanyaan Mama membuatku sedikit terperangah. Kenapa perasaanku menjadi tak karuan? Seperti ada sesuatu hal yang Mama sembunyikan dariku. Akan tetapi, itu apa?
“Maksud Mama apa? Ya enggak ada kata kalau, Ma. Ayah enggak mungkin dan mustahil kalau berselingkuh dari Mama. Ayah cinta banget sama Mama, dan orang yang setia. Aku tahu, Ayah enggak akan pernah mengkhianati kita, Ma. Ayah itu, Ayah terbaik yang pernah Laras punya.”
Benar. Mustahil sekali Ayah berani berselingkuh dan mengkhianati kami. Beliau adalah sosok yang selalu membuatku bangga dan panutan dalam hidup ini.
Ayah itu cinta pertama bagiku, pun Ayah terbaik yang pernah kumiliki. Selama ini, beliau tak pernah membuatku atau Mama kecewa. Kebahagiaan terus melingkupi keluarga kecil kami sampai sekarang.
Lagi pula, pernikahan orang tuaku sudah berjalan cukup lama, dan selama itu pula, aku tak pernah melihat mereka bertengkar sedikit pun apalagi di depanku. Bagaimana tidak, Mama itu wanita yang menurutku tak memiliki cacat, sangat tidak mungkin bagi Ayah kalau sampai berpaling.
Akan tetapi, jawaban dari Mama membuatku lega. Katanya, beliau hanya berandai-andai saja. Meski dapat kulihat linangan air mata di pelupuk mata Mama, membuat hati ini sedikit tak tenang. Ada apa dengan Mama? Semoga saja tak ada masalah yang berarti antara kedua orang tuaku.
Kata Mama, Ayah akan merayakan ulang tahunku tahun ini dengan mengundang teman-teman dekatku, dan bertanya hadiah apa yang ingin kuminta kali ini.
Ah. Mendengar itu semua, membuatku semakin menyayangi Ayah dan Mama. Aku saja lupa tentang ulang tahunku. Akan tetapi, mereka dengan perhatiannya mengingat hari bersejarahku setiap tahunnya.
Aku senang sekali mendengar perkataan Mama, dan berniat mengundang teman-teman sekelas untuk hadir di pestaku nanti. Untuk hadiah yang Mama dan Ayah tanyakan biar kupikirkan nanti. Saat ini aku tak ingin apa pun dari mereka karena.
Diri ini bingung meminta apa, segalanya telah mereka penuhi dan kumiliki. Aku tak pernah merasa kekurangan apa pun sehingga tak ada apa pun yang kuinginkan. Aku hanya berharap kebahagiaan terus melingkupi keluarga kami. Apa pun masalah di antara orang tuaku sekarang, kuharap hanya pertengkaran kecil dan mereka akan berbaikan lagi seperti semula.
**
Akhir-akhir ini, aku selalu tak sengaja melihat Mama terlihat murung dan menangis sendirian. Beberapa kali kulihat dari kejauhan, Mama termenung di dapur ketika memasak. Berkali-kali juga ia menyeka air matanya yang keluar. Namun, ketika kudekati serta kutanyakan, Mama selalu berkelit dengan berbagai alasan.
“Mama kelilipan debu tadi.”
“Mama habis ngupas bawang merah.”
Dan banyak lagi alasan kalau aku memergoki Mama menangis. Awalnya aku percaya dengan apa yang Mamaku katakan. Namun, lama kelamaan aku mulai curiga dan merasa aneh. Kenapa sering sekali aku memergoki beliau menitikkan air mata. Apalagi tak jarang kulihat mata Mama terlihat bengkak seperti selesai menangis ketika keluar dari kamar.
Namun, aku tidak bisa berbuat apa-apa, hanya selalu memanjatkan doa di setiap selesai sembahyang agar semuanya baik-baik saja.
Ada yang membuat diri ini merasa tak wajar. Sudah berminggu-minggu Ayah berubah. Selain semakin sibuk dan jarang di rumah, Ayah juga tak seperhatian dulu kepada kami. Beliau terus saja sibuk dengan ponselnya dan tak jarang menghindar ketika mengangkat telepon yang masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lebih Baik Tanpamu
RomanceOrang bilang, cinta pertama seorang anak perempuan adalah ayahnya. Bagaimana jikalau sang Ayah sendiri yang menghancurkan rasa cinta itu? Ini adalah kisah bagaimana perjuangan seorang Ibu membuat sang putri bahagia pasca perceraiannya. Kisah pengkhi...