Kamu Prioritasku

24 8 0
                                    

Happy Reading!

****

Untuk Udara Medina Sophia, perempuan yang selalu menjadi prioritasku setelah mama.

****

Udara menghela napas berat ketika melihat Hans berada di depan gerbang sambil memainkan kunci mobilnya. Ada beberapa siswi mendekati tetapi ia cuek dan mengatakan kalau sedang menunggu perempuan yang sebentar lagi mereka akan bertunangan dan menikah.

Udara mendelik tajam ketika telunjuk Hans mengarah kepadanya dan mengatakan,"Itu calon istri saya! Lebih cantik daripada kalian."

Ketika melihat Udara seketika mereka insecure.   Wajah gadis perpaduan cantik dan manis. Ketika memandangnya tidak ada rasa bosan. Ditambah senyuman Udara yang membuat Hans mabuk kepayang.

"Calon istriku, sini," kata Hans membuat Udara mendelik tajam.

Udara menghampiri Hans lalu berusaha tersenyum dan sedikit menunduk kepada teman-teman sekolahnya karena malu dengan sikap Hans sedikit berlebihan. Apalagi saat tangan Hans tiba-tiba mengandeng Udara seolah-olah tak mau lepas.

Melihat kemesraan Hans dan Udara membuat beberapa siswi itu pergi karena merasa panas dan cemburu. Hans terlalu tampan hingga banyak yang mengantre untuk menjadi pacarnya.

"Hans, aku mohon jangan ganggu aku lagi," pinta Udara memohon.

"Nggak bisa, Dara. Itu akan menyiksaku," kata Hans.

"Tapi kamu yang lebih menyiksaku, Hans," ujar Udara tak tahan lagi dengan sikap Hans yang seenaknya.

"Aku nggak akan menyiksamu, Dara. Aku mencintaimu," ungkap Hans.

"Kalau kamu mencintaiku, tolong jangan kekang aku, Hans. Aku berhak berteman dengan siapa saja. Jangan pernah cemburu kalau aku berteman dengan laki-laki." Udara merasa bersalah ketika mendapat kabar kalau teman-teman laki-lakinya dihajar oleh anak buah papa Hans.

"Bagaimana aku nggak cemburu kalau mereka sedekat itu dengan kamu. Kalian tertawa bahagia, sedangkan ketika bersamaku kamu selalu marah-marah." Hans tak terima diperlakukan seperti itu oleh Udara. Ia ingin Udara lebih memperhatikannya lebih dari laki-laki mana pun.

"Mereka hanya temanku, Hans. Mereka tahu kalau aku punya kamu! Jadi, jangan sakiti mereka karena rasa cemburumu itu!" marah Udara.

Dengan terpaksa Udara mengatakan Hans adalah miliknya. Daripada ia tolak terus menerus dan Hans semakin membuat masalah. Lebih baik ikuti saja dulu permainan ini. Karena sepertinya hanya Udara yang bisa mengendalikan mengontrol emosi Hans.

"Aku punya kamu?" ulang Hans karena merasa perkataan itu tidak pernah keluar dari mulut Udara.

Udara mengangguk ragu sedangkan Hans berteriak senang lantas memeluk gadisnya itu dengan erat. Udara hanya diam saja karena pikirannya sekarang berkecamuk. Sekarang ia resmi menerima Hans sebagai kekasih dengan terpaksa demi teman-temannya.

"Terima kasih, Udara. Aku senang perjuanganku selama ini tidak sia-sia. Pada akhirnya, kamu menerima perasaanku," ucap Hans bahagia tetapi Udara malah sebaliknya.


Keesokan harinya, Hans memberi diskon di kafe Ariana sebagai bentuk perayaan hubungannya dengan Udara resmi sebagai sepasang kekasih. Udara yang duduk di kursi paling ujung dekat jendela menghela napas.

"Semoga keputusan yang aku ambil benar," ucap Udara.

Udara melihat teman-teman Hans datang dan melambaikan tangan kepadanya. Udara tersenyum dan mengangguk sopan. Mereka terlihat ikut bahagia karena perjuangan Hans selama satu tahun ini tidak sia-sia.

UDARA DI LANGIT KOTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang