Senyuman Penuh Luka

21 6 0
                                    

Happy Reading guys!

***

Udara tak banyak bicara ketika cacian selalu keluar dari mulut Aurel. Dia hanya tersenyum elegan. Untuk apa meladeni perempuan yang tidak punya malu seperti Aurel. Murahan sekali, sampai-sampai mengaku mengandung anak Hans.

"Apa buktinya kalau itu anak Hans?" tanya Udara.

"Karena dia yang melakukannya!" tegas Aurel.

Udara menoleh Hans yang menggelengkan kepalanya dan memohon agar tak mempercayai Aurel.

"Kalau seandainya memang terbukti anak Hans. Aku rela melepas Hans untuk kamu." Udara berkata begitu tegas dan tenang. Karena memang dia tak mencintai Hans.

"Dara, aku berani bersumpah kalau itu bukan anakku," kata Hans.

"Aku butuh bukti bukan sekedar bicara!" Udara menitikkan air mata, kenapa ia harus menangis? Bukankah ia tidak mencintai Hans?

Udara akui kalau hatinya sangat terluka. Dia sudah mencoba untuk mempercayai Hans tulus mencintainya. Namun, apa yang dia dapatkan sekarang? Sakit dan malu secara bersamaan.

"Kenapa kamu selalu menyakitiku, Hans? Aku terima kamu karena mencoba untuk percaya kalau kamu benar-benar mencintaiku. Tapi, kenapa tiba-tiba perempuan ini datang? Lalu menghancurkan kepercayaanku padamu!" Tangis Udara tak terbendung lagi.

Aurel tersenyum bahagia karena rencananya berhasil. Ia tidak mau melepas Hans begitu saja. Meskipun berpura-pura hamil sangat memalukan tetapi demi bersama Hans apa pun akan ia lakukan. Lebih tepatnya, harta Hans yang sangat menggoda.

"Kamu harus tanggung jawab, Hans! Ini anak kamu!" Aurel mencoba meraih tangan Hans tetapi langsung ditepis oleh empunya.

"Diam!" teriak Hans.

Hans tidak tega melihat kekasihnya menangis karena perempuan licik itu. Ia pun langsung mendekap tubuh mungil Udara.

"Maafkan aku, Udara. Aku tidak pernah melakukannya," ucap Hans.

"Buktikan, Hans. Kalau dia bukan mengandung anakmu," lirih Udara dengan suara bergetar.

"Aku janji akan mencari bukti," kata Hans.

Rafly dan Jenan muak melihat Aurel mengacaukan acara yang telah mereka persiapkan dengan susah payah. Kenapa perempuan itu datang dan meminta pertanggungjawaban atas apa yang tak pernah Hans perbuat?

"Woi, perempuan gila! Lebih baik kamu pergi saja," usir Jenan.

"Saya yakin, kamu itu hanya pura-pura hamil, kan?" tuding Rafly.

"Aku memang hamil!" ucap Aurel tak terima.

"Halah, jangan kamu pikir kami tidak tahu akal bulusmu itu," seru Jenan.

Pengunjung kafe sekarang mulai bubar karena ada hal penting yang harus mereka lakukan daripada mengurusi masalah Hans. Ada juga masih penasaran kelanjutannya.

Rafly menarik lengan Aurel tetapi perempuan itu memberontak. Tak mau kalah, Jenan ikut membantu.

"Lepasin," pinta Aurel.

"Tidak akan!" Rafly mencengkeram kuat lengan Aurel sampai memerah. "Kamu harus dikasih pelajaran dulu baru mengerti kalau perbuatanmu itu salah!"

Aurel tetap memberontak karena bantal pengganjal perutnya sedikit lagi melorot. Jika itu terjatuh bisa-bisa ia diserbu pengunjung kafe karena sudah berpura-pura hamil. Padahal banyak orang yang mendukungnya saat ini dan mengatakan Udara pelakor.

UDARA DI LANGIT KOTA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang