Akan ada kalimat-kalimat kasar dan kejadian mungkin akan memicu pembaca. Ingat, ini semua hanya bacaan saja, tidak ada hubungannya dengan idol dan apabila ada hal-hal yang menyinggung, tolong diharapkan kebijakan dari setiap yang membacanya. Sekali lagi ini semua hanya karangan, fiksi semata. Terima kasih. Semangat Mley.
__________________🦋🐺___________________
"Joel, ehhh kenapa menangis. Ada yang sakit? Bagian mana yang sakit. Sabar yah Joel. Ini juga suster, kenapa belum datang. Tunggu disini dulu ya Joel, saya panggil susternya dulu".
Baru saja Hanenda mau melangkah, tangannya dipegang erat oleh Joel. "Jangan pergi. Jangan pergi hiks. Joel g mau sendiri. Tolong jangan tinggalin Joel, hiks, Jangan pergi hiks hiks" Joel masih menangis sambil memegang tangan Hanenda, melarangnya untuk pergi. Joel takut, takut Hanenda tidak akan kembali lagi.
Hanenda pun berbalik dan melihat kearah tangannya yang dipegang erat oleh Joel. Ada perasaan membuncah kembali dirasakan olehnya. Sentuhan Joel seakan memantik api yang ingin dipadamkannya. Sentuhan Joel yang lembut ini membuat Hanenda berdesir dari ujung rambut sampai kaki. Katakan lebay ke Hanenda, tapi itu yang dirasakannya. Hanenda mabuk bahkan oleh sentuhan kecil dari Joel.
"Hmm, iya Joel, saya tidak akan kemana-mana, bakalan selalu sama Joel. Saya cuma mau ke ruang suster panggil mereka, sebentar saja yah Joel?". Dengan lembut dan hati-hati Hanenda kembali meminta izin, tapi tetap Hanenda menerima gelengan kepala dari Joel. Manis, lucu, itu yang Hanenda lihat didiri seorang Joel saat ini. Mata sembab dan hidungnya kemerahan akibat tangisannya, membuat Hanenda pun perlahan mengusap lembut mata yang berlinang air itu. "Jangan nangis Joel, saya mohon jangan nangis. Mata mu yang cantik ini tidak cocok untuk tangisan. Mata mu ini hanya pas untuk memancarkan keindahan dunia. Jadi saya mohon jangan menangis. Saya tidak akan kemana-mana. Saya janji Joel. Kamu itu indah Joel. Saya harap kamu ingat itu". Beberapa anggukan diterima oleh Hanenda, setelahnya Hanenda pun tersenyum dan tetap menangkup wajah sendu Joel. Masih menenangkan diri Joel, Hanenda pun meminta izin ke Joel."Joel"
"Hmmm" sambil mendongak kearah wajah Hanenda, Joel bisa melihat kesungguhan dimata boba itu.
"Maaf kalau lancang, tapi boleh tidak saya memeluk Joel. Saya hanya ingin meme..."
Belum selesai perkataan Hanenda, tapi tiba-tiba Joel sudah merengkuh tubuh nan tegap itu. Katakan Joel tidak tau malu. Katakan Joel sudah hilang akal sehat. Tapi sekali ini Joel ingin egois. Joel ingin merasakan hangatnya pelukan, meskipun Joel tau, pelukan ini hanya semu semata. Pelukan ini tidak akan pernah abadi untuknya. Tapi untuk saat ini, sekali saja, Joel ingin merasakan kehangatan.
".....luk." seketika tubuh Hanenda limbung kearah Joel. Dirasakannya dekapan yang erat dan hangat. Hanenda melayang, hanya dengan pelukan seorang Joel, Hanenda seakan mampu terbang keawan. Dengan pelukan Joel, memantik gelora cinta yang ingin dia kubur dalam-dalam. Ternyata Hanenda makin mencinta. Hanenda sudah tidak bisa kembali berpijak. Cintanya ke Joel sudah tidak tertolong. Biarkanlah saat ini dirinya menjadi pendosa, tapi untuk saat ini Hanenda ingin menjaga dan melindungi cintanya. Dihirupnya rambut Joel yang hitam legam itu, memabukkan, apa yang ada didiri Joel, apa yang Joel lakukan, adalah narkotik terhebat yang dirasakan oleh Hanenda. Mungkin begini rasanya kecanduan pikir Hanenda. Sangat memabukkan, sangat surgawi, sangat meluluh lantakkan logikanya. Hanenda makin terbang keawan tidak bisa kembali beepijak kebumi.
"Joel, boleh Bapak bicara dengan Joel. Saya mau minta maaf, saya mohon Joel maafkan perilaku bejat saya kemarin. Kemarin saya sangat emosi. Kemarahan membuatku gelap mata. Saya tau alasan seperti itu tidak membenarkan perilaku tidak baikku ke kamu. Saya memang brengsek, sudah lancang berbuat tidak senonoh ke Joel. Maafkan saya Joel. Saya khilaf. Sumpah demi Tuhan saya kehilangan akal sehat. Maafkan saya. Joel mau memaafkan saya? Tapi seumpama Joel tidak memaafkan, saya ikhlas Joel, terserah Joel mau apakan. Saya terima".
"hiks ... hiks ... hiks ...
Iya aku maafkan Bapak. Aku maafkan tapi aku mau Bapak jangan pernah berbuat hal seperti itu lagi, Joel takut Pak. Joel g mau merasakan hal itu apalagi oleh Bapak. Aku ngerti, Bapak kemarin emosi atau kenapa aku g ngerti tapi aku paham dan akan maafkan Bapak. Joel cuma mau Bapak jangan seperti itu lagi, emosi, marah-marah g jelas karena apa trus lampiasin ke Joel. Jangan Bapak kaya gitu juga ke Joel. hiks.. hiks..""Maaf Joel, saya minta maaf, iya, saya janji tidak akan emosi yang bawaannya akan marah-marah ke kamu. Saya berjanji Joel."
"Jangan berjanji Pak, tapi buktikan, aku sudah muak dengan janji-janji toh nantinya bakalan dilanggar".
"Iya Joel, saya akan buktikan. Saya tidak akan berbuat hal yang akan membuatmu sedih dan menangis lagi. Tolong percaya Joel dan satu hal lagi kamu sekarang tidak sendirian. Ada saya yang akan melindungimu. Saya berjanji Joel. Saya tidak akan melukai kamu lagi. Joel percayakan apa yang saya ucapkan?"
"hiks.. iya, Joel akan percaya Bapak".
"Kalau begitu, jangan nangis lagi yah Joel. Liat matanya bengkak gini kaya dientup lebah. Lucu. Kamu lucu Joel".
"hiks ... apaan sih Bapak. Mana ada mata dientup lebah. Dihhh". Joel pun memukul kecil bahu Hanenda dan melepaskan pelukan mereka. Ada sedikit rasa tidak suka karena harus merelakan pelukan itu.
"Joel, boleh Bapak minta tolong, tolong kalau lagi diluar maksudnya kalau tidak disekolah jangan panggil Bapak. Panggil nama saja. Hanenda. Bapak merasa sangat tua sekali loh Joel. Hehehe"
"Maunya masih muda yah Pak, dihhh, Bapak kan udah 27 jadinya mmm panggil Om aja gimana?" Seru Joel menjahili Hanenda sambil tertawa Joel bisa melihat wajah Hanenda yang berkerut kesal. Selepas itu dia tertawa. "Hahahaaa iya iya, tapi boleh g manggil Aa'. Joel g punya Aa', kadang pengen manggil orang itu Aa' tapi Joel takut ntar malu-maluin hehehe"
Seketika wajah Hanenda memerah bagai buah tomat matang, senyum Hanenda merekah sempurna menambah kegagahan diparasnya. "Iya, tolong panggil Aa' saja. Saya juga mau dipanggil Aa'. Saya tidak punya Adek. Jadi boleh tidak kalau gantinya saya pun panggil Joel dengan Adek?"
"Boleh A'. Sangat boleh manggil Joel dengan Adek. Aa' makasih yah sudah mau bantu Adek. Mmm ini biaya rumah sakit, nanti Adek bisa g nyicil nya A', soalnya uang Adek kayanya g cukup buat bayar biaya rawat Adek".
"Tidak usah Dek, sekarang apapun keperluanmu jadi tanggung jawab Aa'. Kamu tidak usah kuatirkan biaya rawat inapmu. Yang sekarang harus kamu lakukan itu secepatnya sembuh. Kan mau liburan. Kita pergi liburan yuk. Terserah kemana Adek maunya. Aa' turutin".
"A'.. g usah A'. Bayarin rawatku aja aku sudah malu, ini kalau pergi liburan aku kaya maruk banget A'. Adek takut kualat. Nyusahin orang"
"Kan Aa' yang ngajak Dek. Kamu g usah kuatir. Semuanya Aa' yang tanggung. Sekarang kamu tidak usah pusing mikirin apapun itu. Ada Aa', oke Dek manis?" Hanenda yang masih tersenyum itupun membelai pucuk rambut Joel dengan rasa sayang. Sambil mencubit kecil hidung mancung Joel yang memerah itu.
"Kok manis sih A'. Joel ini laki, jadinya harus ganteng dong. Aa' nih kadang-kadang aneh" Joel pun merengut kan bibirnya yang tebal itu. Dan hal itu pun membuat Hanenda makin melemah akan entitas mungil nan lucu yang ada dihadapannya itu. Hanenda pun langsung memeluk erat Joel dan menghirup kembali bau candu yang sangat disukainya.
"Dek, Aa' mohon jangan merengut begitu apalagi dihadapan orang lain yah, g bagus buat hati. Aa' kaya mau mencubit bibirmu Dek. Kamu kenapa lucu sekali, Ya Tuhan ciptaanMu yang satu ini lucu dan menggemaskan sekali. Hanenda tidak kuat hahaha"
Joel hanya bisa memerah semerah-merahnya, dia makin menelusup masuk kedalam pelukan Hanenda. Pelukan ini yang akan menjadi hal paling favorit dirinya mengalahkan apapun itu yang ada didunia. Pelukan Hanenda adalah keajaiban dunia. Dia terpesona dan makin jatuh didalamnya.
Hanenda, Joel jatuh dan mabuk akan cinta kepada mu.
🦋🐺
KAMU SEDANG MEMBACA
Syama Artjuni
FanfictionHanenda - Joel, didalam sebuah utasan kelam semesta. Mereka hanya inginkan kisah mereka laksana Asmaraloka tapi sayang norma diatas asmara. Mereka tak punya kuasa untuk melawan takdir Pemilik Kehidupan.