Chapter 8 : Watch (nsfw 21+)

414 5 0
                                    

Note :
Harap diperhatikan cerita ini bertema dewasa dengan kink CHEATING CUCKOLDING yg mungkin tidak cocok utk sebagian orang, plus PENUH ADEGAN DEWASA 21+.
Baca dengan konsekuensi ditanggung sendiri.

TOLONG DIPERHATIKAN BATASAN UMUR SEBELUM MEMBACA!

BILA TOPIK TIDAK COCOK, JANGAN DITERUSKAN!

Hari perayaan berakhir.
Kami check out n makan siang sebelum pulang.
Sesampainya gue di rumah, gue sibuk beres2 n menyiapkan bahan utk masak nanti malam.

Setelah semua selesai.
Gue baru sadar klo Dante n Timmy menghilang.

Gue mencari mereka.
Terutama Timmy, gue perlu bicara.
Gue takut dia sedih.

Gue mengecek setiap ruangan yg ada di bawah.
Tapi ga menemukan mereka.

Deg.

Gue naik ke atas.
Pintu kamar gue n Timmy tertutup.

Apakah mereka...?
Di sore hari...?

'Apa loe mau melihatnya langsung?'
Pertanyaan Dante semalam terngiang di kepala gue.

Mungkinkah?

Gue mengecek dari yg paling dekat dari jangkauan gue.
Tangan gue terulur ke pegangan pintu kamar gue.

Gue tekan n dorong.
Hening.
Ga ada siapa2 di kamar gue.

Kaki gue berjalan ke pintu kaca menuju balkon.
Entah sudah berapa malam gue jalani, gue sudah terbiasa mengintip melalui balkon ini.
Gue menuju pintu kaca kamar Timmy.

Masih sore, gordennya terbuka.

Di sana, di atas ranjang Timmy, gue melihat mereka.

Timmy membungkuk berpegangan erat pada headboard ranjangnya, sementara Dante berlutut di belakangnya, pinggulnya bergerak dengan brutal, mendorong p*nis besarnya memasuki lubang rapat milik Timmy.
Sesekali Dante memukul kedua b**ty montoknya secara bergantian.
Mereka tampak sangat menikmati aktivitas seksual mereka.

Tangan gue otomatis turun mengosok gundukan gue yg mulai naik.
Gue mencoba mengikuti ritme mereka.

Tiba2 Dante menoleh.
Dia memandang gue, lalu tersenyum.

Sambil memandang muka gue yg h*rny ini, dia mempercepat pergerakannya di belakang Timmy.
Timmy sepertinya ga tahan, dia bergetar n memuncratkan p*junya di sprei.

Dante yg masih memandang gue, meneruskan hujamannya dengan lebih keras n brutal.
Timmy tampak seperti boneka seks yg hanya bisa pasrah mengikuti ritme genjotan Dante.

Gue mulai ga tahan, sensasi kali ini sangat kuat, sangat jelas.
Gue membasahi celana gue.

Dante melihat celana khaki gue menggelap di area selangkangan.
Senyumnya semakin lebar.
Dante mendongak n mempercepat akselerasinya ke lubang Timmy, punggungnya yg indah menegang, sepertinya dia keluar.

Cairan p*junya yg berwarna putih mengalir di paha Timmy.
Dante menarik tubuh Timmy yg lunglai di depannya.
Dia mencium tengkuk Timmy, lalu mengambil dagunya utk mencium bibir merahnya dalam2.

Gue memutuskan undur diri utk membereskan celana gue yg basah ini.

Saat gue mencuci celana gue di kamar mandi, ada ketukan di pintu.

"Kenapa kabur?"
Suara Dante terdengar dari balik pintu.

Gue sudah ganti celana.

Gue buka pintunya.
Dante hanya mengenakan celana training.
Tubuhnya masih berkeringat, berkilau akibat aktivitas barusan yg menguras tenaga.

"Malu," jawab gue datar.
Gue ga tau harus pasang ekspresi seperti apa.

Dante tertawa.
Dia menarik gue ke pelukannya.
Lalu mencium gue.
Bibir yg dia pake utk mencium Timmy barusan.
Samar2 gue bisa mencium aroma p*ju.

"Sudah lama?"
Gue iseng bertanya.

"Gue h*rny liat b**ty Timmy di ruang gym."
"Kemarin malam hanya satu sesi, kurang."
"Jadi gue angkut dia waktu loe masuk ke dapur."

Gue tadi masuk dapur jam 3an artinya ini uda hampir 2 jam mereka melakukannya.
Gue ga sadar...

Mereka bertemu diam2 n melakukannya di belakang gue.

Gue excited membayangkannya.
Muka gue memerah.
Pikiran gue kotor.

Dari tadi Dante tersenyum memperhatikan gue.
Matanya yg tajam menatap gue.
"Gue suka liat ekspresi loe," bisiknya.

Gue membalas senyumnya n memilih jujur.
"Sepertinya gue...menikmatinya..."
"Hmm...sangat menikmatinya..."

Malam itu gue kembali berkumpul dengan Timmy.
Di lehernya ada cupang yg sengaja ditinggalkan Dante.
Dante membelai2 kepala n pipi Timmy di depan gue.

Malam itu, gue menemui Timmy.
Besok dia sekolah jadi dia sedang membereskan buku.
"Kapan Timmy tau klo Kakak melihat kalian melakukannya?"

Timmy berhenti sejenak.
Dia berbalik melihat gue.
Setelah terdiam beberapa saat, dia tampak mencoba mengingat2.
"Suatu malam, Timmy melihat gorden agak terbuka, Timmy mau menutupnya, tapi Kak Dante melarang."

"Lalu dia cerita soal fantasi seksual..."
Timmy perlahan bercerita...

"Dia menduga Kakak punya kecenderungan menikmati saat melihat interaksi kami."
"Jadi Timmy ikuti."
Dia yg cerita, dia yg merona.

"Tapi Timmy ga keberatan."
Timmy buru2 menegaskan.
Adik gue ini...

"Timmy, Kakak sampe detik ini, ga ngerti rasa suka sama seseorang."
"Timmy bilang Timmy suka Dante."
"Dante juga sayang sama Timmy."
"Dia bersedia menanggung kita semua."
"Hanya, Dante bilang dia berniat meresmikan hubungan dengan Kakak."
"Kakak bingung kenapa dia ga bisa melepaskan Kakak."
"Padahal Kakak uda siap utk undur diri n membiarkan kalian menjalin hubungan."
Gue menceritakan problem hubungan kita bertiga yg jadi bertautan.

"Kakak ga tau kenapa Kak Dante bertahan dengan Kakak?"

Gue menggeleng.

"Kak, Timmy pikir Kak Dante menyukai Kakak."

"Bagaimana bisa?"
"Dibandingkan Timmy, Kakak sangat biasa, membosankan."
Gue memang merasa gue ini biasa sekali.

"Itu karena Kakak ga bisa melihat kelebihan sendiri."
"Timmy yakin daya tarik Kakak buat Kak Dante lebih dari sekadar ketertarikan seksual."
"Bahkan Timmy ini juga senang bisa selalu bersama Kakak, walaupun bukan utk alasan seksual."

"Timmy memang suka Kak Dante."
"Tapi Timmy baru mengenal dekat selama beberapa bulan terakhir ini."
"Timmy akui klo bersama Kak Dante itu...mmm...lebih ke ketertarikan seksual."
"Maksudnya, secara fisik Kak Dante itu perfect, benar2 bentuk ideal cowo impian Timmy selama ini."
Timmy tersipu2.

"Hanya Timmy sadar, Kak Dante bukan cowo biasa."
"Timmy ga yakin bisa mengenalnya lebih dalam, tanpa persetujuannya, bahkan ga kebayang bagaimana berpacaran dengan cowo seperti Kak Dante."

"Jadi klo Kakak bisa bertahan dengan Kak Dante, itu adalah yg terbaik buat Timmy."
"Lalu...klo...klo Kakak n Kak Dante ga keberatan...apa Timmy bisa bersama kalian terus?"
"Itu harapan Timmy."
"Tapi, ya itu, hanya harapan saja..."
Timmy makin memerah, dia buru2 menepuk2 pipinya yg panas.

Gue menatap Timmy.
"Jadi Timmy ga keberatan...klo kita bertiga..."

Mata Timmy malah berbinar2.

Ok, anak ini memang transparan.
Gue rasa gue mengerti perasaan Dante saat menyaksikan kami berdua.

Longing-Desire (mxm Cheating Cuckolding 21+)Where stories live. Discover now