Ting...
Pintu lift rumah sakit terbuka. Bama dan Binta bersiap naik menuju lantai delapan, tempat dimana Baskara dirawat secara intensif. Semula di lantai satu, dua dan tiga lift berfungsi dengan baik, namun saat melewati lantai empat tiba-tiba lampu lift berkedip-kedip, angka di lift pun juga masih menunjukan angka empat.
Segala tombol telah Bama tekan begitupun tombol intercom yang berfungsi sebagai navigasi memanggil bantuan, namun nihil semua itu tidak berfungsi.
Seketika Binta terasa panik dan terus merapalkan sebuah doa untuk keselamatannya, tangannya bahkan dengan lancang terulur melingkar erat di lengan Bama.
"Kamu kenapa?" merasa Binta tidak sedang baik-baik saja dan bibirnya memucat Bama pun bertanya menyelidik.
Sebelum menjawab Binta berjongkok lalu memegangi dadanya. "Aku agak sesek napas."
Bama pun berancang-ancang berjongkok ingin memeriksa lebih lanjut keadaan Binta tapi tepat Bama berjongkok lampu di dalam lift mati. Binta pun teriak, baru saja phobia gelapnya tadi di bicarakan sekarang ia malah harus mengalami kejadian yang membuatnya kini ketakutan.
Warna gelap telah menyita penglihatan Binta, kecemasan semakin melandanya. sampai-sampai lehernya terasa tercekik.
Bama secepatnya mengambil ponsel yang tersimpan di saku celananya. Segera jemarinya menghidupkan lampu flash dari ponsel, Meski cahayanya tidak mencangkup seluruh ruangan Bama harap Binta bisa sedikit tenang, tapi nyatanya Binta malah semakin takut dan menangis histeris. Buliran-buliran keringat terus keluar, tubuhnya seketika merasakan panas dingin, tangannya bahkan bergetar tak karuan.
Akhirnya dengan suara yang tidak terlalu bagus, Bama bernyanyi lagu "jangan takut gelap." mantra yang telah di setujui oleh Binta kalau memang lagu itu bisa memulihkan phobia nya.
Jangan takut akan gelap
Karena gelap melindungi diri kita
Dari kelelahan
Dan Berhasil, Binta akhirnya bisa mengendalikan rasa ketakutannya. Ia berusaha menahan agar dirinya tidak pingsan karena kalau sampai Binta tidak sadarkan diri. Bisa saja Bama melakukan suatu hal yang bisa mengancam keselamatan dirinya.
Ting...
Akhirnya Pintu lift terbuka bersamaan pula lampu menyala, kejadiannya m sekitar sepuluh menit tapi phobia Binta benar-benar sangat menyiksanya. Andai saja dulu saat masih bergelimpangan harta, ia menurut pada ayah dan bunda nya untuk terapi menghilangkan phobia nya pasti sekarang Binta tidak akan menderita seperti sekarang ini.
"Kami meminta maaf atas apa yang terjadi." ucap petugas teknisi lift setelah membantu Bama mengeluarkan Binta dari dalam lift.
"Maaf?" Bama menatap teknisi lift dengan amarah. "Asal bapak tau, adik saya hampir mau mati di dalam sana? Kalau memang sedang ada perbaikan seharusnya di beri tanda."
KAMU SEDANG MEMBACA
BAMA BINTA
Teen FictionSimbiosis mutualisme adalah kata yang tepat untuk menyimpulkan hubungan antara Binta dan Bama. Keduanya saling membutuhkan satu sama lain agar saling menguntungkan. Namun lama kelamaan karena pertemuan keduanya yang begitu intens rasa simbiosis mut...