11. penyelesaian yang tak terduga

32 17 4
                                    

Tak mengindahkan permintaan Fara Bama pun kembali duduk di kursi kebangsaannya sembari berkata. "Harus sama aku? Emang nggak bisa mama aja? Aku sibuk, mama tau sendiri aku banyak kerjaan, ma."

"Nggak bisa, kamu harus ikut. Masalahnya Kana bertengkar sama Binta di sekolah."

Kening Bama berkerut, matanya membola. "Apa? Kana dan Binta? mereka saling kenal?"

"Bukannya kamu bilang tadi pagi, kamu mau anterin Binta ke sekolahnya. Seharusnya kamu tau dong kalau Kana dan Binta satu sekolah?" balas Fara.

"Ya, aku tau kalo Binta dan Kana satu sekolah cuma aku ga nyangka kalau mereka saling kenal."

Fara bertolak pinggang. "Namanya satu sekolah dan satu angkatan udah pasti saling kenal, Bama."

"Berati mama juga udah tau dari awal kalau mereka satu sekolah?"

"Tau, bahkan waktu pertemuan dengar para orang tua mama pernah papasan bertemu juga dengan Bianka, Bundanya Binta."

"Sudah ada pertemuan sama Bundanya Binta, terus mama sama sekali nggak ada niat buat mempertemukan beliau dengan Pak Baskara?"

"Bukan kapasitas mama memaksa Bianka bertemu dengan pak Baskara."

Bama mengusap wajahnya. Ia betul-betul tak habis pikir dengan mamanya seakan ingin mencuci tangan dari kesalahannya sendiri yang sudah jelas menghancurkan hubungan Baskara dengan Bianka anak kandungnya.

"Lagian kalau mama berusaha memperbaiki hubungan pak Baskara dan Bianka sudah pasti kamu tidak akan ada di ruangan ini."

"Mama kenapa jadi seperti ini sih ma? Mama terkesan jadi tokoh antagonis yang menghalalkan segala cara hanya demi harta."

Fara tertawa sinis, seakan-akan ia membenarkan apa yang Bama katakan.

"Mama dari dulu memang seperti ini, kamu aja yang baru sadar kalau mama tidak sebaik yang kamu kira. Apapun yang mama lakuin juga buat kamu buat adik-adik kamu juga."

tubuh Bama sedikit meremang. bisa-bisanya selama puluhan tahun hidup bersama mamanya, pria itu sama sekali tak mengenali sifat asli mamanya.

"Mama awalnya juga tidak ingin menunjukkan seperti apa sifat mama sebenarnya. mama ingin terlihat seperti ibu peri di mata kalian semua. Namun kamu malah bertindak seenaknya menghancurkan apa yang sudah mama rencanakan bertahun-tahun lamanya."

"Ma..maksud mama tindakan seenaknya apa? keputusan yang aku buat selama ini selalu atas persetujuan pak Baskara dan mama."

"Dengan kamu membawa Binta ke kehidupan kita itu adalah keputusan yang salah, kamu tidak ada sedikitpun meminta pendapat mama atau mengajak mama berdiskusi. kehadiran dia adalah ancaman buat mama, kamu dan adik-adik kamu." geram Fara murka sampai tak sadar tangannya menarik kerah baju Bama karena terbawa emosi.

Tatanan wajah Bama mengeras. "Mama berpikir Binta adalah sebuah ancaman bagi kita, terus kenapa mama malah menyuruh aku menerima perjodohan dengan Binta?"

"Karena tidak ada pilihan lagi, keputusan bodoh kamu itu membuat hubungan Baskara dengan Binta menjadi lebih dekat, kini bagi Baskara Binta adalah segalanya, seperti yang mama bilang tadi kalau kamu menikah dengan Binta. baskara akan lebih mudah menyerahkan seluruh hartanya pada kita, lalu meski kehadiran binta di hidup kita, kita tidak akan kehilangan apa-apa."

"Mama benar-benar licik, mama dengar aku tidak akan pernah mau menikah dengan binta. aku juga tidak akan pernah takut jika harus tersingkir dari perusahaan ini."

"Terserah kamu mau bilang apa, tapi yang jelas. setelah binta lulus kamu tetap akan menikah dengan dia. Membuat Pak Baskara mau menikahi mama saja bisa, apa lagi hanya menikahkan kamu dengan binta itu adalah hal yang mudah."

BAMA BINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang