5. Pertemuan

35 19 2
                                    

Selamat membaca ☺️

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Selamat membaca ☺️

***

"Kamu Binta?"

Tangan lemas Baskara mengelus pucuk kepala Binta.
Kerinduannya terhadap cucuk nya sungguh sangat terobati. Ia bahagia karena setelah sepuluh tahun akhirnya bisa menatap Binta secara dekat lagi.

Wajah cantik yang Binta miliki tidak bisa di pungkiri bahwa wajah itu betul-betul mirip dengan Bianca Wiryotomo anak kandung perempuannya. Baskara terhanyut dalam kesedihan mengingat putri kandungnya yang sampai meninggal pun juga belum bisa memaafkan kesalahan-kesalahannya yang terdahulu.

"Kamu tumbuh cantik. Kakek bahagia bisa bertemu kamu lagi."

Binta tersenyum terharu. "Binta juga bahagia bisa ketemu kakek lagi."

Semua orang di dalam ruangan itu berharap, atas pertemuannya Baskara dan Binta. Keadaan Baskara akan membaik, dari dulu keinginan Baskara hanya satu bisa menatap dan memeluk cucuknya dari dekat.

"Bama.." setelahnya Baskara dengan napas pendek nya memanggil Bama. Membuat pria itu berjalan mendekat.

"Terimakasih sudah bawa Binta ke sini. Bapak, titip Binta.Tolong bantu bapak urus keperluan Binta."

"Bapak tenang aja, Bama akan urus segalanya, Bama juga sudah menunjuk pak Kasim, pengacara terbaik yang akan mendampingi pak Prasetya dalam proses persidangan. Jadi bapak nggak perlu memikirkan apa-apa lagi, bapak cuma perlu istirahat."

Kini giliran kepala Bama yang Baskara elus halus. Anak tiri laki-lakinya itu memang selalu bisa di andalkan dalam hal apapun.

"Sekarang udah ketemu sama cucu kamu. Itu artinya kamu harus sembuh, ya. Kamu kan pengen kita semua kumpul bareng dan sekarang sudah tercapai." pinta Fara sang istri yang ingin Baskara sembuh dari penyakitnya, meski perbedaan umur keduanya dua puluh tahun, Fara sangat menyayangi Baskara dan merasa sedih kalau Baskara terbaring di rumah sakit seperti ini.

Hanya senyum yang terukir pada Baskara, raut wajahnya sungguh sangat bahagia. Ia harus kembali sehat agar bisa menebus waktu yang sudah terbuang selama sepuluh tahun lalu.

Beda hal nya dengan Binta gadis itu menangis dalam diam. Mengingat pertemuannya dengan Baskara begitu dramatis.

"Kak Bama udah cerita semuanya. Andai Binta tau kalau kakek masih hidup, Binta pasti akan cari kakek."

Sebelum membalas ucapan Binta, baskara menggerakkan tangan memencet tombol otomatis tempat tidur, menaikan kepala tempat tidur agar menopang tubuhnya yang lemas nya yang ingin berganti posisi menjadi duduk.

"Meskipun dulu kamu tau kakek masih hidup, mama kamu juga tidak akan mengizinkan kamu bertemu dengan kakek. Kakek sudah terlalu dalam menyakiti hati mama kamu."

"Maaf, Semua yang terjadi adalah salah saya." kata Fara dan memeluk Binta dari belakang.

Pelukan Fara menyita perhatian Binta. Ia merespon memejamkan mata, Binta meresapi pelukan itu entah tulus tidaknya ia juga tak perduli.

BAMA BINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang