오늘 진짜 피곤한 하루를 보냈어
[Hari Ini Sangat Melelahkan]"Apakah separah itu, Kak?" Seokmin bertanya, raut wajahnya menampakkan rasa penasaran yang besar pada Jeonghan yang sedang menikmati makan siang di hadapannya.
"Hmm..." Jeonghan berdehem, mengiyakan pertanyaan retoris tersebut yang berkaitan dengan model perempuan yang mereka temui di studio beberapa jam lalu. Si Jang Mihye, perempuan yang mengejar-ngejar Jeonghan sejak setahun lalu.
"Pantas kau menolak ajakan makan siangnya sampai berbohong."
"Tidak ada cara lain." Kata Jeonghan malas dan Seokmin manggut-manggut, mulai paham alasan Jeonghan bersikap dingin pada perempuan cantik yang dilihatnya tadi.
Awalnya Seokmin bingung dengan sikap Jeonghan yang kewalahan saat Mihye menyapanya. Perempuan itu, di mata Seokmin, sangat cantik. Cukup aneh jika Jeonghan tidak jatuh hati kepada perempuan itu sampai Jeonghan bercerita tentang apa yang selama ini terjadi kepadanya setiap berhubungan dengan Mihye. Perempuan itu sangat terobsesi dengan Jeonghan, sangat terobsesi sampai mengganggu pekerjaan Jeonghan sebagai model. Dan jika Seokmin menjadi Jeonghan, ia mungkin akan bersikap dingin pula pada perempuan itu.
"Tidak heran ia bisa terobsesi padamu, Kak. Kau memang cantik dan tampan." Kata Seokmin yang tidak pernah berhenti tergugah akan kelebihan Jeonghan tersebut sampai pria yang ia puji itu menghela napas panjang.
"Sekali lagi kau bilang begitu, foto aibmu akan ku jadikan meme dan ku sebar di internet."
"Hah? Foto apa!? Aku hanya berkata jujur, kok. Bagaimana bisa aku berbohong mengataimu jelek!?"
"Cukup diam saja. Hari ini kau sudah mengatakannya berulang kali sampai aku lelah mendengarnya." Keluh Jeonghan sedikit tidak enak hati karena sudah emosi kepada Seokmin yang mungkin memujinya secara tidak sadar.
"Ahh... maaf maaf... tapi aku memang tidak bisa pungkiri jika pesonamu saat menjadi model sangat mengagumkan, Kak." Seokmin beralasan, benar-benar jujur sampai Jeonghan mengatupkan bibir, menahan diri untuk tidak menegur Seokmin yang sebenarnya tidak berbuat salah. Pria yang sudah dianggapnya sebagai adik itu memang tidak bisa berbohong dan tidak berniat untuk menggodanya pula kali ini.
"Tapi, kalau diingat-ingat, ini bukan pertama kalinya untukmu ya, Kak?" Tanya Seokmin retoris, mengejutkan Jeonghan sampai pria itu berhenti mengunyah makan siangnya.
"Hm?"
"Ya, waktu di universitas, kau dikejar banyak orang sampai rasanya aku tidak pernah melihatmu makan siang di kantin mahasiswa." Cerita Seokmin sembari mengingat-ngingat apa yang terjadi saat mereka masih duduk di bangku kuliah. Meski beda jurusan, Seokmin sangat tahu masa-masa perkuliahan Jeonghan. Pria yang juga tetangganya itu sangat terkenal seantereo kampus karena kecantikannya, bahkan sampai ke jurusan dan angkatan Seokmin yang gedungnya tidak begitu jauh dari gedung jurusan Jeonghan.
"Hm... berhenti bercerita dan cepat habiskan makan siangmu." Titah Jeonghan kemudian, enggan membuka cerita lama yang membuatnya trauma hingga sekarang.
Seokmin pun menurut, teringat makan siangnya yang mulai mendingin di atas meja. Ia tidak benar-benar ingin berhenti bercerita karena ada banyak hal lucu pula yang terjadi menyangkut kehidupan Jeonghan, tapi makan siangnya tidak bisa menunggu.
BRAK!!
"Bisakah kau berhenti menyebarkan rumor palsu tentangku!?" Seru seorang perempuan bersamaan dengan suara pintu restoran yang terbuka kencang hingga tertimpuk dinding restoran.
"Rumor apa!? Bukankah benar kau seperti itu!?" Balas pria di hadapannya dengan suara yang cukup kencang pula hingga seluruh perhatian restoran tertuju kepada mereka termasuk Jeonghan dan Seokmin.
"Kau benar-benar belum bisa move on, ya? Kau yang memutuskanku setelah mengataiku lesbian dan sekarang masih tetap mengataiku di depan staff kantorku!? Aku tidak habis pikir!"
"Bukankah benar seperti itu, Bae Dohee? Kau mencampakkanku karena terus melihat wanita cantik. Siapa? Yewon? Kim Yewon, kan? Kau berselingkuh dengannya saat kita masih pacaran?"
"Ya Tuhan! Choi Seungcheol! Sudah berapa kali ku bilang kalau dia roomate-ku!?"
"Tapi kalian berselingkuh di belakangku, kan?"
"Tidak!"
"Kak! Kakak-kakak ayo berhenti berkelahi! Kita berada di tempat umum!" Seorang pria tiba-tiba datang melerai, tampak kelabakan dengan pertikaian yang terjadi di dalam restoran yang untungnya tidak terlalu ramai itu.
Pria bernama Choi Seungcheol yang wajahnya sudah memerah karena emosi tersebut tampaknya sadar dengan posisi mereka hingga ia segera menutup wajah menggunakan telapak tangan. Satu tangannya yang lain menunjuk perempuan di hadapannya dengan jari telunjuk, lalu berkata dengan geram. "Aku tidak akan pernah melupakan apa yang telah kau lakukan padaku, Dohee."
"Seharusnya aku yang bilang seperti itu." Balas Dohee tak gentar meski tubuh perempuan itu tampak bergetar.
Lalu Seungcheol keluar dari restoran diikuti oleh pria yang melerai mereka, terbirit-birit memasuki van hitam yang baru sampai di depan restoran, meninggalkan Dohee yang sudah berjongkok sambil terisak di samping sebuah meja kosong.
Jeonghan yang mengenal Dohee pun segera berdiri. Ia tidak tahu mengapa, tetapi melihat perempuan itu menangis, mendengar apa yang dikatakan pria bernama Seungcheol tersebut membuatnya ingin menghampiri Dohee. Sikapnya pun mengejutkan Seokmin yang turut berdiri mengikutinya dan ketika Jeonghan sudah berada di dekat Dohee, langkahnya tiba-tiba terhenti.
"Dohee! Ya Tuhan! Anakku!" Seru seorang perempuan bercelemek menepuk punggung Dohee dengan pelan. Perempuan itu seperti pemilik restoran yang diperkirakan Jeonghan berumur sama seperti Ibunya--dan mungkin memang Ibunya Dohee setelah mendengar panggilan yang keluar dari mulutnya.
"Huhuhu... Bibi..."
"Ya Tuhan! Ku pikir siapa yang bertengkar di restoranku! Ternyata kau!"
"Maaf, Bibi..." Dohee terisak dan Jeonghan yang masih berdiri tidak jauh dari dua perempuan itu menghela napas lega. Ia tidak tahu hubungan Dohee dengan pemilik restoran itu, tetapi ia bersyukur setidaknya Dohee tidak sendirian sekarang.
"Kau mengenalnya, Kak?" Tiba-tiba Seokmin berbisik, mengejutkan Jeonghan yang berniat kembali ke kursinya.
"Tidak." Jawab Jeonghan sekenanya dan buru-buru berbalik untuk menyantap makan siangnya kembali.
Seokmin pun percaya. Ia melirik Dohee yang sudah berdiri dipeluk bibi pemilik restoran dengan wajah yang basah oleh air mata, merasa kasihan karena pertengkarannya dengan seorang pria ditonton oleh orang lain.
"Kasihan." Bisik Seokmin dan Jeonghan tidak membalasnya. Pria itu tidak tahu ingin merasa kasihan atau tidak. Toh, pertengkaran Dohee dengan pria bernama Seungcheol itu bukan urusannya dan Jeonghan tidak ingin ikut campur.
Tindakan yang dilakukan Jeonghan tadi hanya refleks saja, merasa tidak enak hati membiarkan Dohee menangis di depan umum. Toh, ia memang mengenal perempuan itu meski telah mengatakan hal yang sebaliknya kepada Seokmin.
Entahlah. Jeonghan tidak ingin terlalu memikirkannya. Hari ini rasanya sangat melelahkan. Ia tidak tahu mengapa ada banyak hal yang terjadi sampai ia tidak bisa berpikir dengan tenang. Rasanya benar-benar ingin pulang untuk beristirahat.
Thank you for reading! If you like it don't forget to like and comment ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Boy
FanfictionBae Dohee menyukai wanita cantik dan membenci model pria. Kehidupan asmaranya pun tidak pernah berjalan mulus hingga ia bertemu dengan pria impiannya, seorang pria cantik bernama Yoon Jeonghan.