진짜 때리고 싶다!
[Aku sangat ingin memukulmu!]"Kau sebenarnya ingin apa dariku, sih, Seungcheol?" Adalah pertanyaan yang langsung diutarakan Dohee begitu teleponnya diangkat oleh pria menyebalkan yang sudah mengganggu hidupnya sejak setahun belakangan ini. Tanpa basa-basi, tanpa sapaan dan dengan panggilan nama yang sangat formal.
Jelas jika Dohee marah kepada Seungcheol. Pria itu tidak puas menyebarkan berita bohong tentang dirinya dan Yewon, malah kini menyeret Jeonghan yang tidak dikenalnya ke dalam masalah mereka. Dohee tidak paham maksud pria itu melakukannya, maka dari itu, ia memberanikan diri membuka block kontak Seungcheol dan menelponnya.
"Kau bicara apa, sih?"
"Kau menyebarkan berita bohong tentang Jeon--Kak Jeonghan!" Seru Dohee kesal dengan sikap Seungcheol yang sok pura-pura tak tahu. Hampir kelepasan menyebut nama Jeonghan dengan formal karena terlalu emosi.
"Bukankah dia memang menyukai pria?" Tanya Seungcheol pongah, makin memanasi hati Dohee yang rasanya ingin meninju wajah pria itu sekarang juga.
"Dia tidak begitu." Desis Dohee mendikte ucapannya sangking geramnya.
"Oh, ya? Aku dengar dia sering berperilaku aneh saat pemotretan. Dia juga tidak pernah dekat dengan perempuan. Hanya dengan Mingyu--"
"Kau punya banyak waktu untuk mengurusi orang lain, ya?"
"Ah? Haha... tidak. Aku hanya sering, mendengar cerita orang saja." Elak Seungcheol sambil terkekeh dengan kikuk hingga Dohee mendecakkan lidah.
"Apapun itu, jika kau punya masalah padaku, bicara! Jangan ganggu orang-orang di sekitarku! Mereka tidak punya hubungan dengan urusan kita!"
"Memangnya kita punya urusan lagi?"
Mendengar suara Seungcheol yang terkesan ngeyel membuat dada Dohee makin panas. Ia kira masalahnya dengan Seungcheol sudah usai sejak pria itu menyebarkan berita hoax tentang dirinya dan Yewon. Ternyata tidak. Bahkan sampai sekarang pria itu mengganggunya walau Dohee tidak mengerti alasannya kenapa. Akhirnya Dohee menarik napas panjang, berusaha bersabar karena ia tidak bisa meninju pria itu sekarang. Ia hanya bisa berbicara lewat telepon yang masih tersambung.
"Sampai kau menyebarkan berita bohong tentang orang di dekatku, mengartikan jika kita masih ada urusan, Choi Seungcheol."
~~~
"Kenapa kau lemas sekali, Dohee?"
Bibi Lim pemilik restoran dekat kantornya menepuk punggung Dohee dengan pelan, bertanya heran kepada Dohee yang daritadi makan dengan lambat, tidak selahap biasanya. Sampai Bibi Lim khawatir jika masakannya hari ini ada yang salah, yang segera dielak oleh karyawannya.
"Tidak apa-apa, Bi." Jawab Dohee lemas yang sebenarnya tidak bisa menutupi kenyataan jika ia memang sedang tidak baik-baik saja.
Bibi Lim pun mengusap punggung Dohee dan beringsut duduk di sampingnya. Perempuan itu memandang Dohee dengan intens, memperhatikan dua mata sayu Dohee yang sangat jarang ia temukan. Seringnya ia melihat sisi Dohee yang penuh semangat, yang akhir-akhir ini menghilang entah ke mana.
"Bagaimana mantanmu itu?" Tanya Bibi Lim tiba-tiba, tidak terdengar seperti menyelidik karena nada bicaranya sangat santai sehingga Dohee tidak terlalu terkejut, malah teringat bagaimana ia membuat restoran Bibi Lim menjadi arena adu mulutnya dengan sang mantan.
"Bibi tahu tidak, sih? Alasan seseorang yang suka mengganggu kita terus-menerus, bahkan sampai menyeret orang-orang di dekat kita itu apa?"
Selama beberapa saat Bibi Lim terdiam, memandang plafon restorannya sambil mengulang-ulang pertanyaan Dohee di kepala. Sedangkan yang barusan bertanya memperhatikannya dengan lamat, sesekali menyumpitkan nasi ke dalam mulut dengan jumlah yang sangat sedikit.
"Karena sebenarnya dia memperdulikanmu?" Tanya Bibi Lim retoris, menghasilkan kerutan pada dahi Dohee.
"Kalau dia peduli mengapa mengganggu?"
Kedua bahu Bibi Lim terangkat, begitu pula alisnya. Perempuan itu tidak segan membalas tatapan Dohee yang mendelik kepadanya.
"Orang-orang punya cara yang berbeda untuk mengekspresikan perasaannya, Dohee. Ada cara yang baik, lalu buruk... tergantung bagaimana dia menghadapi perasaan itu."
"Kenapa jahat sekali mengganggu orang karena peduli?" Tanya Dohee lagi, benar-benar kesulitan menerima jawaban Bibi Lim yang menurutnya sangat bertolak-belakang. Bukankah seharusnya seseorang yang mengganggu orang lain itu melakukan aksinya karena benci?
Bibi Lim mengedikkan bahu. "Mungkin... beberapa orang juga tidak sadar akan perasaannya?"
"Sangat menyebalkan." Dohee menghela napas panjang dan Bibi Lim hanya bisa menepuk-nepuk punggungnya, berharap tepukan itu bisa membuat Dohee lebih tabah karena ia pun tidak bisa memungkiri jika hal itu memang sangat menyebalkan.
Keduanya pun terdiam, tenggelam dalam pikiran masing-masing hingga pintu restoran terbuka. Seorang pria masuk dengan langkah yang cukup besar, kedua matanya menyoroti Dohee yang juga sudah balik memandangnya dengan raut penuh tanya.
"Chan? Ada ap--"
"Boleh kita bicara berdua?'
~~~
Jemari Jeonghan dengan cepat bergerak di atas layar ponsel. Ia meneliti satu per satu orang yang ia ikuti di media sosial, mencari akun pria kurang ajar yang telah melakukan pelecahan seksual kepadanya kemarin untuk di-block. Untung Jeonghan masih mengingat wajah pria itu, yang membuat perutnya sedikit mual sehingga ia ingin menghapus memori tentang pria itu selamanya setelah mem-block akunnya kelak.
Tidak bisa dipungkiri, jika Jeonghan merasa dunianya kembali runtuh setelah dilecehkan oleh pria tak dikenal itu. Ia bahkan baru bisa bangun dari tidur setelah terlelap beberapa belas jam di atas kasur, sampai ia memundurkan beberapa jadwal kerja meski harus kena omelan klien. Jeonghan pun tidak bisa memaksa diri. Ia terlalu lemas, pikirannya juga masih runyam.
"Dapat." Desis Jeonghan melihat foto pria bernama Jinhyeong itu. Rasanya menjijikkan hingga buru-buru Jeonghan meng-unfollow akun pria itu dan mem-block-nya tanpa ragu.
Tangan Jeonghan sedikit bergetar saat melakukannya dan ketika profil pria itu sudah ter-block dari akunnya, napas Jeonghan terhela panjang, merasa lega luar biasa. Ia tidak pernah mengira kejadian seperti kemarin bisa terjadi lagi dalam hidupnya. Salahnya pula yang tidak menyadari sikap Jinhyeong dan sudah terlalu lelah pula sampai membiarkan dirinya terkecoh oleh sikap ramah pria itu.
Rasanya mengesalkan sampai Jeonghan ingin sekali memberikan bogem mentahnya kepada pria itu meski tubuhnya jauh lebih kecil. Sayang sekali, ketika itu terjadi ia terlalu terkejut. Tubuhnya tidak bisa ia kontrol sampai Dohee datang membantunya.
Memalukan. Jeonghan meringis, menutup wajahnya menggunakan kedua telapak tangan. Ia bersyukur akan kedatangan perempuan itu, tetapi tidak bisa dipungkiri juga jika Jeonghan tidak ingin Dohee tahu apa yang terjadi pada dirinya.
Jeonghan pun jadi bertanya-tanya. Apakah Dohee bisa menjaga rahasianya? Apakah perempuan itu bisa menjaga mulut dan tidak menceritakan apa yang terjadi kemarin kepada Mingyu?
Gusar. Jeonghan merasa isi pikirannya makin banyak dan bertumpuk. Memusingkan kepala hingga Jeonghan menutup kedua matanya dengan rapat. Berharap ia bisa terlelap lagi karena dengan itu pikirannya bisa tenang.
Thank you for reading! If you like it don't forget to like and comment ^^

KAMU SEDANG MEMBACA
Pretty Boy
FanfictionBae Dohee menyukai wanita cantik dan membenci model pria. Kehidupan asmaranya pun tidak pernah berjalan mulus hingga ia bertemu dengan pria impiannya, seorang pria cantik bernama Yoon Jeonghan.