2. Nolandra Bagaskara

1.4K 177 34
                                    

*

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*

"Ibu, abang boleh beli ini tidak?" tanya Nolan pada ibunya yang sedang memasak.

"Kakak gak punya?" tanya ibunya tanpa menoleh sedikitpun ke arah Nolan.

"Tidak tahu."

"Tanya kakakmu dulu ya.. kalau tidak ada, baru ibu belikan."

Nolan mengangguk pelan lalu beranjak ke kamar kakak perempuannya, Niandra Bagaskara. Nolan masuk di dalam kamar kakaknya setelah mengetuk pintu, ia mengedarkan pandangannya, saat melihat objek yang dicari ada di meja belajar kakaknya, ia tersenyum.

"Kakak, Nono bisa minta pewalna itu tidak?" Nolan menunjuk pensil warna satu set itu.

Nini menoleh mengikuti pandangan adiknya, lalu menggeleng, "Gak bisa, kakak juga masih perlu."

Nolan menipiskan bibirnya sambil menunduk, "Oh.. gitu.."

Nini yang sedang membaca buku mendongak menatap adik laki-lakinya yang sedang menunduk, ia menghela nafas sejenak, "Yaudah deh, ambil aja, nanti biar kakak beli yang baru."

Nolan yang sudah ingin beranjak pergi menoleh kembali ke arah kakaknya, "Benelan kak?" tanyanya dengan mata yang berbinar.

"Hm.."

"Makasih kakak," ucap laki-laki berusia 5 tahun itu sambil mengambil pensil warna milik kakaknya yang sekarang menjadi miliknya.

Nolanpun keluar dari kamar kakaknya dengan wajah yang ceria.

Nolan sudah ingin masuk ke kamarnya tapi matanya menangkap sosok adik yang berbeda 2 tahun dengannya sedang bermain dengan ayahnya di sofa.

Nolan mendekati adiknya, mata Nolan menatap lama mainan adiknya, itu pensil warna yang persis dengan yang ia pegang.

"Ayah, itu punya siapa?" tanya Nolan sambil menunjuk pensil warna yang di gigiti adiknya.

"Punya Adek. Ibu yang beliin tadi pas mereka keluar, kenapa?"

Nolan menggeleng, adik laki-lakinya yang berbeda 2 tahun darinya sudah di beri benda seperti itu padahal adiknya itu belum bisa memegang pensil dengan benar, pikirnya dalam hati.

"Abang mau?" tanya Ayahnya.

Nolan menggeleng, lalu tersenyum sebentar menatap adiknya lalu beranjak masuk ke kamarnya, sepele memang, tapi entah kenapa bisa membuat dadanya sesak.

Sebagai anak kedua, ia harus pintar mengalah dari kakaknya yang satu-satunya anak perempuan, lalu ia juga harus sering mengalah dari adiknya, dengan alasan Nolan sudah besar sedangkan adek masih kecil. Lalu bagaimana dengan dia? Karena seingat Nolan, dirinya juga sering mengalah dari kakaknya, dengan alasan, kakakmu lebih perlu karena dia sudah besar.

Lantas, letak keadilannya ada di bagian mana?

Nolan sering sekali ingin menanyakan hal itu, tapi suatu ketika dia akhirnya sadar sendiri. Kakak perempuannya adalah satu-satunya anak perempuan bagi kedua orang tuanya, sedangkan ia dan adiknya adalah anak laki-laki, tetapi jelas kedua orang tuanya lebih sering 'menyayangi' adiknya karena adiknya adalah anak bungsu, adiknya masih kecil, sedangkan dia sudah besar.

JINGGA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang