**
1 tahun kemudian.
"Pak! Bawain sepeda-sepeda kita ke lapangan." Teriak Nana pada salah satu sopirnya.
"Baik, tuan.."
Nana menoleh ke arah Nono yang sedang membantu Riri pakai sepatu.
"Kita jalan aja, ya? Gue males ikut naik mobil." sahut Nana.
Nono mengangguk, lagipula lapangannya dekat, berada di tengah-tengah kompleks perumahan mereka.
"Nana! Helm Ri-ri mana?"
"Mana gue tau? Emang gue yang simpen?"
"Kan, Nana, kemarin yang ambil pas kita dari lapangan."
"Gak tau."
Nono mengedarkan pandangannya, lalu berjalan ke arah bagasi rumah Nana, ia menemukan helm pink Riri di sana.
"Ada di sini, ayok kelapangan." Teriak Nono.Nana menggandeng tangan kiri Riri untuk menyebrang, sedangkan tangan kanan Riri sudah ada Nono yang memegangnya erat-erat, keduanya memastikan agar Riri tidak ketinggalan.
Sepeda mereka sudah tiba duluan di lapangan berkat supir Nana yang membawa sepeda mereka menggunakan mobil.
"Tuan, saya tunggu di sana ya?" tanya Sopir Nana.
Nana menggelengkan kepalanya, "Pulang aja. Nanti pulang pake sepeda."
"Tapi, Tuan.. bahaya."
Nana melotot, terlihat tidak suka di bantah.
"B-baik tuan.. kalau ada apa-apa telpon saya.."
Nana mengangguk lalu menghampiri Riri dan Nono.
Nono mengambil helm Riri lalu memasangnya, kepala Riri tenggelam membuat Nono tersenyum kecil.
Riri yang mendongak bisa menangkap senyuman kecil Nono, "Nono hari ini senang, ya?" Tanya Riri.
Di antara mereka bertiga, kepribadian Nono memang lebih serius, jarang tersenyum dan kelihatan lebih dewasa, tapi jika sudah bertengkar dengan Nana perihal mainan, beda ceritanya.
Nono menipiskan bibir, "Biasa aja. Udah.." Setelah memasang helm Riri, Nono juga memasang helmnya.
"No. Balapan, yuk?" tantang Nana di sampingnya, yang sudah menaiki sepedanya.
"Ayok, siapa takut." balas Nono.
"Riri juga mau!!" teriak Riri, Setelah satu tahun, akhirnya Riri bisa menyebutkan namanya dengan benar, akibat ajaran dari Nono, dan ejekan dari Nana yang membuatnya semangat menghilangkan cadelnya.
Nana dan Nono kompak menoleh, "Gak usah! ini pertandingan cowok, lo main di pinggir aja." Tolak Nana.
Sebelum Riri menangis, Nono segera menghampirinya, "Riri main di sini aja, ya? Nana sama Nono mau balapan soalnya, kalau Riri ikut nanti kita ga fokus dan takut nyelakain Riri, ya...?" ucap Nono lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA
FanfictionNono, Nana dan Riri. Mereka bertiga temanan sejak kecil, tumbuh bersama hingga dewasa membuat mereka saling menjaga satu sama lain, hingga timbulnya perasaan yang tidak bisa mereka kendalikan, membuat mereka terpecah. Akankah mereka bisa berteman se...