Chapter 7 - memulai langkah baru

348 10 0
                                    

Pagi itu seperti mimpi bagi Elendra, ia tidak menyangka akan kehilangan wanita yang ia punya satu-satunya. Elendra tak henti hentinya menangisi kepergian mamanya. Pasalnya, Elendra memang hanya anak satu satunya dan tidak memiliki kerabat dekat. Karena saudara dari kedua orangtua nya pun tidak tinggal atau dekat di kota yang sama.

"Mas, aku tau semuanya memang susah untuk di ikhlaskan, terlebih yang ilang adalah orangtua sendiri" Ungkap kila sembari melapangkan tangannya di punggung Elendra.

"Saya kecewa sama diri sendiri, saya sakit. Kenapa saya harus egois dengan mama? Harusnya saya engga perlu marah dan kesal karena perjodohan itu" Elendra menangis tepat di samping kila.
Sosok itu telah hilang, selamanya. Seseorang yang masih menanyakan kabar di 2 hari lalu, hari ini ia telah berpulang.

"Mas semuanya sudah takdir, memang sakit ditinggal orangtua, apalagi yang paling kita sayang. kila sudah merasakan itu sejak kila kecil" pernyataan itu membuat Elendra menoleh ke arah Kila. Rupanya ada yang lebih sakit daripada Elendra tapi tetap ingin terlihat tegar.

Suasana duka kembali menyelimuti rumah Elendra. Dosen fisib yang mengetahui tentang kabar orangtua Elendra meninggal pun turut menghadiri pemakaman dan rumah duka.
Sedangkan Syifa hanya dapat mengetahui itu lewat kabar informasi dari teman-temannya.
Syifa tidak pernah bertemu dengan ibunda El sebelumnya, karena banyak hal yang memang belum dipersiapkan. Syifa hanya gadis yang menjadi mahasiswa dan berperan sebagai pacar dari Elendra, namun ia belum mau untuk lebih dalam mengenal keluarga Elendra. Ia hanya mendapatkan kasih sayang dan cinta dari seorang Elendra dan belum terfikirkan akan tujuan kedepan.

suara sering pesan berbunyi

S🌼
Kakak, maafkan syifa ngga bisa disamping kakak. Papa melarang Syifa untuk keluar rumah. Maafkan Syifa ngga bisa temenin kakak untuk istirahat terakhir mama, semoga mama kakak diberikan tempat terbaik ya? Syifa doakan dari sini"

Elendra tidak menghiraukan pesan masuk, ia hanya terpaku dengan jasad ibunya. Ditemani oleh oma dan Kila yang juga berada di samping Elendra.

Pemakaman dilakukan di tempat yang sama, di samping papa Elendra dimakamkan. Suasana duka masih sangat terasa. Walaupun sudah ditinggalkan oleh keduanya. Elendra sebagai anak satu-satu nya merasakan kesedihan yang teramat dalam.

Hari sudah berganti sore, pemakaman yang sudah berjalan pagi dan Elendra harus kembali ke rumahnya.

Rumah Elendra--

"Maaf oma, saya suka merepotkan. Maafkan mama juga kalau mama ada salah sama oma dan kila. Saya akan meneruskan wasiat mama, menikah dengan kila" ungkap elendra yang membuat 2 wanita itu kaget.

"Nak, kalaupun perjodohan itu tidak bisa kamu lanjutkan tidak apa apa, mungkin memang seharusnya kila ngga bersama nak El" Jawab oma dengan nada lembut.

"Oma, saya hanya meneruskan wasiat mama, saya tidak masalah untuk itu" ungkapan itu keluar dari mulut Elendra secara jelas.

Elendra akan melaksanakan pernikahan nya itu dengan Kila. Walau hatinya sangat berat dan tidak memiliki rasa cinta untuk Kila, namun ia sudah berjanji untuk mamanya. Elendra akan menyelaraskan pernikahan tersebut. Ia benar benar pasrah terhadap takdir hidupnya.

Sudah seminggu lamanya, Ia tidak membuka notif handphone itu. Elendra masih merasa kehilangan. Sebagai sosok yang akan dijodohkan oleh oma dan alhamdulillah mama Elendra, Kila berusaha untuk ada di saat Elendra membutuhkan sesuatu seperti memasak dan merapihkan rumah yang ditempati oleh orangtuanya.

"Gausah capek capek, la. Saya bisa suruh orang untuk ini" ucap Elendra memperhatikan kila yang saat itu membantunya untuk merapihkan rumah.

"Gapapa mas, kila juga ngga ada kerjaan disini. Kila bakalan bantu mas El" Jawab kila sembari merapihkan vas bunga yang berdebu.

El dan kila memang tidak saling kenal pada awalnya dan mereka merasa canggung setiap kali tidak sengaja bertatapan.

Semua berawal dari tidak suka. Namun berbeda dengan Elendra. Sampai ke inti dari perjodohan dirinya tidak bisa menerima kila sebagai pasangan yang utuh, nasib kila hanya ada dua kemungkinan pada saat itu. Berjuang Terus-terusan atau berhenti tidak bersama Elendra.

"Saya nikahkan shakila purnami Utari dengan ananda Elendra Bagaskara seperangkat mas dan uang senilai 170 ribu rupiah dibayar tunai"

"Saya Terima nikah dan kawinnya Shakila Purnami Utari dengan mas kawin tersebut dibayar tunai"

SAH...
"Bagaimana sanksi? sah?? "
"sah"

Pernikahan itu berjalan setelah 100 hari kematian mama Elendra.

"Ingat ya, pernikahan ini hanya sebagai wasiat mama saja. Selebihnya kita kondisikan bersama" bisik Elendra pada kila saat itu

El&KilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang