Bagian 1

33 1 0
                                    


Rintik gerimis sudah mulai berjatuhan ke tanah, bau khas tanah basah menyeruak hingga tercium oleh gadis yang tengah menatap keluar jendela.

"Ma..."lirih gadis itu

Hari ini adalah hari tepat meninggalnya ibu dari gadis yang bernama Asya Arinda Felicia Atmaja, gadis cantik yang kehilangan dunianya dalam satu hari.

"Feli"

Suara berat itu menyapa telinga Asya, Asya berbalik menatap tubuh tegap pria yang ternyata ayahnya, Atmaja.

"Pa, aku Asya."ucap Asya

"Sayang, papa tau sekali perasaan kamu sekarang, papa tau betul kesedihan yang sedang kamu rasakan"ucap Atmaja

Kini kehangatan datang pada tubuh Asya, pelukan seorang ayah yang sudah selalu ia dapatkan.

Asya menangis dipelukan ayahnya, kehilangan ibunya sama seperti ia kehilangan dunianya.

Dulu, sebelum tuhan mengambil paksa nyawa ibunya dengan penyakit yang parah, keluarganya sangat bahagia, itulah mengapa setelah kepergian ibunya yakni Rindi keluarganya berubah sangat signifikan.

"Ada papa, jangan sedih terus ya, anak papa kuat, mama sudah tenang disana, doain mama trus yaa"ucap Atmaja

Detik kemudian tangis Asya pecah, ia terisak dipelukan ayahnya.

"Asya kuat, anak papa kuat"ucap Atmaja

Setelah beberapa menit menangis dipelukan ayahnya, akhirnya Asya tertidur lelap.

"Good sleep princess papa"ucap Atmaja menutup tubuh putrinya dengan selimut

Atmaja menutup pintu kamar Asya dan berlalu pergi.

•••

Pagi ini, seperti hari-hari biasanya Asya tetap masuk sekolah walaupun masih dengan kesedihan dihatinya.

Asya berjalan dikoridor dengan memegang tali ranselnya erat, tak seperti hari² biasanya, hari ini Asya tidak ceria.

"Asya!!"teriak Vanya

"Vanya"ucap Asya

"Em sya turut berduka cita ya, sorry gue ga Dateng dipemakaman nyokap Lo"ucap Vanya

"Iya gapapa Van"ucap Asya tersenyum tipis

"Asyanya gue ga boleh sedih sedih, nanti cantiknya ilang"ucap Vanya

Asya tersenyum, setidaknya ia masih punya papa dan Vanya yang menyayanginya walaupun ia sudah kehilangan ibunya.

"Vanya!!"

"Astoge bisa ga sih gausah ngagetin"ucap Vanya menatap tajam gadis yang baru saja mengejutkannya

"Ada kotak titipan Jason"ucap Merlin

"Tumben"ucap Vanya tersenyum

"Yaudah gue balik ke kelas ya"ucap Merlin

"Eh tunggu, bilangin ke Jason makasih gitu"ucap Vanya

Merlin mengacungkan jempolnya dan berlalu pergi.

"Kotak apa itu Van?"ucap Asya

"Kepo Lo, dah ke kelas yok"ucap Vanya

Asya mengangguk, mereka berjalan ke kelas mereka yakni kelas 11 IPS 3.

•••

"Ayok sya ih"ucap Vanya

"Males ah Van, ngapain coba liat cowo-cowo main basket, ga seru"ucap Asya

"Ih gue tuh mau liat Jason trus kita liat crush Lo itu kak gab-"ucap Vanya

"Vanya!!!"teriak Asya membekap mulut Vanya

"Mmmmmmm"teriak Vanya mencoba melepas tangan Asya dari mulutnya

"Sialan Lo"ucap Vanya setelah tangan Asya terlepas dari mulutnya

"Yaudah deh ayok"ucap Asya

"Heleh, giliran ada crushnya aja mau"ledek Vanya

Asya hanya menghela nafas, ia sedang malas berdebat dengan Vanya, terlebih lagi ia masih dengan kesedihannya.

•••

Suara riuh terdengar sangat berisik disamping lapangan basket, pertandingan basket antar kelas itu diikuti juga oleh kelas sang ketua OSIS yakni Gabriel Fernando Wilson, lelaki yang sangat tampan bahkan banyak gadis-gadis yang terpikat akan ketampanannya.

Asya tersenyum menatap Gabriel yang bermain dengan lincah, pesona seorang Gabriel emang tidak bisa di tolak.

"Yeuh, kedip kali tuh mata"ucap Vanya terkikik geli

"Apaansih Lo"ucap Asya memukul lengan Vanya

"Kebiasaan kalo salting gue yang kena pukul, nasib-nasib punya temen tukang pukul"ucap Vanya

Asya menatap tajam Vanya membuat nyali Vanya menciut, ia trauma pernah terjatuh ke sungai karena meledeki Asya.

Bersambung...

Retak [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang