Bagian 12

8 1 0
                                    


Pagi hari, Cahaya matahari mulai menembus jendela kamar seorang gadis yang yang masih singgah pada mimpinya.

Perlahan gadis itu membuka matanya menerjapkannya menyesuaikan cahaya yang mulai menelisik masuk ke kornea matanya.

"Pagi dunia"ucap Asya

Asya bangun dan mengumpulkan rambutnya yang tergerai menjadi satu menguncirnya asal.

Dengan langkah pelan ia menuju kamar mandi untuk membersihkan diri, ini masih weekend namun Asya tetaplah Asya, gadis itu tetap bangun pagi sekalipun weekend.

Setelah selesai memakai pakaian santainya, Asya duduk disofa yang ada di kamarnya sembari membuka ponselnya.

Namun sebelum ia membuka ponselnya, ketukan pintu lebih dulu terdengar ditelinga Asya.

"Nak, Asya. Bangun sayang, ayok kita sarapan"ucap Rena diluar kamar Asya

"Kakak dan Abang kamu juga sebentar lagi akan kembali ke tempat kerja mereka, jadi ayok kita sarapan bersama sebelum mereka berangkat"ucap Rena

Dengan langkah sedikit malas, Asya membuka pintu itu, ia melihat senyuman hangat ibu sambungnya, ia kembali mengingat ibunya yang selalu membangunkannya dan mengajaknya sarapan, Dejavu. Satu kata itu pantas disebut untuk sekarang, ingatan itu berputar dikepala Asya bagaikan kaset rusak.

"Asya?"ucap Rena

Rena melihat Asya yang malah melamun, detik itu Asya membuyarkan lamunannya tatkala Rena menyentuh bahunya.

"Sarapan yuk"ucap Rena

Asya menghela nafas sebelum akhirnya ia mengangguk dan berjalan lebih dulu menuju meja makan.

Langkah kecil gadis itu sudah hampir sampai ke meja makan, namun ia melihat papanya yang sedang melamun dan kedua Kakaknya yang asik berdua tanpa peduli dengan Atmaja.

"Pa"

Suara kecil lembut itu membuyarkan lamunan Atmaja dan merubah air mukanya yang semula datar kian membentuk senyuman hangat.

"Asya, sini nak. Papa kangen makan bersama dengan kamu"ucap Atmaja

Asya menghela nafas, apakah yang dulunya sedekat awan dengan matahari sekarang harus sejauh bumi dengan matahari? Jujur Asya merindukan kebersamaan dan kedekatannya dengan ayahnya.

Dengan perlahan Asya mendekat menuju meja makan dan duduk disalah satu kursi samping ayahnya berhadapan dengan kedua kakaknya.

"Hari ini mama masak makanan sangat banyak karena hari ini hari pertama mama menjadi ibu sambung kalian"ucap Rena mencairkan suasana yang hening itu

"Wah, ga sabar Sella cobain ma"ucap Sella

Alis Asya mengkerut, kenapa kakaknya semudah itu menerima ibu sambung mereka, yang bahkan Asya belum bisa menerimanya.

"Iya ma, Erlan liat ini enak"ucap Erlan

Asya menghela nafas, ia merasa bersalah kenapa sikapnya masih seperti anak² yang tidak menerima ibu sambungnya.

"Asya juga mau cobain tan"ucap Asya

Rena yang semula tersenyum hangat sedikit demi sedikit memudar karena mendengar panggilan Asya kepadanya namun usapan dipundaknya kembali membuatnya tersenyum, ia menoleh kearah Atmaja yang mengganggukkan kepalanya.

"Oke, yuk kita makan"ucap Rena

Sepanjang hari Minggu ini Asya hanya dirumah saja menghabiskan harinya dikamarnya sekedar menonton Drakor atau mengotak-atikkan ponselnya.

•••

Hari kembali senin, dimana hari itu hari yang banyak dibenci oleh para remaja yang masih duduk dibangku sekolah.

Dua gadis yang hampir setiap hari atau mungkin setiap hari berdua itu kini sedang menyusuri koridor untuk sampai pada kelas yang dituju.

Sesampainya dikelas mereka masuk dan duduk dikursi pada biasanya, karena jam upacara dimulai masih terhitung lama.

"Ada cerita baru ga nih?"ucap Vanya menatap Asya

"Ga ada, gini2 aja hidup gue"ucap Asya

"Kaya gada semangat hidup Lo sya"ucap Vanya

"Emang gada"ucap Asya

Vanya menegakkan tubuhnya, ia memegang kedua pundak Asya dan menatapnya Lamat.

"Sya, seberat apapun masalahnya ada gue disini buat Lo sebagai sahabat Lo"ucap Vanya

"Heleh dramatis Van, lagian gue udah better kok daripada kemarin²"ucap Asya

"Nice, ini baru sahabat gue"ucap Vanya

Detik kemudian, Vanya memeluk tubuh Asya sembari tersenyum hangat, ia sangat merindukan Asya yang ceria dan bawel bukan Asya yang pendiam dan cengeng seperti sekarang.

"Bantu gue sembuh ya Van?"

Bersambung....

Retak [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang