Bagian 7

17 1 0
                                    


"Sya, udah mau hujan! Gue anter Lo balik ya?"ucap Vanya

"Van... Dirumah masih ada..."ucap Asya bingung

"Sya, Lo ngobrol baik² sama papa Lo ya? Biar lebih saling mengerti dan menemukan jalan keluarnya"ucap Vanya mengusap bahu Asya

Hari sudah mulai gelap, bunyi petir sudah menghiasi mendungnya cuaca kala itu, Vanya membawa Asya masuk kedalam mobilnya dan mengantar gadis itu kerumahnya.

"Van?"ucap Asya

"Iya sya?"ucap Vanya

"Tetap jadi sahabat gue ya Van, gue Gatau apa jadinya gue kalo gada Lo"ucap Asya

"Sya, i'm always here for u, gue sahabat Lo begitu juga sebaliknya dan akan selalu begitu sya"ucap Vanya

"Janji ya Van jangan pernah pergi ninggalin gue sendirian berteman dengan luka?"ucap Asya

"Pasti sya, gue rumah Lo! Lo boleh cerita apapun ke gue! Dan saat Lo butuh bantuan, gue ada buat Lo sya! Always"ucap Vanya

Setelah banyak yang mereka obrolkan akhirnya mereka sampai dipekarangan rumah Asya, Asya mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal, lalu ia berjalan kearah pintu itu dan membukanya perlahan.

Brukk

Tubuhnya terjatuh kelantai akibat dorongan seseorang, ia mendongak dan melihat Kakaknya disana dengan wajah menahan amarah.

"Manusia egois Lo! Emang ya Lo suka banget liat orang² disekitar Lo menderita! Pertama mama meninggal gara² Lo dan semua yang ada disini menderita karena itu! Sekarang Lo mau menghalangi kebahagiaan papa!! Udah ga waras Lo! Gila Lo sya! Ga habis pikir gue"ucap Sella

Asya hanya menunduk sembari memeluk tubuhnya sendiri, ia tak sanggup mendengarkan semua kata² yang keluar dari mulut kakaknya, karena itu sangat menyakitkan.

"Sel! Udahlah gausah peduliin manusia egois pembawa sial kaya dia!"ucap Erlan menunjuk wajah Asya

Asya meringis pelan saat kedua kakaknya sudah menjauh darinya, hatinya sakit akibat kata2 yang terucap dari mulut kakaknya sendiri.

••••

Malam semakin larut, suara guntur kini saling bersautan, hujan sudah mengguyur kota itu, bandung.

Bandung dengan segala penderitaan seorang Asya, dengan luka yang membekas dihati Asya.

Asya tidak tau dimana ayahnya berada malam ini setelah Asya meninggalkan rumah sore tadi, ia sekarang tengah terduduk diranjang tempat tidurnya dengan setia memeluk lututnya sembari air mata tak berhenti menetes, suasana malam itu sangat mendukung dimana suara guntur itu membantu menyamarkan raungan tangis gadis itu.

"Apa salah Asya tuhan?"ucap Asya

"Rasanya sangat sakit, Asya ga kuat"

"Pulang kemana tuhan? Semuanya rusak"

"Mama.... Asya tidak kuat, luka ini terlalu membekas dihati Asya, Asya tidak tau seberapa lama lagi Asya bertahan memeluk luka ini yang terus menyakiti Asya"

Saat Asya tengah mengutarakan rasa sakitnya, suara dering telpon berbunyi, Asya menatap ponselnya yang dimana tertera nama "Kak iel" dengan emot blink seperti bintang.

"Kak iel?"ucap Asya

Asya meraih ponselnya dan menekan tombol hijau, setelahnya ia mendengar suara menenangkan dari seorang dibalik telpon itu.

"Kenapa belum tidur sya?"

"Gabisa tidur kak"

"Sya? Lo abis nangis?"

"Ngga kak, gue ga nangis"

"Sya suara Lo gabisa bohong, sya begadang sambil nangis itu ga baik, tidur ya sya, kalo apa² Lo cerita ke gue ya sya, gue siap dengerin semua cerita Lo hari ini, jangan memeluk luka sendirian sya, itu menyakitkan"

"Kak iel... Gue... Gue gapapa, makasih ya udah nanyain kabar gue walaupun gue bukan siapa² Lo kak"

"Kita teman sya, dan lo ga perlu sungkan sama gue, anggap gue teman Deket Lo"

' temen Deket yaa ' batin Asya

"Kak iel ini loh, iya deh sipaling temen, gue boleh tidur kak? Udah mulai ngantuk nih, see u kak"

Tanpa jawaban dari Gabriel, Asya mematikan sambungan telpon itu, ia membanting ponselnya kekasur, sedikit kecewa bahwa Gabriel hanya menganggapnya sebagai temen, bukan seseorang spesial ataupun istimewa.

Ini salahnya juga terlalu berharap pada seorang Gabriel yang jelas berbeda jauh dengannya, mulai dari jabatan disekolah bahkan sampai ke perbedaan diri Asya dengan Gabriel yang sangat jauh, dimana Gabriel yang sangat tampan dan memiliki bakat serta jabatan yang bagus disekolah, sedangkan dirinya hanya gadis biasa yang baru saja merasakan luka yang teramat dalam.

"Apakah aku berhak jatuh cinta sedangkan aku masih memeluk lukaku?"ucap Asya

Bersambung.....

Retak [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang