Keesokan harinya, bel istirahat berbunyi nyaring.
BRAKKK...!
Aku terperanjat kaget saat pintu terbuka sangat keras, seseorang yang sangat kukenal masuk secara paksa dengan raut wajah seram untuk pertama kalinya, tengah menatapku.
"Will-lliam!" Aku tergagap, sesegera mungkin aku mengubah raut wajahku seperti semula."Kenapa kamu di sini, ada apa ya?" Tanyaku.
"Jangan pura-pura tidak tahu!" Bentaknya.
Lagi, aku terkejut saat William membentakku. Aku hendak menangis, namun segera bisa kutahan.
"Kamu tahu, hm? Kemarin Kamu lakukan penyiksaan terhadap Sherly bukan? si Nakal sepertimu layak mendapat hukuman!" Tegasnya.
"Oh ini," Dia menyodorkan sebuah surat.
"Ini surat kesempatan terakhir khusus untukmu si Nakal!" Sambil menekan satu kata terakhir dan langsung berlalu pergi.
Ah yang benar saja, bagaimana William tahu? Aku sudah menyuruhnya untuk tutup mulut, beraninya dia! Sebelumnya rencanaku selalu berjalan lancar, tau sendirilah aku terbiasa menutup mulut orang dengan uangku atau mengancamnya. Tapi kali ini? Aku bahkan, tidak pernah melihat William semurka tadi.
"Surat apa ini?" Batinku bertanya.
Aku mengernyit bingung saat membaca isi surat itu.
Sepulang sekolah, aku langsung melangkahkan kakiku yang malas untuk merebahkan diri ke atas kasur.
Hari ini cukup melelahkan dan menguras energiku yang sangat kacau mengingat kejadian itu.
Saat mataku hampir terpejam untuk tidur, tiba-tiba...
"Kak, banguuun! Astagaa..." Suara seseorang mengejutkanku hingga mataku kembali terbuka.
"Ada apa sih?! Mengganggu orang tidur saja, aku cape Bu!" Teriakku kesal.
Ibu tertegun mendengar teriakanku, aku melihatnya tengah menahan air matanya yang ingin keluar.
"Nak, secapenya Kamu habis pulang sekolah itu, kalau tidak membersihkan diri untuk ganti baju ya minimal makan dulu. Agar perutmu terisi, ibu tidak ingin Kamu sakit," lirih Ibu menjelaskan panjang lebar yang kemudian tersenyum.
“Iyaa Ibuuu, ini aku mau bangun!" Aku berdecak kesal mendengar omelannya setiap waktu.
"Oh iya, ini ada surat dari Sekolah," tambahku santai sambil menyodorkan surat itu tidak peduli.
Sempat aku melihat ibu terdiam dan hanya menggeleng lemah.
YOU ARE READING
Indurasmi yang hirap dari Buana
Short StoryAku hanya si Nakal yang ingin bebas dari segala omelan yang mengganggu hidupku. Hingga suatu hari takdir mengubahku begitu cepat, rasa sesak dari sesal yang mungkin tak pernah selesai...