Lalu sampai di ujung pintu toilet, aku menyuruhnya ikut masuk dan mengunci pelan dari dalam.
Sherly menatapku curiga dan sedikit takut saat melihat perubahan wajahku.
"Kak? Ini kakak kan?" Tanyanya, lalu bergerak mundur.
Dan Inilah kesempatanku.
Aku langsung berjalan cepat dan menarik kerahnya, menyeretnya masuk ke salah satu bilik toilet yang terbuka, kemudian mendorongnya hingga kepalanya terjerembab masuk kedalam bak mandi.
Jeda beberapa menit untuk mengambil ponselku dari saku dan menelpon seseorang, kemudian memutuskan sambungan.
Dia memberontak.
Lalu, ditengah tangisnya yang sesenggukan, "K-kak k-kenapa seperti i-ni. Padahal sebelumnya, kita baik-baik saja kan?" Ucapnya.
Tok tok tok...
Aku tidak menjawab, hanya tersenyum menyeringai, perhatianku beralih pada suara ketukan pintu.
Ponselku berdering lagi."Sudah sampai!" Suara seseorang yang kukenal terdengar dari seberang pintu.
"Baiklah, sebentar!" Seruku sambil menutup pintu bilik tersebut, agar dia tidak berniat kabur.Aku membuka kunci perlahan dan orang yang kutunggu akhirnya datang. Tak lain adalah Karin dan Mellina.
"Dimana?" Tanya Karin."Ada di dalam," jawabku.
Tak lupa untuk mengunci kembali.
"Lia, aku bawa ini," kata Karin sambil menyodorkan kantung plastik yang berisi serbuk tepung di tangannya.
"Bagus!" Aku berseru senang.Langsung saja kulemparkan serbuk tepung itu ke wajah dan rambut Sherly yang basah.
Teman-temanku ikut andil dalam aksiku, Karin melemparkan tepung dan Lina menahan pundaknya.
"Apa kamu tahu, kesalahanmu setelah kemarin?" Tanyaku sambil mengangkat dagunya.
Sherly hanya menggeleng tidak mengerti.
Aku berdecak kesal, "Biar kuperjelas, anggap saja hari ini hukuman terakhir untukmu! Jangan terlalu senang waktu pagi aku baik padamu, karena aku mengajak dan mengobrol denganmu!" Jelasku panjang lebar.
"Dengar ya! Jangan dekati William atau aku akan melakukan lebih dari ini, paham?!" Ancamku.
Awalnya dia begitu terkejut mendengar pernyataanku, namun langsung tersadar dan mengangguk patuh.
"Oh iya satu lagi! Jangan beritahukan ini dengan William tentang semua ini paham?!" Tambahku.
Sherly mengangguk.
Aku dan teman-temanku akhirnya meninggalkannya seorang diri dengan tertawa puas.
Begitulah aksiku, untuk mereka yang berani mencampuri hidupku atau mereka akan merasakan akibatnya.
Aku tersenyum menang dan puas sekarang.
YOU ARE READING
Indurasmi yang hirap dari Buana
ContoAku hanya si Nakal yang ingin bebas dari segala omelan yang mengganggu hidupku. Hingga suatu hari takdir mengubahku begitu cepat, rasa sesak dari sesal yang mungkin tak pernah selesai...