𝑆𝑒𝑡𝑖𝑡𝑖𝑘 𝑙𝑢𝑘𝑎

752 79 11
                                    

"Nih, Ga!" ucap Agatha sambil menyerahkan sebotol minuman yang dibelinya di supermarket tadi, Saga terdiam sejenak sebelum menerima minuman itu.

Aghata menusuk susu strawberry miliknya lantas duduk di samping Saga. Dia menatap cowok itu dari samping, terlihat raut wajah yang sendu tak seperti biasanya, dia seperti melihat Saga yang lain, bukan lagi Saga tengik yang menyebalkan.

Agatha mendongak menatap bintang yang tak begitu terlihat malam ini.

"Lo pernah nggak, ngerasa capek banget buat hidup?" tanya Saga setelah hening yang begitu lama.

Agatha terdiam sebelum seulas senyum terbit di wajahnya, "Semua orang punya titik terendahnya masing-masing ... Gue nggak nyalahin lo atas apa yang lo lakuin tadi ... Tapi gue juga nggak membenarkan perbuatan itu ... Ga, gue tau lo cowok kuat. Gue nggak akan maksa lo buat cerita kalo lo nggak mau ... Tapi, kalo udah siap, lo boleh cerita semuanya ke gue ... Apa aja!"

Saga terdiam, untuk yang pertama kalinya dia merasa dihargai, untuk pertama kalinya dia merasa di dengar, cowok itu membuka minuman lalu meneguk nya dengan cepat.

"Lo jangan gitu dong mukanya Saga! Jelek amat! Udah jelek makin jelek!" sentak Agatha ketika melihat raut wajah Saga yang masih terlihat murung, cowok itu berdecak sebal lalu menyentil dahi cewek di sampingnya ini.

"Gue ganteng tau! Lo nggak bisa ngeliat oppa Korea di muka gue ini?"

"Hih! Pede banget!"

"Emang siapa yang nggak mengakui kegantengan gue ini, Ha?"

Agatha tertawa kecil, cowok di sampingnya ini, narsis nya minta ampun. Tapi itu lebih baik daripada harus melihatnya mencoba pergi seperti tadi.

"Gue udah nolongin lo tadi! Lo nggak mau ngasi apa gitu ke ke gue?"

Saga mengerutkan kening, "Emang Lo mau apaan? Yakali nolongin orang masih minta imbalan!"

Agatha terdiam sambil terlihat berpikir keras, sesaat kemudian cewek itu menjentikkan jarinya di depan wajah Saga, "Ajak gue nonton besok."

Saga tersenyum kecil, "Oke, siap!"

Aghata tertawa kecil lalu berdiri dari duduknya, "Jangan lupa ya! Gue pulang dulu sekarang! Dada! Eh! Nggak usah anter gue, rumah gue deket kok dari sini!"

"Emang siapa yang mau nganter lo!" ucap Saga sambil tertawa melihat cewek itu.

Agatha berdecak sebal sebelum benar-benar pergi dari hadapan Saga, tak lupa juga cewek itu melambaikan tangan dari ujung jalan.

"Cowok lo nggak marah kalo lo gini ke gue?" gumam Saga, "Imut banget sih," gumamnya sekali lagi dengan wajah yang mulai memerah.

***

Aghata benar-benar ingat dengan janji Saga, sedari tadi cewek itu gencar menelpon Saga agar cowok itu menepati janjinya semalam.

Saga tersenyum kecil ketika mengingat kejadian semalam, jantungnya malah berdebar kencang seperti habis marathon lari. Semua ini terasa menyenangkan baginya. Dia seakan telah menemukan alasan untuk hidup kembali.

"CK! Ah! Nih jantung udah mau lompat aja dari tempatnya!" Saga menghela napas kasar lalu menatap ke arah cermin, dia menepuk-nepuk kedua pipinya, "Gue siap kena tonjok pacarnya Aga nanti."

Saga tersenyum lalu keluar dari kamar. Sambil bersenandung kecil dia menghidupkan motornya lalu melaju pergi menjemput Aghata. 

Saga berhenti di sebuah perumahan sesuai alamat yang di kirim Agatha tadi, belum sempat turun dari motor, cewek yang ditunggunya sudah lebih dulu keluar dari rumah.

"Wih! Udah siap aja lo."

"Ya iya lah! Film kesukaan gue mau tayang bentar lagi!"

Tanpa banyak bicara, Agatha langsung naik ke atas motor Saga, cowok itu menggeleng heran, "Siap-siap ya!"

Motor Saga langsung melaju cepat, membuat Agatha hampir terjungkal ke belakang, motor itu terus melaju seakan tengah berada di arena balap.

"SAGAAA!"

***

"Yah ... Udah abis film nya ..." gumam Agatha sambil menatap jadwal film kesukaannya yang ternyata sudah selesai 30 menit yang lalu.

"Lo bilang jam 9."

"Gue salah baca tadi malem Ga ... Yah ... Gimana dong? Kita udah sampai disini? Masa iya mau pergi gitu aja?"

Saga menggaruk belakang kepalanya, ingin sekali cowok itu tertawa melihat ekspresi Agatha, kalau saja dia tidak takut kena gampar.

"Ya udah sih, kita nonton film lain aja ..."

"Film apa?"

"Udahlah, gue yang bakal pilihin!"

Aghata menatap curiga ke arah cowok disampingnya itu, Saga tertawa kecil, ingin sekali dia mencubit kedua pipi cewek itu, sayangnya, dia harus mengerti batasan. Agatha sudah milik orang lain.

Setelah memesan film, mereka masuk ke dalam bioskop, Agatha terus menaruh curiga pada Saga yang kini tampak bersemangat, pasalnya Saga sama sekali tidak memberi tau film apa yang akan di tonton mereka nanti.

"Film yang lo pilih nggak aneh-aneh kan?"

"Nggak kok santai aja!" ucap Saga sambil terus cengengesan sendiri. Tangannya menggenggam dua soda dan mengapit popcorn di lengannya.

Mereka berdua duduk di kursi bioskop di bagian belakang, beberapa orang di kursi sebelah, mulai berpegangan tangan, berpelukan dan memasang raut wajah tegang. Agatha mengerjapkan mata menatap mereka.

Opening film di buka dengan suara Gore yang mengejutkan, disusul suara melengking dari sosok yang tak asing. Kuntilanak.

Aghata berdecak sebal lalu mencubit lengan Saga, cowok itu tersentak sambil mengusap lengannya, "Lo nggak bener milih filmnya!"

"Ini film nya bagus loh Ga! Masa kita mau nonton cinta-cintaan Mulu!"

Film terus berputar, sepanjang film Aghata memejamkan mata kala sosok Kunti muncul di layar, sampai akhirnya muncul sebuah scene yang menunjukkan pembunuhan yang berdarah-darah.

Agatha membulatkan mata, ingatan mengerikan muncul dengan cepat di otaknya, jantungnya mulai berdetak kencang. Agatha menutup kedua telinganya, kilas balik kematian seseorang yang dicintainya berputar di pikirannya. Ingatan tentang darah, raut kesakitan dan luka yang menganga lebar membuatnya tersiksa. Cewek itu menggeleng cepat lalu reflek berteriak keras.

Saga tersentak, dia menatap khawatir ke arah cewek itu, "Ga, lo kenapa?"

Aghata bangkit dan berlari keluar dari bioskop diiringi tatapan heran dari orang-orang di dalam bioskop itu. Saga berdiri dan langsung mengejar Agatha.

"Aga! Aga lo kenapa Ga?" ucap Saga ketika berhasil menahan tangan Agatha, cewek itu tak menjawab, kedua tangannya bergetar hebat.

"Aga ..."

Agatha mulai terisak, air matanya menuruni pipinya perlahan, "Gue ... Gue nggak mau dia mati ... Gue nggak mau ... Gue nggak mau dia mati ... Saga gue nggak mau dia mati Ga...."

"Si--siapa yang mati Aga?"

Agatha tak menjawab, dia langsung memeluk Saga dengan erat, cowok itu terdiam, perlahan tangannya terangkat menepuk pelan bahu Aghata yang bergetar. Kedua tangan cewek itu mencengkram kuat kaos Saga, seakan tengah menyalurkan trauma dan rasa sakit yang disimpannya sendiri.

"Cerita sama gue Aga ... Kapanpun lo mau ...."



Welcome Home, Saga! [Segera Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang