Peluit Wasit

1.4K 59 2
                                    

Sudah hampir satu tahun aku tinggal di negara yang bahkan sebelumnya tidak pernah terfikirkan olehku. Banyak sekali hal baru yang aku dapatkan disini, terutama bahasa baru yang meskipun belum ahli namun sudah mulai kuucapkan setiap hari.

"Kenapa kamu melamun dari tadi?" Tanya Ansel yang sejak tadi menemaniku di cafetaria kampus setelah mendapat kuis dadakan.

"Kurasa aku akan mencari part time lagi. Mengingat waktu kita masih sangat luwang". Ucapku setelah menimbang-nimbang bahwa kerja part timeku di cafe yang selama ini di jadwalkan seminggu 3 kali masih menyisakan waktu yang longgar untukku.

Kuliah magister memang tak seribet waktu bachelor dulu. Hanya saja tugasnya lebih banyak dan dituntut mandiri. Sebelumnya aku tak pernah berfikir untuk bisa melanjutkan studi S2ku di luar negeri terlebih ITALIA. Negara yang tentunya sangat jauh dari indonesia, namun takdir membawaku kesini tentunya dengan bantuan beasiswa dari kampusku.

"Hmm,... Aku punya penawaran bagus untukmu, itupun kalau kamu mau".

"Boleh,...asal tidak pekerjaan ilegal atau terlarang saja aku mau".

"Kamu tau kan kalau dulu aku pernah bekerja sebagai penerjemah bahasa Jepang-Italia di salah satu club volley. Kemarin aku baru saja mendapatkan kabar kalau ada lowongan untuk pengumpul bola". Dia menjeda sebentar omongannya,

"Kerjanya tidak terlalu sibuk,....kamu bisa bekerja ketika sedang berlangsung pertandingan atau ketika dibutuhkan selama waktu pelatihan. Terlebih rentang waktunya tidak membutuhkan waktu yang banyak dalam sekali kerja jadi sangat aman untukmu bekerja di cafe saat malam".

"Hmmm menarik juga. Baiklah apakah ada format pendaftarannya? Aku akan coba mengirimkan lamaranku".

Pluk

"kau lupa siapa temanmu? Cukup kau buat surat lamaran biasa saja dan serahkan padaku. Aku akan mengurusnya untukmu". Jelas Ansel setelah sebelumnya menjitak kepalaku karena lupa kalau dia masih bekerja di club volley entah sebagai apa, tapi yang kutahu tidak lagi menjadi penerjemah karena pemain yang dulu dia tangani sudah mahir berbahasa italia.

"Hehe,.... Arigatou Ansel" balasku sok imut padanya. Kami berteman dekat sejak pertemuan pertama setelah dinyatakan diterima sebagai mahasiswa. Mungkin karena latar belakang kami yang sama-sama orang asia jadi kami lebih dekat. Ansel merupakan keturunan Jepang-Italia, dan sudah sejak SMA dia tinggal bersama kakek neneknya di Italia. Dia sering bercerita selalu pergi ke jepang ketika liburan karena kedua orang tuanya dan saudara menetap di Jepang.

***

Jum'at malam seperti biasa aku berada di dekat meja kasir lebih tepatnya disebelah kursi kasir, sedang sibuk mengerjakan tugas kuliah. Sebenarnya shift kerjaku sudah selesai sejak 30 menit lalu, namun aku urung meninggalkan cafe karena terlalu malas dan rasanya sesekali butuh suasana lain dari kamar flat-ku.

"Vega,... aku ingin ke toilet sebentar perutku sakit. Tolong jaga kasir sebentar saja ya" Suara lili mengalihkan atensiku dari tugas dengan dia yang sudah berlari kecil kearah toilet.

 Tolong jaga kasir sebentar saja ya" Suara lili mengalihkan atensiku dari tugas dengan dia yang sudah berlari kecil kearah toilet

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Permisi,... apa saya bisa memesan americano dan hamburger". aku sedikit gelapan berdiri karena suara pelanggan yang ingin memesan. Karena sejak tadi telingaku tersumbat headset.

"Oh,... silahkan. Totalnya 10 Euro" jawabku yang fokus dengan mesin didepanku dan dengan sigap mengambil kartu kredit yang diberikan sang pelanggan.

"Terimakasih,...silahkan ditunggu sebentar nanti akan kami antarkan pesanannya" Balasku tersenyum mulai mendongakkan kepalaku agak tinggi karena pelanggan satu ini mungkin memiliki tinggi badan 190 cm lebih.

Deg,...

"Ehmm...kartu kreditnya"Ucapnya setelah sekian detik aku hanya kaku setelah mengetahui siapa yang menjadi pelangganku hari ini. Tentu aku gelagapan dan dengan segera menyerahkan kartu kreditnya yang masih kupegang dengan erat sampai dia tadi tak bisa mengambilnya. Agak kocak memang,....

"Sorry,...silahkan".

Mimpi apa aku semalam sampai bisa bertemu dengan pemain volley terkenal dari jepang, yang bahkan penggemarnya di seluruh belahan dunia ada. Aku yang menyukai permainan volley tentu tak asing lagi dengan Yuki Ishikawa. Bahkan keliatannya aku hafal dengan nama seluruh anggota Ryujin Nippon walau aku penggemar ARGENTINA. Sudah lama memang aku tau Yuki Ishikawa bermain di liga Italia, tapi baru kali ini aku bertemu dengan pemain kebanggaan jepang ini.

Dan semua berlangsung begitu saja. Lili sudah kembali dan mulai melayani para pelanggan yang masih terkesan ramai padahal jam sudah menunjukkan jam 10 malam lebih. Sebenarnya aku ingin sekali meminta tanda tangan, namun tentu aku tau timing privasi dan juga ketika kulirik dengan ekor mataku terlihat dia sibuk berbincang dengan telfonnya. Mungkin telfonan dengan pacarnya, karena sejak tadi dia lebih banyak tersenyum. Sangat berbeda dari apa yang biasanya aku lihat di layar TV ketika pertandingan. Terlebih karena jarak duduknya yang cukup dekat dengan meja kasir, membuatku sedikit banyak mendengarnya memanggil orang di telfon tersebut dengan kata "Baby".

"Wahhhh,... kalau saja semua penggemar yang selalu melabeli dirinya dengan istri Yuki. Apa tidak jantungan mendengar kabar ini" Gosipku dalam hati.

Ketika waktu menunjukkan pukul 11 aku memilih untuk segera pulang menuju flatku yang tidak terlalu jauh dari cafe. Karena itu juga yang menjadi alasanku sehingga berani menunda kepulanganku.

Asik berjalan santai sembari sesekali melihat gawai untuk sekedar membaca infomasi baru di Twitter sehingga aku kurang memperhatikan daerah sekitar.

"Kau menguntitku?" Tiba-tiba suara cukup lantang terdengar tepat di depanku.

"HAH?" Aku yang tidak siap dan kaget hanya bisa merespond refleks.

"kau..! sejak di cafe kamu sering melirikku dan kau mengikutiku sejak keluar dari cafe tadi". Jawabnya sedikit dingin di tengah malam yang sudah sepi ini. Berbeda denganku yang masih agak shock dan loading dengan apa yang terjadi.

"Untuk apa aku mengikutimu, tuan YUKI. aku hanya berjalan menuju flatku" balasku sedikit ku tekan-kan pada namanya dan langsung berjalan lurus melewatinya begitu saja menuju belokan yang mengantarkanku ke flat.

'Aku tau dia orang yang terkenal,... tapi apa boleh menuduh orang begitu saja? dirasa jalan ini hanya miliknya kah?! Terlebih aku lebih suka Loser dan Palonsky ketimbang anda tuan Yuki' Gerutuku sepanjang jalan menuju flat.

NET SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang