Win (EPILOG)

1K 65 17
                                    

Sabtu pagi ini aku disibukkan dengan peralatan memasak. Sudah sejak 20 menit lalu aku berkutat dengan peralatan dapur, padahal aku sudah memilih menu sarapan yang sangat simpel. Rambutku yang ku cepol sembarangan, menjadi bukti kalau aku hanya sempat cuci muka dan menggosok gigi singkat sebelum sibuk memasak.

"Kenapa kau sudah bangun?"

"Ini sudah sangat siang, segera mandi dan sarapan sebelum kau terlambat"

"Dia baik-baik saja pagi ini kan?"

"Hmmmm"

"Kita bisa membeli sarapan di luar. Kau tidak perlu terlalu lelah sayang. Aku tak suka"

"Siapa bilang aku lelah, cepatlah mandi" ucapku yang masih fokus dengan masakanku. Bukannya menuruti apa yang kuperintahkan dia justru memelukku dari belakang sembari mengelus perutku.

 Bukannya menuruti apa yang kuperintahkan dia justru memelukku  dari belakang sembari mengelus perutku

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku percaya dengan kalimat,

"EVERY ENDING IS A NEW BEGINNING"

Aku tak peduli dengan apapun akhir dari suatu cerita itu, yang kupercaya itu adalah takdir yang terbaik. Meski sakit pada awalnya, tapi Tuhan akan menggantikannya dengan sesuatu yang jauh lebih baik dan pantas untukmu.

Ya,.....awal yang baru akan selalu ada dari sebuah akhir cerita. Termasuk para tokoh baru di dalamnya.












FLASHBACK

AUTHOR POV

Terlihat seorang laki-laki yang saat ini tengah termangu di balkon malam hari. Dia terlihat sibuk melihat langit malam yang terlihat indah karena musim semi sudah tiba. Hingga sosok perempuan paruh baya itu bergabung dengannya. Namun ibu Yuki memilih untuk duduk di kursi balkon, berbeda dengan anak laki-lakinya yang saat ini berdiri bersandar pada pagar balkon. Kebetulan dia mendapatkan libur sehingga memilih untuk pulang ke rumah, sebelum nantinya sibuk dengan tim nasional kembali.

"Apakah bintang semenarik itu?" tanya Ibu Yuki setelah memperhatikan Yuki sedari tadi. Mendengar itu barulah Yuki memilih untuk beralih duduk di kursi yang ada di samping ibunya.

"Bagaimana hubunganmu dengan Shasya? Kapan kamu akan melamarnya? Kurasa usiamu sudah waktunya untuk menikah"

"Kami baik-baik saja" jawab Yuki singkat, kemudian kembali terdiam sembari melanjutkan pandangannya pada langit malam. Seolah-olah dia sedang tidak berminat membahas itu malam ini.

NET SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang