Challenge

344 48 16
                                    

YUKI POV

Setelah sadar akan keterkejutan ku, aku langsung berlari keluar cafe. Namun aku sudah tak menemukan jejaknya lagi. Aku berusaha berlari untuk mencarinya di lokasi sekitar namun sosoknya tak lagi kutemukan. Sanking kalutnya aku bahkan tidak sempat menggunakan kembali masker dan tudung jaketku. Terlebih mataku yang masih basah sehabis menangis membuat beberapa orang menatapku saat ini. Aku meremas rambutku sebagai bentuk rasa frustasi. Kemudian aku kembali memakai masker dan menggenakan tudung jaketku.

Ketika aku akan berjalan menyusuri kembali jalan sekitar, ponselku berdering.

"Yuki,....kau sudah dalam perjalanan pulang?"

"Belum"

"Cepatlah pulang,....ibu sudah menyiapkan makan malam bersama"

"Baiklah aku akan segera pulang" mau tidak mau aku mulai berjalan kearah stasiun kereta.

Karena bertepatan dengan jam pulang kerja maka kondisi kereta sangat ramai. Meski aku sudah mengenakan masker dan tudung jaket untuk meminimalisir terekspose-nya wajahku, namun aku dapat melihat beberapa pasang mata yang menatapku.

Tapi aku sungguh tidak peduli oleh hal itu, karena isi kepalaku masih memutar apa yang sudah ku lakukan sore ini. Genggaman tangan kiriku mengeras ketika aku masih ingat dengan jelas ketika dia membungkuk sebelum pergi, aku melihat kalungnya.

Kalung yang selama ini memang selalu dikenakan olehnya karena merupakan kado ulang tahun dari kedua orang tuanya. Namun bukan itu yang membuatku gusar sejak tadi. Melainkan aku bisa melihat dengan jelas cincin yang selama ini kuberikan padanya memang tidak berada lagi di jari manisnya. Melainkan tergantung di kalung itu.

Aku mulai menyadari kalimat-kalimat yang sudah ku lontarkan padanya, yang tentu saja menyakitinya. Namun kenapa dia memilih untuk mengatakan jika dia sudah menyukai orang lain?. Padahal dia masih menyimpan cincin itu. Apa dia berbohong dengan ucapannya? atau justru dia hanya menyimpan cincin itu sebagai kenang-kenangan tak lebih.

Lama aku berkutat dengan isi pikiranku hingga suara pemberitahuan stasiun tempatku turun menyadarkan ku. Terlalu banyak prasangka yang saat ini memenuhi kepalaku dan membuatku semakin frustasi.

Kenapa aku harus memikirkan hal ini? Semuanya sudah berakhir jadi aku harus melupakannya selamanya.

.

.

.

VEGA POV

Setelah absen 3 hari sejak pertemuan terakhirku dengan Yuki hari ini aku mulai kembali ke lab seperti biasa.

"Jadi konsep Doppler Effect juga digunakan ilmuan dalam menentukan jarak benda luar angkasa. Dari sumber cahaya yang dipancarkan benda luar angkasa, kita dapat mengetahui apakah benda tersebut menjauh atau justru mendekat melalui gelombang yang dipancarkan. Baiklah cukup untuk hari ini, have a great day" ucapku mengakhiri praktikum hari ini.

Aku melangkahkan kakiku menuju ruangan staff lab, yang mana mereka terlihat tengah fokus dengan televisi yang menampilkan berita. Langsung saja aku memilih duduk di mejaku karena diriku cukup lelah.

"Bukankah mereka memang sudah sangat serasi, kurasa Ishikawa akan segera mengumumkan pernikahannya cepat atau lambat. Terlebih Olimpiade sudah ada di depan mata, setelahnya jadwalnya akan lebih longgar di tahun depan." Ucap Tadashi salah satu rekan kerjaku disini.

"Hmmm,....sudah bukan rahasia umum. Kurasa Ishikawa juga mencari pasangan yang setara dengan levelnya. Entah itu benar Akari atau perempuan Italia, tapi jelas bukan perempuan biasa. Sejak awal tahun berita kedekatan Ishikawa dan Akari sudah banyak dibahas". Miya menanggapi ucapan Tadashi.

NET SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang