Dig

519 50 0
                                    

Aku juga tak ada bedanya dengan mahasiswa lainnya yang semakin lama belajar, semakin merasa salah jurusan. Tapi karena sudah terlanjur basah ya mau tidak mau harus diselesaikan. Karena tanpa sadar juga, meski banyak mengeluh nyatanya aku mencintai jurusanku.

Setelah mengumpulkan tugas individu mengenai penelitian kecil akhirnya aku bisa pulang ke flat tanpa beban. Hari ini aku mendapat shift malam di cafe, jadi setelah sampai flat aku berharap bisa melakukan adegan dewasa yaitu bergelung dengan selimut dan ranjangku tercinta.

Sesampainya aku di flat baru saja aku meletakkan tasku, ekor mataku sudah melihat keranjang baju kotor di pojok kamar yang sudah menggunung. Jadi sebelum aku berkencan dengan kasurku aku harus memasukkan cucian kotor kedalam mesin cuci dengan harapan ketika aku bangun tidur nanti cucianku sudah selesai.

Kumasukkan satu persatu pakaianku hingga aku menemukan jaket hitam yang sudah jelas itu bukan milikku. Bukan karena style-nya, tapi lebih ke ukurannya yang 2x lipat dari badanku. Lama aku memperhatikannya, hingga aku menyadari bahwa jaket tersebut adalah jaket yang ku gunakan untuk kelas online di senin pagi waktu itu. Sudah jelas sekali siapa pemilik jaket tersebut. Tanpa banyak berpikir langsung aku ikut masukkan kedalam mesin cuci dan segera ku rebahkan tubuhku keranjang tercintaku.

YUKI POV

Seperti hari biasa, kami melakukan latihan sore ini karena pertandingan selanjutnya akan diadakan 3 hari lagi. Tentu saja kami tidak mau kekalahan sebelumnya terulang kembali. Pelatih memberikan waktu 30 menit istirahat sebelum kami kembali berlatih. Yang kami lakukan hanya duduk lesehan di lapangan sembari melemaskan otot.

"Kalian akhirnya putus" Kutolehkan kepalaku kearah Porro yang bertanya padaku.

"Hmmmm,..." jawabku singkat karena sungguh sebenarnya aku tidak ingin membalas hal ini.

"Dari awal aku sudah memperingatkan mu kalau dia bukan tipe perempuan yang bisa bersabar dan memahami pasangannya dengan baik, terlebih dengan kesibukanmu sebagai atlet yang dalam setahun harus pergi kebanyak negara".

Aku hanya diam karena enggan menjawab apa yang menjadi bahasan kali ini. Aku dan Porro memang sangat dekat dan sebelum aku akhirnya berpacaran dengan Mella, dia sudah memperingatkan ku dengan baik meski saat itu lebih terkesan seperti candaan.

"Tapi kurasa kamu sudah memiliki penggantinya,......" Kutolehkan kepalaku kearahnya yang berada di sisi kananku sebagai bentuk ketidak terimaan dengan apa yang baru saja dia katakan.

"Aku melihatmu pergi dengan perempuan di parkiran 4 hari lalu" imbuhnya.

"Kau pasti salah paham,.... aku bahkan tidak mengenalnya" Balasku sedikit jengkel dengan tuduhannya.

"Ekspresimu sangat berlebihan broo,..... tapi pengumpul bola itu jika diperhatikan dengan seksama memang cantik, meski tertutup dengan auranya yang dingin dan cuek". Aku terlalu enggan menanggapi celotehan bocah satu ini dan hanya diam mendengarnya berbicara.




####

Pertandingan kedua musim ini sudah dimulai, kami rekan satu tim sangat optimis akan menang setelah melakukan banyak evaluasi dan juga latihan sejak pertandingan terakhir yang memaksa kami kalah 2-3. Ketika peluit tanda permainan dimulai di tiup oleh wasit, kami semua mulai fokus dengan pertandingan.


23 - 25

20 - 25

23 - 25



Pada akhirnya kekalahan kembali kami dapatkan. Frustasi ? tentu saja. Namun tentu aku tak bisa menunjukkan rasa frustasi yang ku dapatkan saat ini juga.

Aku merasa belum cukup baik, aku harus lebih banyak berlatih, dan harus menjadi lebih kuat lagi. Kalau ada orang bertanya mengenai apakah aku secinta itu dengan voli?  Makanya jawabannya tentu saja AKU SANGAT MENCINTAINYA. Itulah juga yang menjadi alasan banyak rekan se timku yang mengatakan aku akan terus menjomblo karena terlalu mencintai voli.

NET SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang