Tali Sepatu

515 47 0
                                    

Dering alarm mungkin sudah yang ketiga kalinya, namun aku masih setengah sadar dan ingin tidur lebih lama. Aku masih sangat mengantuk, jadi aku memutuskan untuk semakin menaikkan selimutku. Namun sepertinya alarmku sangat pengertian sehingga tak berapa lama sudah tidak bersuara kembali. Membuatku semakin semangat melanjutkan tidurku.

YUKI POV

Suara alarm sangat menggangguku. Aku mencoba membuka mata tetapi kepalaku sangat sakit rasanya. Sialll! berapa banyak vodka yang ku minum semalam. Aku memang kurang bisa mentoleransi alkohol, selain itu aku juga harus menjaga kesehatan tubuhku sebagai seorang atlet. Jadi aku sangat jarang mengkonsumsi alkohol, kalau bukan karena masalah yang terlalu pelik mungkin aku tidak akan meminumnya. Aku masih ingat jelas dengan perkataan Mella semalam.

Flashback

Setelah kami cukup lelah memutari mall dan berbelanja, kamipun memutuskan untuk singgah di sebuah cafe. Tidak ada berubah dari aku dan Mella, kami masih romantis seperti biasa. Bahkan aku sudah melupakan mengenai foto yang kemarin Porro kirimkan padaku. Sambil menunggu pesanan kami datang, dia izin untuk pergi ke kamar mandi sebentar. Tak lama sebuah pop up pesan muncul di handphone-nya yang berada di depanku. Seseorang dengan nama Jeff mengirimkan pesan yang dari apa yang kutangkap berbunyi

"Sayang,... jangan lupa besok aku akan menjemputmu jam 8 oke. I love you,...see you tomorrow". Membaca pesan tersebut rasanya keraguanku meningkat drastis bersamaan dengan ingatan mengenai foto yang kemarin porro kirimkan kepadaku. Namun hatiku masih menolak semua ini, dan mencoba untuk tetap percaya dengan perempuan yang sudah hampir 1 tahun ini sangat ku cintai. Bahkan aku sudah memikirkan akan maju ke jenjang yang lebih serius dengannya akhir tahun ini. iya, aku ingin melamarnya.

Lamunanku terjeda dengan sosoknya yang kembali duduk pada bangku yang berada di sampingku.

"Kamu kenapa diam by? Apa kamu baik-baik saja?" Ucapnya sedikit khawatir denganku. Iya, aku sangat suka sikapnya yang selalu perhatian denganku. Terlebih usia kami yang sama membuat komunikasi yang terjalin diantara kami menjadi lebih nyambung.

"Tidak. Aku tidak apa-apa". Salahkan sikap pengecut ku yang lebih milih untuk menyimpan semuanya dibandingkan harus berakhir dengannya. Aku terlalu mencintainya.

Namun nyatanya aku semakin ragu. Untuk apa mempertahankan sesuatu yang memang sudah retak?. Seolah-olah tak mengetahui retakan tak akan membuatnya membaik karena sebentar atau lama tetap akan hancur.

Saat berada di perjalanan mengantarnya pulang, kuputuskan memilih untuk memperjelas semua. Dan masih sangat berharap kalau semua asumsiku itu salah.

"Mella,..ada yang ingin ku bicarakan".

Suasana tiba-tiba menjadi sunyi. Karena hampir tak pernah aku memanggil namanya. Selama kami pacaran kami lebih sering memanggil satu sama lain dengan 'baby'.

"Apa?" Jawabnya kalem menghadap ke arahku. Sungguh aku tak tega melihat wajahnya.

"Siapa jeff?"

Bukannya menjawab justru kami sama-sama terdiam dalam kurun waktu yang cukup lama.

"Pacarku"

"Jangan bercanda Mell. Aku sedang tidak ingin bercanda". Balasku sedikit terbawa suasana menjadi sedikit emosi.

"Aku tidak bercanda yuki. Bahkan kami sudah merencanakan pertunangan". Balasnya terus terang seolah tanpa dosa dan memilih memalingkan wajahnya kearah paving blok yang tengah diinjaknya.

"Bagaimana mungkin...." ucapku yang terdengar keputusasaan didalamnya. Mataku sudah mulai memanas entah sejak kapan.

Kami terdiam cukup lama, hingga pada akhirnya aku memilih untuk mengalah.

NET SIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang