"Bagaimana kalau kita jalan-jalan sebentar?" Ajakku pada Mella sembari keluar dari arena.
"Hmmm,..... sorry Baby. Tapi aku ada janji acara dengan keluargaku. Mungkin kita bisa jalan-jalan lain kali". Tolak Mella dengan wajah merasa bersalah. Ayolahhh siapa yang bisa marah dengannya kalau sudah menunjukkan wajahnya yang menggemaskan seperti itu.
"Its okay. Telfon aku begitu sampai di rumah kalau begitu". Ucapku sebelum melihatnya mulai menjauh menuju parkiran. Kulangkahkan kakiku menyusuri jalan menuju apartemenku dengan tas punggung yang berisikan peralatan pertandinganku hari ini. Kupandangi Finger Tape yang ternyata masih menempel di jari tanganku karena lupa melepasnya tadi. Sebenarnya ada beberapa hal yang mengganggu fikiranku belakangan ini.
aku banyak berfikir mengenai sikap Mella yang belakangan ini terlihat berbeda. Aku tahu profesinya sebagai seorang model yang cukup populer membuatnya tidak memiliki banyak waktu luang. Namun dari sikapnya belakangan ini dia terlihat berbeda. Bahkan dari binar matanya ketika bertemu denganku terlihat berbeda dengan dulu.
Sebelum berangkat kesini, aku memang menghabiskan banyak waktuku untuk kembali ke jepang yang berarti mau tidak mau harur LDR dengannya. Hal tersebut juga yang membuat hubungan kami sedikit merenggang waktu itu. Training kemudian VNL dilanjutkan AVC hingga kemarin penyisihan Paris tentu tidak memakan waktu yang sedikit. Dalam kurun waktu tersebut juga aku berusaha untuk selalu menjaga komunikasiku dengannya. Namun belakangan aku sadar akan perubahan yang terlihat padanya, meski aku selalu mencoba mengenyahkan pemikiran negatifku dengannya.
Tanpa sadar, sebentar lagi aku akan sampai dengan apartemenku. Karena memang aku sengaja memilih apart yang dekat dengan arena sehingga tak perlu bersusah payah untuk pulang dan pergi.
Dengan sedikit terkekeh aku memperhatikan perempuan yang berjalan tidak jauh di depanku. Gerakan jalannya yang terlihat seperti sedang menyeret kaki membuatku sedikit geli, hingga tak lama kemudian dia berbelok pada pertigaan yang juga dilaluinya kemarin. Berarti dia memang tinggal di daerah itu kan.
Melihat itu, ada rasa bersalah yang mencuat karena sudah menuduhnya penguntit kemarin. Bahkan tatapannya tadi di arena juga sedikit menampakkan kekesalan setiap aku meminta bola, meski secara kasat mata dia lebih terlihat kaku dan judes.
Baiklah aku akan mencoba meminta maaf atas perkataanku padanya. Baru saja aku akan mempercepat langkahku mendekatinya ponselku berbunyi menandakan sebuah pesan masuk. Setelah kulihat Porro mengirimiku sebuah pesan.
KAMU SEDANG MEMBACA
NET SIDE
FanfictionBagaikan dua sisi lapangan voli yang terpisahkan oleh net. Saling bertolak belakang, hingga pada akhirnya salah satu sisi akan menang. Jaring net bagai garis takdir pemisah yang sangat kontras antara sisiku dan sisimu. Aku hanya manusia biasa yang t...