1

146K 364 14
                                    

Breakfast
.
.

Alina menyimpan piring berisi olahan ayam yang masih mengepulkan asap di atas meja makan. Pagi ini ia memasak tumis sayuran dan ayam teriyaki untuk disantap bersama nasi panas. Hmm... Nikmatnya. Alina dengan cepat menyiapkan dua piring kosong di atas meja. Segelas teh hangat untuk dirinya, dan segelas lagi coklat panas untuk seseorang yang masih nyenyak terlelap.

Alina membuka pintu kamar. Menggelengkan kepala sejenak, lantas berjalan mendekat ke ranjang. Dimana seorang laki-laki tidur pulas tanpa sehelai pakaian. Tubuh polosnya yang tadi tertutup selimut, kini selimut itu tak jelas lagi fungsinya karena tidak menutupi bagian tubuh yang seharusnya tertutup.

"Azka, ayo bangun. Sudah siang... Nanti kamu telat!!" Fix lah, Alina sudah seperti ibu-ibu yang membangunkan anaknya. Masih jam 5.30 pagi tapi bilang sudah siang...

"Eergghh..." Laki-laki itu hanya mengerang. Bahkan seujung jaripun tak ada yang bergerak.

Alina mendengus. Membangunkan Azka memang tak pernah semudah itu. Harus dengan trik khusus.

Alina duduk di tepi ranjang. Mengusap rambut lelaki itu, lalu ia menunduk. Sejenak ia mengagumi wajah tampan lelaki itu. Ketampanan yang semakin berlipat ganda kala dia dalam keadaan polos dan tertidur seperti saat ini. Terlihat lembut dan tidak berdaya seperti bayi yang manis. Tidak nampak sedikitpun lelaki sangar yang biasanya suka memaksa, dominan, selalu bergerak brutal seperti orang kesetanan saat sedang bercinta.

Alina mengecup singkat pipi lelakinya. Jemarinya meraba dada bidang itu dengan gerakan sensual. Ia dengan sengaja mendekatkan bibirnya ke daun telinga Azka, menghembuskan nafas perlahan, kemudian..

"Azkaaahh... Eeuungghh... Bangun, sayanghh..." Bisik Alina dengan desahan yang dibuat-buat.

Tiga bulan tinggal bersama dengan lelaki ini, ia sudah tau cara terbaik membangunkannya. Bukan dengan teriakan, melainkan bisikan lembut dan sapuan di daerah sensitifnya. Dijamin manjur. Meskipun akan ada efek sampingnya nanti.

"Hhh... Al.... Kamu bangunin aku atau mau bangunin kontolku?"

Benar kan, lelaki itu langsung terbangun. Yaaah dengan efek samping kejantanannya yang juga ikut terbangun tegak. Alina bergidik ngeri dibuatnya.

Alina beringsut hendak beranjak dari ranjang. "Ayo, bangun. Sarapan sudah siap. Terus mandi dan berangkat sekolah..."

Azka dengan cepat menarik pinggang Alina sampai wanita itu kembali berbaring dalam posisi miring dengan Azka memeluk erat di belakang tubuhnya. "Setiap pagi selalu itu yang kamu katakan... Bikin aku ngerasa jadi anak kamu, Al..."

Alina tersenyum. "Lalu gimana yang bener?"

"Yang bener,...." Azka menggantung kalimatnya. Tangannya menangkup kedua payudara Alina dari luar homedress tipis yang dipakai wanita itu. "No bra, hm?"

"Enghh... Belum pakai. Aku belum mandi." Jawab Alina dengan suara seraknya. Hanya diremas-remas begini saja sudah membuatnya bergairah. Ia yakin, bagian bawahnya sudah sangat becek sekarang.

Azka meremas kasar payudara bulat dan padat milik wanitanya. Sesekali ia menjepit putingnya dan menariknya sampai Alina melenguh keras. Lidahnya menari di ceruk leher wangi favoritnya. Menggoda titik sensitif Alina. Membakar gairah untuk sama-sama memuaskan hasrat mereka di pagi yang dingin ini.

"Kita ngentot dulu pagi ini, sayang... Biar aku ngerasa jadi suami kamu... Bukan anakmu."

"Alasan..." Cibir Alina.

Azka mengusap pangkal paha Alina. "Toh kamu sudah becek begini, Al... Biar sekalian aku bikin banjir yaa..."

"Ngghhh..."

ALAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang