11

25.4K 293 23
                                    

The worst feeling when i am alone

.

.

.

Alina merasakan hawa dingin menusuk tulangnya. Ia semakin dalam meringkuk namun masih enggan membuka mata.

"Azka..."

"Hm?"

"Dingin, sayang... Peluk.."

Lelaki itu beringsut mendekat. Ia menjawil hidung Alina. "Manjanya..." tapi lengannya tetap terbuka, siap mendekap dan menghangatkan wanitanya.

Alina tersenyum dengan netra masih terpejam. Merasai rengkuhan hangat lelaki yang selalu memanjakannya. Lelakinya tersayang.

"Hangat sekali." Gumamnya.

"Bangunlah Al, hadapi semuanya sendiri. Aku tidak bisa memelukmu lebih lama lagi."

Netra itu terbuka. Air mata menitik turun dan jatuh ke sisi wajahnya yang sedang berbaring miring. Sakit yang ia rasakan di sekujur tubuhnya, sama seperti perih di relung hatinya.

Bisa-bisanya ia masih memimpikan Azka di saat seperti ini.

Alina menajamkan pandangannya yang memburam. Ia sedang meringkuk di lantai gudang yang tidak asing. Di gudang ini, bukan pertama kalinya Alina tempati. Dulu sebelum ia angkat kaki dari rumah ini, ia juga sering dikunci di gudang pengap ini.

Tapi keadaan sekarang makin memilukan. Alina terbaring dengan daster tipis dan lusuh entah milik siapa melekat di badannya. Sepertinya milik salah satu maid yang iba dengannya. Karena ditelanjangi dan dihajar secara kejam oleh ipar dan mertuanya.

Semua yang melekat di tubuhnya tadi dilepas secara paksa oleh kakak iparnya. Pipinya terasa panas bekas tamparan ibu mertuanya. Kepalanya berdenyut nyeri. Dadanya sesak. Alina merasa akan mati saja. Ia bahkan tidak punya kekuatan lagi untuk bamgkit. Sekujur tubuhnya sakit. Sangat sakit.

"Azkaa..."

Di saat seperti ini Alina hanya ingat satu nama yang sangat ingin ia rengkuh. Namun, ia harus mengubur inginnya. Lelaki itu tak akan mencarinya. Lelaki itu jelas sedang murka karena sikap membangkang Alina yang pergi tanpa ijin. Bahkan mungkin, lelaki itu masih asik bermain dengan vagina perempuan lain.

Di tengah ratapannya, sayup-sayup Alina mendengar percakapan lebih dari dua orang di balik pintu itu.

"Saya takut non Alina tidak selamat, nyonya... Lebih baik kita bawa ke rumah sakit."

"Iya, ma... Mama tadi sih pake nendang perutnya sampe tuh cewek muntah darah. Kalau mati gimana?"

"Iih, kamu juga nginjek dadanya kan."

"Udah lah bi, kamu urus aja dia sana."

"Saya bangunin, ga bangun-bangun, nyonya. Malah ngingau gak jelas."

"Biarin aja, kalau tuh cewek mati, gak akan ada yang nyariin. Dia kan hidup sebatang kara. Tinggal kita kubur aja. Gak usah susah susah."

ALAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang