14

21.3K 237 31
                                    

A Man must be Love His Family

.

.

Keesokan paginya, seluruh negeri sudah digemparkan berita penggerebekan sebuah club LGBT yang di dalamnya terdapat pemimpin sebuah perusahaan telekomunikasi ternama. PT. Batara Telecommunication.

Reza Andratama Batara.

Foto wajah Reza yang diambil di malam penggerebekan itu terpampang jelas di halaman pertama semua surat kabar dan portal berita online. Bahkan video saat penggerebekan terjadi dimana saat itu Reza tengah bersetubuh dengan seorang pria yang disamarkan wajahnya, beredar secara ilegal di banyak platform sosial media.

Hancur sudah image baik yang dibangun keluarga Batara sejak berpuluh-puluh tahun lalu. Harga saham Batara telecommunication juga merosot tajam. Hampir semua investor menarik diri karena tak ingin mengalami kerugian lebih besar lagi.

Selain karena skandal Reza yang ternyata mengalami kelainan orientasi seksual, perusahaan Batara juga memang sedang mengalami krisis karena para stage holder yang tidak lihai mengelola keuangan perusahaan. Terlebih keluarga dari pemimpin perusahaan yang banyak mengambil uang perusahaan untuk kepentingan pribadi.

Di tengah carut marut manajemen PT. Batara telecommunication, skandal baru Reza jelas semakin memperosokkan posisi perusahaan keluarga itu semakin dalam ke jurang.

Di saat seperti ini, pengusaha pabrik barang-barang elektronik ternama berinisiatif mengambil alih perusahaan Batara dengan cara membeli seluruh saham dengan harga anjlok. Dialah Randy Sutedja.

Ia berani mengambil resiko membeli perusahaan yang nyaris bangkrut itu. Mengakuisisi dan mengubah nama perusahaan menjadi PT. AL Comm. Randy Sutedja berencana akan memberikan perusahaan itu sebagai hadiah atas kembalinya sang putri semata wayang. Tentu saja setelah membenahi manajemen perusahaan yang lama, agar segera bangkit dari masa krisis.

.

.

Sesampainya di kediaman megahnya, Azka tidak ingin buang-buang waktu. Ia segera mencari papanya. Mendengarkan ceramah etika yang biasa digaungkan papanya setiap kali usai membuat masalah. Lalu pergi kembali ke rumah sakit.

"Papa, cepet Pa.. Azka ga mau ninggalin Alina lama-lama." Azka duduk di sofa ruang tengah tempat papanya membaca koran pagi ditemani kopi hitam di sisinya.

Tak biasanya papanya terlihat santai di pagi hari ini. Melihat baju rumahan yang sedang dikenakan papanya. Apakah hari ini papanya libur? Sepertinya, 19 tahun Azka hidup, baru pagi ini papanya tidak sibuk. Entah, kali ini Azka sedang tidak ingin bertanya.

"Anak sialan. Papa baru pulang dari Singapore. Pagi-pagi nyempetin pulang karena kangen sama anak kesayangan papa yang baru lulus SMA.. Tapi malah kamu begini!" Ardian membanting korannya di sofa. Menatap putra tunggalnya dengan intens

"Tapi kan Pa... Alina lagi sakit.." Azka merajuk. Ia tidak takut gertakan papanya karena hafal perangai orang tua itu yang kadang berlebihan.

"Perempuan itu tidak akan mati meski kamu tinggal naik haji sekarang."

"Ck! Jangan becanda deh Pa. Papa cepetan mau ceramah apa ke Azka sekarang..."

Ardian menghela nafas panjang. Akhirnya saat-saat seperti ini tiba. Saat putranya mengalami masa puber dan jatuh cinta pada seorang perempuan. Ardian juga laki-laki. Ia memaklumi sikap kekanakan Azka. Meski harus sekuat tenaga menekan egonya. Tidak mudah membesarkan anak seorang diri. Tanpa sosok ibu yang mengawasi tumbuh kembang putranya, sedangkan ia harus banting tulang menumpuk uang.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 28 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ALAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang