8

30.8K 164 5
                                    

Anger and Jelousy


.
.
.

Ting !

Suara alarm berbunyi dari sebuah alat pemanggang yang baru dibelinya. Seorang wanita berlari kecil menghampiri. Membuka penutupnya, lalu mengeluarkan seloyang kue brownies buatannya. Asap mengepul dan aroma harum nan manis itu langsung memenuhi seluruh ruangan di apartment tempat tinggalnya.

Alina tersenyum. Kue buatan pertamanya berhasil. Rasa dan aromanya sungguh menggugah selera. Ia bukan pecinta coklat, tapi demi seseorang, ia tekun semalaman mempelajari cara membuat brownies dengan dark chocolate 90%. Bahkan sampai membeli oven listrik canggih dan modern dengan harga lumayan menguras isi rekeningnya.

Perpaduan rasa manis dan pahitnya coklat murni sudah dirasa pas. Dan sensasi lumer di mulut benar-benar membuat ketagihan.

"Semoga Azka suka." Ucapnya seraya membayangkan reaksi lelakinya saat mencicipi kue pertama buatan tangannya.

Tadi pagi, sebelum Azka berangkat ke sekolah, ia berjanji akan memberinya kado istimewa kalau cowok itu lulus dan mendapat nilai sempurna, alias 100. Alina belum mendapat kabar dari Azka. Tetapi, pengalamannya pernah menjadi guru dan wali kelas Azka selama tiga bulan, membuat ia yakin cowok itu pasti lulus. Dan kemungkinan besar meraih poin nilai tertinggi.

Yakin banget.

Cowok jenius yang kerjaannya bermalas-malasan dan tak pernah sekalipun belajar ketika di luar sekolah itu, nyatanya memang memiliki kecerdasan di atas rata-rata. Setiap tahun Azka selalu mencetak skor tertinggi di semua mata pelajaran. Selalu menjadi kebanggaan sekolah. Peraih piala dan medali berbagai perlombaan taraf regional sampai nasional.

Amazing? Pasti.

Dan Alina bangga memilikinya.

Sudah jelas bukan? Alina tak perlu menunggu kabar dari sang pacar. Ia sudah lebih dulu menyiapkan sebuah kado jam tangan bermerk yang desainnya ia pesan khusus agar sesuai dengan kepribadian Azka. Sepatu sport keluaran terbaru dari merk favorit Azka yang sudah dia incar sebulan lalu. Dan memanggang kue brownies dengan coklat pekat kesukaan kekasih hatinya itu.

Hampir enam bulan bersama membuat Alina tak lagi sungkan menggunakan uang pemberian Azka. Ia memakai uangnya untuk mempercantik diri demi memanjakan mata pacar tercintanya, dan sesekali membelikan gift kecil untuk Azka. Ia ingin terus meng-upgrade diri sebagai ucapan terima kasihnya pada Azka, karena lelaki itu tak pernah berhenti mencintai dan menyanjungnya setinggi langit.

Setelahnya, mungkin sudah seratus kali Alina menimbang ia harus keluar menyusul Azka ke sekolah atau menunggu Azka pulang saja. Tapi bukankah ia ingin memberi surprise untuk lelaki itu? Bukankah akan lebih mengejutkan jika Alina datang ke sekolah menemui pacarnya itu?

Lagipula, hari ini hari pengumuman kelulusan. Tidak ada kegiatan belajar formal. Gerbang sekolah akan terbuka sehingga keluarga murid bisa masuk dengan bebas dan merayakan kelulusan dengan meriah dan penuh suka cita.

 Gerbang sekolah akan terbuka sehingga keluarga murid bisa masuk dengan bebas dan merayakan kelulusan dengan meriah dan penuh suka cita

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ALAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang