12

28.1K 295 30
                                    

I found you
.

.

.

Azka melangkahkan kakinya dengan gusar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Azka melangkahkan kakinya dengan gusar. Ia berjalan kesana kemari di sebuah taman terbengkalai di pinggiran kota dengan penerangan minim, demi membunuh waktu. Setengah jam berlalu dan orang-orang yang dia tunggu belum juga terlihat seujung rambutpun.

Langit gelap menyelimuti. Tepat pukul 11 malam, Azka semakin mengkhawatirkan Alina. Ia tidak bertemu seharian sedari pagi dengan wanita tercintanya itu. Lebih dari lima belas jam, dan ini sangat menyiksa. Sebelumnya, mereka berdua tak pernah berpisah selama ini.

Beberapa saat lalu ia dibuat sangat marah mendengar percakapan beberapa orang. Sayangnya ia tak bisa melakukan apapun meski sangat ingin. Ia berada di jarak yang cukup jauh, hanya mencuri dengar dari alat penyadap yang ia lekatkan di salah satu anak buahnya.

"Beraninya mereka menghina wanita gue. Beraninya mereka menyentuh Alina gue. Mereka akan merasakan akibatnya! Gue bersumpah akan membalas mereka." Geramnya dengan rahang mengeras dan gigi bergemelatuk.

Ares yang menemani Azka di sana, hanya bisa menebalkan telinga mendengar semua umpatan kemarahan Azka. Karena memang dia hafal betul perangai tuannya ketika sedang marah. Tuan mudanya ini tidak pernah main-main ketika ia marah karena barang miliknya disentuh. Terlebih ini menyangkut perempuan yang dicintai.

"Itu mereka datang." Tunjuk Ares ke arah iring-iringan dua mobil sedan hitam yang juga sedang melaju ke arahnya. Keduanya memicing karena sorot lampu mobil yang menyilaukan.

Azka bergegas menghampiri mobil yang telah berhenti sempurna di hadapannya itu. Tiga orang lelaki bertubuh kekar dan bertampang sangar keluar dari mobil pertama, dan dua orang lagi keluar dari mobil kedua.

Azka melirik ke dalam mobil, dan mendapati seorang wanita yang begitu ia rindukan tergolek lemah di bangku penumpang belakang. Ia mencengkram krah kaos salah satu lelaki itu.

"Kalian apain dia sampai pingsan begitu?"

"Kami tidak berani, Tuan. Kami tidak melakukan apapun."

"Lalu kenapa--?"

"Sepertinya nona sangat ketakutan ketika kami membawanya, tuan. Jadi dia pingsan. Tubuh nona juga banyak luka lebam, tuan. Saya rasa harus segera dibawa ke rumah sakit..."

Azka menghempaskan tubuh pria yang lebih besar darinya itu. Ia bergegas masuk ke dalam. Ares mengawasi dari jarak dekat. Ia sudah siap kapanpun Azka memintanya masuk dan mengemudikan mobil.

"Good job. Kalian bisa pergi sekarang." Titah Ares pada lima preman bayarannya setelah memberikan satu amplop berisi segepok uang sebagai upah preman-preman itu.

Ya, Debt collector yang masuk ke kediaman Batara adalah preman yang dibayar Azka untuk mengeluarkan Alina dari tempat terkutuk itu. Azka mengatur sandiwara orang-orang itu yang menagih hutang dalam jumlah besar. Dia yakin, mertua Alina tidak akan sudi menggelontorkan hartanya untuk melunasi hutang menantu yang tidak dianggap itu. Jadi Azka yakin seribu persen Sonya Batara akan dengan senang hati menyerahkan Alina pada debt collector suruhannya.

ALAZKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang