fifteen [ END ]

792 52 2
                                    

Enjoy!

Wedding day.

Soobin sudah siap dengan setelan jasnya, memandangi dirinya didepan cermin. Ah, dia tidak menyangka akan secepat ini untuk menikahi mate nya. Bahkan ayahnya menikahi ibunda dulu membutuhkan waktu bertahun-tahun. Ah, Soobin jadi teringat bunda.

"Soobin?" suara bariton tegas memenuhi indera pendengarannya. Soobin menoleh ke belakang, dan tersenyum ketika melihat ayahnya yang memasuki kamar.

Tanpa berkata, ayah Soobin langsung memeluk putra tunggalnya. Mengelus rambutnya dengan sayang.

"Kamu sudah siap?" tanya ayah ketika melepaskan pelukannya dan dijawab anggukan oleh Soobin,

"Siap ayah. Soobin selalu siap" kemudian tersenyum.

Kedunya berjalan menuju altar, tidak dipungkiri Soobin gugup setengah mati. Membayangkan gimana cantiknya Yeonjun nanti ketika memasuki altar. Ah, Soobin tidak sabar.

-

Berbeda dengan Soobin yang sudah siap, Yeonjun saat ini sedang ribet dengan dirinya sendiri. Hingga membuat ibunda dan tantenya jengah mendengar celotehan Yeonjun.

"Tan, bun, gimana kalo Yeonjun ngelakuin kesalahan nanti? Gimana kalo Yeonjun tersandung karpet saat masuk altar? Gimana nanti Soobin yang malu punya mate kaya Yeonjun? Aduh bunda, tante gimanaaaa" rengek Yeonjun sambil menghentakkan kakinya.

Ibunda memutar matanya, kemudian  memegang kedua bahu Yeonjun, "Yeonjun hei, dengerin bunda sayang. Kamu ngga bakal ngelakuin kesalahan apapun. Itu semua cuma pikiran negatif kamu yang berlebihan karena gugup, sekarang tenangin diri kamu dulu. Setelah itu, kita jalan menuju altar. Okay?"

Yeonjun mengangguk, kemudian menetralkan nafasnya, membuat dirinya setenang mungkin. Kemudian mengangguk, yakin jika dia sudah siap untuk memasuki altar.

Mereka bertiga berjalan dengan Yeonjun ditengah, menuju ke altar. Tante Mirna membawa bucket bunga di tangannya.

Soobin benar-benar terpana oleh pesona Yeonjun sekarang. Sungguh, matenya sangat cantik. Didampingi dua omega di kanan dan kirinya, membuat Yeonjun seperti menyerap kecantikan kedua omega tersebut.

Yeonjun sudah berdiri tepat di samping Soobin, tangannya menggandeng tangan Soobin untuk menyalurkan rasa gugupnya. Soobin yang peka, mengelus pelan punggung tangan Yeonjun.

"Tenang" bisik Soobin sambil menatap Yeonjun dan tersenyum tenang.

"Kalian berdua sudah siap?" tanya pendeta, keduanya mengangguk mantap.

"Baiklah, mari kita lanjut mengucapkan janji suci di pernikahan kalian. Ingat, janji pernikahan hanya diucapkan sekali dalam hidup, jangan pernah memainkan pernikahan" ceramah pendeta, keduanya hanya mendengarkan dengan tenang.

"Saudara Choi Soobin, apakah Anda bersedia menjadi suami saudara Choi Yeonjun dan tetap pada sisinya dalam keadaan senang, sedih, susah, duka, suka, miskin, dan kaya?"

"Saya Choi Soobin sangat bersedia menjadi suami Choi Yeonjun dan akan tetap pada sisinya dalam keadaan senang, sedih, susah, duka, suka, miskin, dan kaya" jawab Soobin dengan tegas.

"Saudara Choi Yeonjun, apakah Anda bersedia menjadi suami saudara Choi Soobin dan tetap pada sisinya dalam keadaan senang, sedih, susah, duka, suka, miskin, dan kaya?"

"Saya Choi Yeonjun sangat bersedia menjadi suami Choi Soobin dan akan tetap pada sisinya dalam keadaan senang, sedih, susah, duka, suka, miskin, dan kaya" jawab Yeonjun tak kalah tegas. Dia telah memantapkan hatinya.

Semuanya bersorak ketika janji suci telah diucapkan oleh kedua mempelai.

Salah satu partner pendeta, memberikan sekotak cincin kepada Soobin yang diterima dengan baik.

"Silahkan pasangkan kedua cincin di jari manis kalian" perintah sang pendeta yang langsung saja Soobin langsung memasangkan cincin di jari manis Yeonjun, kemudian mengecup tangan itu dengan lembut. Yeonjun tersipu malu.

"Ekhem, anak muda. Belum waktunya cium mencium" sang pendeta berdeham sedikit keras, membuahkan tawa kecil dari para tamu undangan yang hadir.

Yeonjun semakin malu, kemudian dengan cepat mengambil cincin satunya lagi dan memasangkan ke jari manis milik Soobin. Yeonjun menatapnya berbinar.

Soobin menarik pinggang Yeonjun, mendekatkan wajah keduanya dan saling memagut satu sama lain. Membuat sang pendeta terkejut.

"Saya belum mempersilahkan padahal, yowes lah. Karep e arek nom" sang pendeta hanya bisa pasrah.

Para tamu yang mendengar itu langsung tertawa, aduh heran banget sama anak muda.

Akhirnya mereka berdua melepaskan pagutannya dan pesta pernikahan berlanjut.

"Yeonjunie! Selamat ya, aku ikut senang" Hyunsuk memeluk Yeonjun yang langsung dibalas oleh sang empu. Dibelakangnya ada Jihoon yang sedang menggendong baby Junghwan.

"Uncle nunie~. kata dada, wanie mu punya adik? Dalam pelut uncle~" tanya Junghwan sambil menunjuk perut Yeonjun, langsung saja Yeonjun menutupi perutnya dan menatap Jihoon dengan tajam.

Yang ditatap cuma cengengesan.

"Iya, ditunggu ya hwanie" jawab Soobin sambil mencubit pipi Junghwan yang menimbulkan senyum sabit di wajah Junghwan. Ah gemasnya. Yeonjun mendelik ke arah Soobin.

"Yaudah ya, kita balik dulu. Eh iya, jangan lupa mampir. Aku buat banyak stok donat" Yeonjun yang mendengar kata donat langsung mengangguk mantap.

"Pasti suk!! Soobin, besok mau ke toko Hyunsuk!" pinta Yeonjun yang langsung diangguki oleh Soobin.

Hyunsuk, Jihoon, dan Junghwan sudah kembali. Kini giliran sahabat seperbobrokannya.

"Weisss udah nikah aja nih, tinggal ponakan belom hadir" ucap Haechan ketika sampai dihadapan mereka berdua. Yeonjun sudah menatap nyalang.

Kenapa orang-orang ribet banget nanyain anak, baru juga nikah.

"Ditunggu aja" jawab Soobin santai.

"Selamat ya anyways, Han ngga bisa dateng. Titip salam aja, karena lagi ada acara keluarga besar sama kak Minho" ini Renjun, pacar Haechan.

"Gue tau, mereka mau lamaran kan? Lo berdua kapan nyusul?"

Haechan menggaruk tengkuknya, "sebentar lagi,"

-

Acara berlanjut dengan damai dan berakhir pada pukul duabelas dini hari.

Yeonjun sudah selesai mandi, merebahkan tubuhnya di atas kasur empuk miliknya dan Soobin.

Tiba-tiba ada beban yang menindih tubuhnya ketika ia akan memejamkan mata,

"Jangan tidur dulu cantik" Soobin membelai surai Yeonjun dengan lembut, sang empu hanya cemberut.

"Aku capekk"

"Besok bisa tidur seharian, jadi kita bikin makin capek aja sekalian" Soobin tersenyum miring, kemudian menyambar bibir Yeonjun dengan cepat.

Selanjutnya, imajinasikan sendiri okayyy.

The end!

Haiii~

Terimakasih udah mau baca book ini, meskipun sangat tidak jelas alurnya. Tapi terimakasih banyak banyakkkkkkkkkkkk, aku sayang kalian. Makasih yang masih mau nungguin buku ini update. Makasih banyak.

Kisah Soobin dan Yeonjun berakhir disini, selamat beristirahat dan jaga kesehatan selalu. Love youu and see ya in the next book!

Tertanda
Lilac.

Makes You Down「 LENGKAP✔ 」Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang