Epilogue; also the new page for all

175 21 60
                                    

1927.

Kalau ditanya apa hal yang paling menyenangkan dari pekerjaannya yang sekarang, Mary Mitford jelas akan menjawab: kesempatan untuk pergi-pergi gratis. Pun hari ini. Di dalam mobil kantor, ia dan seorang supir (Januari lalu, ia baru saja membuat kendaraan kantornya ringsek dan atasannya tak lagi mempercayai manusia mungil itu untuk membawa mobil) pergi menuju area pedesaan yang tenang.

Ya, Mary tengah ditugaskan untuk meliput kondisi terkini dua tersangka Myrtlegrove Estate.

Waktu sudah berlalu sekian lama, rupanya. Buntut dari ulahnya membuntuti penyelidikan Viper Whetstone tanpa konfirmasi jauh-jauh hari, Mario Mitford jadi diliburkan beberapa waktu sebelum kembali diminta menjadi pewarta untuk kasus Myrtlegrove Estate.

Di awal-awal persidangan, gadis itu memaksakan diri untuk meliput, tapi setelahnya ia dilanda stres berkepanjangan. Mary sampai merasa ia berada di titik dialah yang butuh asylum. Terakhir kali si gadis merasa begitu adalah ketika ia masih belia, tapi itu adalah kenangan masa lalu yang tak ingin dibukanya kembali.

Itu pula yang membuat Mary baru bisa bekerja di lapangan akhir-akhir ini. Untung atasannya yang sekarang cukup baik dan pengertian.

Berbeda dengan London yang dipenuhi hiruk pikuk bangunan, area yang Mary kunjungi saat ini didominasi padang rumput dan puing bangunan yang entah bagaimana terasa menyatu begitu saja dengan alam. Dari balik jendela, gadis berambut brunette itu bertopang dagu.

Sungguh damai. Ini tempat mereka dirawat?

"Mr. Mitford, sudah sampai."

Mary tersentak. Ia mengangguk dan turun dari mobil. "Tolong tunggu di sini, ya. Liputan saya tak akan lama." Ia bicara dalam suara berat yang akhir-akhir ini jarang ia gunakan.

Mata kelabu Mary menyisir halaman depan dari gedung bertingkat yang cukup besar itu. Ada seseorang yang sudah berjanji akan menemuinya di sini. Ia tengah membenahi jas abu-abu kebanggaannya yang sudah usang dimakan waktu ketika menangkap keberadaan orang yang ia maksud.

"Gaela-Miss Adaline!" Mary menyapa penuh semangat, nyaris lupa kalau kali ini ia sedang dalam mode bekerja.

Penampilan gadis yang dipanggil oleh Mary itu nampak beda dari yang biasanya mereka lihat di manor. Rambut yang biasa terkepang itu kini terurai rapih, dirinya tidak lagi memakai pakaian maid, melainkan gaun sederhana bewarna coklat.

"Lama tidak jumpa, Mary." Gadis itu tersenyum manis pada Mary. Ya, selama ini memang Gaela Adaline hanya ia temui lewat lembaran surat. Entah sejak kapan Mary sudah menganggapnya seperti adik sendiri.

Sepertinya, Mary memang butuh berkeluarga. Sayang sekali, sepertinya hal itu tak akan pernah terwujud seumur hidupnya.

Mendengar nama aslinya disebut, Mary langsung memberi gestur peringatan dengan telunjuk menempel di bibir.

"Aku sedang bekerja, jangan panggil dengan nama itu!" Mary mendesis, memasang wajah pura-pura galak. Hanya sebentar, kemudian gadis itu tersenyum lebar.

Mata Gaela mengerjap beberapa kali, terkejut sebelum akhirnya gadis itu tertawa kecil.

"Baiklah baiklah, Mr. Mitford." Gaela membalas, menekankan bagian saat menyebut mister. Mary menggamit tangan Gaela, mengajaknya masuk ke dalam bangunan, lantas mencari pihak yang perlu ditemuinya untuk keperluan liputan-juga kunjungan pada dua orang yang menjadi alasan mereka bertemu hari ini.

"Jadi anda ingin meliput siapa dulu, Mr. Mitford?" tanyanya, tanpa menghentikan langkahnya.

"Mari kita lihat siapa yang bisa dikunjungi lebih dulu." Mary berjalan lebih dulu. Setelah berbicara dengan salah satu petugas dan menunjukkan kartu identitas, mereka diarahkan ke ruang tunggu.

[END] The Ambiguous Reporter - RP NPC 2023Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang