6

467 57 6
                                    

"Ayah belum ngasih tahu aku soal Hardiska Tama. Shani lebih tahu semuanya sedetail itu. Arghh!! Aj*!! Bgs*!!." Umpat Aran dijalan.

"hardiska Tama siapa? Ayah terlibat apa dengan orang itu? Pembunuhan?." Gumam Aran dijalan.

Merasa terjebak di apartemen Shani, Aran memutuskan untuk segera pulang.

"Shan, besok gue udah balik
ke kampus, ini photo mau
dikirim kapan?." Tanya seseorang

"Nanti aja nunggu kabar dr gue.
Sementara lo simpen dulu."
Balas Shani dr sambungan telfonnya.

"Aran dan Bokapnya emang licik!!." Ucap Shani penuh amarah.

Malam ini rencananya Aran akan mengajak ayahnya untuk bicara. Namun krn hari ini ayahnya lembur, Aran memutuskan untuk berbicara padanya besok saja.

"Aku anter pulang ya?." Tanya Vion.

"Nggak usah, kak. Aku dijemput." Jawab Chika.

Sore ini, Chika baru sampai di Jakarta dan sedang menunggu Aran menjemputnya.

"Ya udah, aku temenin nunggu disini." Ucap Vion.

Ia duduk disebelah Chika. Mereka sedang ada di halte kampus.

"Gawat nih ntar kalau Aran lihat." Batin Chika.

Ia menggeser posisinya sedikit menjauh. Vion melihat ke arahnya.

"Kenapa?." Tanya Vion sambil mendekati Chika.

"E enggak pp. Kak jangan deket2." Ucap Chika.

Ia bergeser lagi. Namun Vion terus mengikutinya.

Tiiinnn

Tiiinnnn

Terdengar bunyi klakson mobil dr depan halte. Chika dan Vion melihat ke arah sumber suara.

"Aran." Gumam Chika.

Ia segera berdiri, dan berjalan menuju mobil tersebut.

"Chik! Chika!!." Panggil Vion.

Ia mengejar Chika hingga Chika berhenti tepat di sebelah pintu mobil.

Aran menurunkan sedikit kaca jendelanya.

"Botol minum kamu." Ucap Vion.

Ia memberikan botol minum Chika yg ketinggalan di Halte.

Aran turun dr mobil hendak mengemasi barang2 Chika. Aran masih menggunakan seragam Sma.

Aran mendekati Chika dan meraih tas punggung dan 1 tas jinjing yg dibawa. Aran menaruhnya di kursi belakang.

Vion hanya memperhatikannya, bahkan Aran sama sekali tidak menyapa atau melihat ke arah Vion. Terakhir, Aran membukakan pintu untuk Chika dan memintanya untuk segera masuk.

Aran pergi ke kursi kemudi dan menjalankan mobilnya.

Aran hanya diam. Chika sesekali melirik ke arahnya.

"Pasti marah ni Aran gara tdi aku sama Vion." Batin Chika.

Mencoba untuk mencairkan suasana, Chika perlahan meraih satu tangan Aran dan menggenggamnya.

"Aku kangen banget sama kamu." Ucap Chika. Ia mencium punggung tangan Aran.

Aran masih diam.

"Kamu gak kangen sama aku?." Tanya Chika.

"Kenapa sama Vion?." Tanya Aran dingin.

"Ta tadi gak sengaja ketemu di halte." Jawab Chika.

Aran melirik ke arah Chika sebentar lalu melihat ke jalan lagi.

Oke.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang