8 ( Maybe End )

506 62 10
                                    

Tiba2 Aran mencekik leher Shani.

Shani memukuli tangan Aran agar ia melepaskannya.

Shani terlihat sangat sesak..

"Kalau lo bunuh gue, sia2 yg lo dapet." Ucap Shani setelah Aran melepaskan tangannya.

"Turunin pisau lo!." Lanjutnya.

Aran meletakkan pisaunya.

"Bokap gue bukan pembunuh!." Ucap Aran.

"Kalau ada buktinya." Sahut Shani.

"Ijinin gue ketemu sama bokap lo!." Ucap Aran.

"Minggu depan. Minggu depan gue mau nengokin papa sama mama di Jogja." Jawab Shani.

Ia masih terlihat sedikit ngos2an.

"Gue ikut." Balas Aran.

Shani hanya mengangguk.

Aran mengambilkan minum untuk Shani.

"Sorry.." Ucapnya sambil memberikan minuman itu pada Shani.

"Gila lo! Mau bikin gue mati." Ucap Shani meraih gelas dr tangan Aran dan meminumnya.

"Lo kenapa?." Tanya Shani.

Aran menatap Shani.

"Apa? Gue bisa lihat dr aura wajah lo. Lo lagi ada masalah?." Tanya Shani lagi.

Aran menuju sofa di ruang tv.

Merasa nafasnya sudah normal, Shani mengikuti Aran dan duduk disebelahnya krn hanya ada 1 sofa disana.

"Gue kabur dr rumah." Ucap Aran.

"Hah? Ngapain? Kayak bocah aja lo kabur dr rumah. Trus lo tinggal dimana?." Tanya Shani.

Ia sedikit terkejut mendengar omongan Aran barusan.

"Gue ngekost. Gara2 bokap gue gak mau ngasih penjelasan apa2 ke gue, hal itu bikin gue jadi punya banyak pikiran negatif ke dia soal kasus ini." Ucap Aran.

"Lo beneran harus denger sendiri dr bokap gue." Ucap Shani.

"Kali ini gue percaya sama lo." jawab Aran.

Mereka hening sejenak.

"Merah." Gumam Shani saat melihat lehernya dr pantulan cermin. Ia mengusapnya sebentar.

Aran menoleh ke arahnya.

"Sorry." Ucap Aran.

Ia mendekati Shani dan mencoba melihat bekas kemerahan tersebut.

"Sakit gak?." Aran menyentuh bekas kemarahan itu dan mengusapnya pelan dengan ibu jarinya.

"E e en enggak. Enggak sakit." Shani sangat gugup melihat Aran sedekat itu dan memperlakukannya seperti itu.

"Sorry ya. Lo ada obat gak yg bisa ilangin merahnya ini." Ucap Aran.

Ia masih berada dihadapan Shani dan sedang menatapnya.

"Enggak ada, Ran. Em nanti juga ilang sendiri." Ucap Shani.

Aran kembali ke posisi duduknya.

"Jadi, waktu itu, lo sengaja lakuin itu biar lo bisa bujuk gue buat bebasin bokap lo?." Tanya Aran.

"Waktu itu? Kapan?." Tanya Shani sedikit bingung.

Aran menyandarkan badannya di sofa, sedikit mendongak.

"Yg lo nendang ti*** gue." Ucap Aran sedikit terkekeh.

Shani baru ingat.

"Bisa serendah itu ya gue." Balas Shani.

Oke.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang