"Ayah!! Ayah!! Ayah turun!!." Teriak Aran.
Jam setengah 11 malam, Aran baru saja sampai rumah.
"Ada apa sih, Ran. Malam2 kok teriak2." Ucap Bunda Risa, yg lebih dulu keluar dr kamarnya.
"Ayah mana?! Suruh turun sini ,bun." Ucap Aran.
"Apasih, bun?." Ayah Aran baru saja keluar.
"Kamu disuruh turun sama Aran." Jawab Bunda.
Ayah Aran turun menuju ruang tengah.
"Kenapa?." Tanya Ayah.
"Aset itu punya siapa?." Tanya Aran dengan tatapan tajamnya.
"Y ya p punya ayah." Ucap Ayah.
"Aset itu punya siapa?!." Aran meninggikan nada bicaranya.
"Yang sopan ya kamu ngomong sama orang tua!." Ucap Ayah.
"Ayah bohongkan?! Pak Boby gak pernah bawa aset itu!!." Ucap Aran.
"Kamu gak usah sok tahu ya!! Kamu gak tahu apa2!." Ucap Ayah.
Mereka mulai dikuasai amarah masing2.
"Hardiska Tama. Ada hubungan apa ayah dengan meninggalnya beliau!? Jawab, yah!! Aku berhak tahu!! Ayah gak bisa seenaknya nyuruh2 aku tanpa bukti yg jelas!! Cukup kemarin aku bodoh krn udah nurutin kemauan ayah!." Ucap Aran.
"Ngelawan ya kamu sama ayah!." Ucap Ayah.
"Ayah nyembunyiin banyak hal soal aset dan ditahannya pak Boby. Bahkan Ayah gak mau ngasih tahu Aran, siapa pak Hardiska Tama. Baik, yah. Aran akan cari tahu sendiri!." Ucap Aran.
"Apa?!! Kamu masih bocah, bisa kamu nyari tahu hal2 kayak gitu! Ayah bilang, gak usah lagi ikut campur urusan ayah!!." Ucap Ayah.
"Yah, udah yah. Ini ada apa sih?." Ucap Bunda meredakan emosi ayah. Bahkan bunda benar2 tidak tahu mereka sedang membicarakan apa.
Ayah menepis tangan Bunda yg mengusap2 pelan dadanya.
"Kalau kamu masih ngotot mau urusin malasah ini, dan gak mau nurut sama ayah lagi, keluar aja sekalian kamu dr rumah ini. Udah dikasih tahu nglawan, sekarang mau seenaknya!." Ucap Ayah Aran tanpa sadar.
"Ayah!." Ucap Bunda.
"Oh, gitu. Oke! Malam ini Aran akan keluar dr rumah ini!." Ucap Aran.
Ia naik menuju kamarnya.
"Aran! Aran! Jangan, nak. Gak ada yg boleh keluar dr rumah ini!." Panggil bunda.
"Yah, kamu apa2an sih! Kalau Aran keluar dr rumah ini gimana?!." Ucap Bunda.
"Biarin! Biar dia rasain sana hidup sendirian diluar. Anak kok gak bisa di atur!." Ucap Ayah.
Bunda menyusul Aran ke kamarnya.
"Aran. Aran kamu gak usah kemana2 ya. Ayah tadi cuma lagi emosi aja, nak." Ucap Bunda.
Aran diam dan terus mengemasi barang2nya.
Bundanya sudah berusaha mencegah, tapi Aran tetap kekeh untuk keluar rumah.
Dibawah.
"Kunci motor, kunci mobil, kunci Caffee." Aran menyerahkan semua fasilitas yg diberikan ayahnya.
"Ini kartu yg dr ayah. Aran cuma akan bawa yg dr tabungan Aran. Ini hak Aran." Ucap Aran sambil menunjukkan kartu kreditnya.
"Aran pasti akan nemuin semua pertanyaan2 yg ayah gak pernah jawab dr Aran. Aran pasti bisa mengungkap semua yg ayah sembunyikan dr Aran." Ucap Aran penuh penekanan.
