part 1

3K 85 1
                                    

Happy reading

Rumah sakit cempaka bunda tampak agak sepi dari biasanya gadis itu datang, apa mungkin karena malam ini hujan sangat deras di tengah kota.
Entalah, suara gemuruh dan hujan jatuh ke bumi dengan lebat nya seakan akan tau bahwa hari ini adalah hari dimana awal sebuah ceritanya akan segera berakhir entah itu dengn baik maupun buruk.

Kaki mungil itu terus melangkah demi langkah tanpa meperdulikan bahwa dia telah berada di luar rumah sakit namun dia masih dengan pikiran nya meratapi takdir yang begitu kejam padanya. Membawa pikiran yang berkecambuk ke tengah hujan yang membasahi nya, melarutkan tangisan nya yang pecah bersama hujan deras.

Sungguh ini rasanya tak adil untuk nya. Namun kenyataan demi kenyataan menyakitkan terus saja di putar bak cd rusak dalam kepalanya.

Satu hal yang terus di pikirnya
Dosa apa dia di masalalu sehingga takdir nya begitu buruk.
Tak di anggap oleh keluarga, orang yang di cintainya bersama kakaknya.

Satu kata yang mungkin orang akan liat iri hidupnya selalu dalam kata kalah dan untuk mengalah.
Bahkan tuhan pun memberi nya hidup untuk 100 hari lagi.
Kanker otak dengan stadium 3 semakin parah namun masih dengan keinginan awalnya dia tidak ingin di rawat apalagi di obati.

Di diagnosa akan hidup 100 hari kurang lebih membuat nya kembali tersenyum kecut pada takdir.
Bahkan keluarga pun tidak ada yang tau akan hal ini, gadis malang adalah kata yang pantas untuknya.

Dengan keadaan basah kuyup dia kembali ke rumah mewah bak istana itu yang isinya hanyalah luka untuk nya.
Baru saja kaki nya ingin menginjak anak tangga untuk ke kamarnya terhenti dengan suara yang sangat di kenalinya.

"Dari mana saja kamu jam segini baru pulang" Suara bass itu suara yang sangat ingin dia dengarkan dengan nada lembut seperti sedang berbicara kepada kakak perempuan nya.

"Maaf pah" kata itu yang lolos dari mulutnya. Jika biasanya dia akan menjawab untuk membela dirinya tidak untuk kali ini , rasanya sia-sia apa yang selama ini di lakukannya.

Tanpa memalingkan wajahnya menghadap pria yang berada di belakang nya, Dia masih dengn posisi nya yang sama di anak tangga ke tiga.

"Kenapa kamu tidak mencontah kaka mu titania" Kata itu adalah kata yang setiap saat dia dengar, Iyaa benar mencontoh sang princes keluarga abimayu Titania putri abimayu.

"Iya pah,,,, maaf lain kali aku akan pulang cepat, aku ke kamar dulu" Setelah mengatakan itu Rayana
melangkahkan kaki nya dengan cepat sebelum pria paruh baya itu mengeluarkan suaranya lagi.
Sudah cukup rasanya dia begitu lelah dengan apa yang terjadi selama ini.

Sedangkan abimayu kali ini sedikit gelisah atau khawatir akan Rayana, dia sering memimpikan Rayana yang berpamitan padanya untuk pergi namun tak pernah kunjung untuk pulang, apalagi setelah mendengar jawaban anak nya itu yang tidak seperti biasanya. Apa Rayana benar akan pergi, sehingga dia tidak mau berdebat lagi dengannya demi sebuah alasan mengapa dia telat pulang atau melakukan suatu kesalahan.


Pov Rayana

Si malang Rayana Putri Abimayu itulah aku, kini aku berada di kamarku setelah membersihkan diri, aku mulai  membuka buku diaryku yang biasanya ku lakukan setiap malam sebelum tidur.

Menulis tanggal dan hitung mundur tanggal kematian ku sendiri.
Apakah aku harus senang dengn kematianku atau aku akan sedih dengan takdir ku, atau aku harus merayakannya juga.

Entalah tak apa aku akan mejalani nya. Bukankah ini yang aku inginkan setiap aku menangis dengan penuh rasa sesak dan sakit. Mungkin dari sekian banyak doa ku, tuhan hanya mengabulkan yang ini saja.

100 Days / Sebelum Kematianku ( On Going) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang