=͟͟͞ ♡̩͙ Cendrawasih Amerta by Rocqca_sQueen

420 30 42
                                    

Jagad raya terlalu pelik untuk sukma yang berpapasan terhadap kelu nan pilu. Segala bentuknya tercipta dari filosofi fauna yang ditakdirkan menjadi insan bersahaja, panggilannya kerap kali dikaitkan dengan keutuhan abadi bumantara. Dia Cendrawasih Amerta, siap dikenang sebagai pelampiasan atas duka hatimu yang lara.

'Tuk petualangan ini

Mari kita ketuk pintu yang sama

Membawa amin paling serius

Seluruh dunia

━━━━━━━━━━━━━━━━━━━

Cipratan air sungai arus tenang mengenai permukaan wajah sang pemeran utama. Ia berdecak sebal sebab teman-temannya memaksa dirinya untuk ikut serta healing menuju sebuah tempat wisata yang cukup jauh dari keramaian kota kelahirannya. Berbekal selembar baju untuk berganti, sebab objek wisata merupakan sebuah sungai yang cukup dalam dan tempat bersantai di tengah-tengah air menggenang. Hyunjin terus-terusan merengut, teman-temannya seolah sengaja membuatnya jengkel dengan menciprati wajahnya menggunakan air. Sehingga ia sedikit basah dan kembali berdecak saat temannya yang lain melompat ke sungai berputar-putar heboh menyebabkan air yang muncrat kemana-mana.

"Kalian bisa tenang dikit, gak sih?" keluh Hyunjin melempari teman-temannya dengan kuah pop mie yang sudah habis.

"Loh, kalau kita tenang, ngapain jauh-jauh jalan ke sini? Mending di rumah baca buku novel angst favoritmu itu!" seru Troye meledek.

"Jangan sekali-kali lo ngatain novel kesayangan gue! Biarpun karakter favorite gue metong, tapi seenggaknya yang ngasih buku itu punya arti di hidup gue!" gerutu Hyunjin berdecak kesal.

Troye mengedikkan bahu, kembali menaiki ban pelampung menjauhi isi kepala Hyunjin yang random.

"Terserah. Gue cuma mau ngingetin, kalau karakter tercinta lo itu cuma fiksi dan gak nyata! Seenggaknya gue sama temen-temen yang lain udah berusaha buat ngehibur lo dengan ngajakin lo healing di sini. Kalo lo mau terus-terusan galauin karakter fiksi, berarti lo gak menghargai usaha kita-kita."

Hyunjin terdiam, ia mendengus masih kepalang jengkel dan kesal. Sebenarnya, Hyunjin sangat menghargai usaha teman-temannya dalam membangkitkan semangat hidupnya yang sempat berada diawang-awang antara ada dan tiada karena sebuah masalah pekerjaan yang sempat terhambat. Tapi, ia juga kesal sebab dibawa menuju perairan yang menurutnya sangat merepotkan. Hyunjin benci basah-basahan lalu harus mengganti baju setelah selesai berenang. Ditambah lagi, Hyunjin payah dalam urusan olahraga renang karena ia memang tidak bisa berenang.

Sembari menggerutu was wes wos, Hyunjin tetap mencelupkan kakinya ke dalam air, mengambil pelampung demi menaikinya. Sebelum naik, ia sempat mengaitkan pelampung di sisi salah satu pondok di tengah arus sungai. Lantas mengambil minuman es blender yang tadi dibeli, Hyunjin memasang kacamata hitam, berniat bersantai memandangi langit terik.

Rambut pemuda itu cukup panjang, diikat sebagian dengan acak-acakan. Hyunjin menyeruput es dalam genggaman, pikirannya melalang buana tak tentu arah. Mungkin memikirkan sebuah imajinasi tentang karakter favorit dalam novel bergenre melodramatis yang ia sukai. Sayang, sudah mati.

Awan seolah tengah berarak mengikuti pergerakan arus sungai yang mulai deras. Hyunjin sedikit bangkit memperhatikan tali pelampungnya terlepas. Ia sungguhan panik. Ban pelampung terus melaju, tenggorokannya tercekat es batu yang tadi berusaha ia kunyah, tak bisa melolong demi meminta bantuan dari teman. Akhirnya Hyunjin pasrah, merebahkan kepalanya di atas ban seraya menutup mata. Berdoa dalam hati, semoga ia tidak di bawa ke alam lain.

hyunin Song Fict Festival 2023 #hiSFF23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang