Hwang Hyunjin as Harun Sejagad
Yang Jeongin as Joselin.━━━━━━━━━━━━━━━━━━━
Layu sebelum berkembang.
Jauh dari keramaian, terdapat sungai yang tenang. Setangkai teratai tumbuh mengapung diatas air yang tak mengalir. Kenangan indah yang terputar di kepala kini hanya sekedar angan tak sampai. Umpama kuncup bunga yang layu sebelum sempat menyapa alam semesta. Cintanya telah pergi meninggalkan duka ditengah damai hari benderang. Namun, algoritmanya tetap sama. Mendung yang melanda lantas berbanding terbalik dengan keadaan yang menimpa. Ia telah ditolak oleh cakrawala yang menaungi bumantara. Pun pada kehangatan bagaskara akan arunika fajar.
Hatiku hancur mengenang dikau...
Berkeping jadinya...
Alunan musik disiang hari yang amat terik menemani tiap langkah sang pemeran utama. Andai kata ia berkecukupan, tak mungkin kini terombang ambing oleh ayunan lapuk jagad raya. Bila peluh telah menitik pada pelipis, lantas semua orang tahu bahwasanya ia telah bekerja keras. Tekun akan tekad meski tak tahu jalan apa yang tengah ia tempuh hingga harus bersusah payah mengumpulkan pundi-pundi fulus.
Kini air mata, jatuh bercucuran...
Tiada lagi harapan...
Rinai hujan rasanya telah lama tak bersua, kelam hanya perumpamaan dari hatinya yang berisik oleh sebab tahta sang pujaan; kiranya antah berantah. Berjalan kaki mengelilingi perkotaan sudah menjadi makanan sehari-hari untuknya. Menjajakan dagangan yang tak seberapa, luntang-lantung mencari asa, pun lelehan air mata yang berusaha ditepis oleh tangan kasar akan kejamnya dunia.
Tiada seindah waktu itu...
Dunia berseri-seri...
Ia ingat sekali sewaktu masih menjadi borjuis ternama. Pada kala; masa di mana ia tak perlu berletih-letih. Hanya tinggal jentikkan jari tanpa harus hentakkan kaki. Nyaman dan aman. Namun hanya sekejab, sebelum semua luluh lantak oleh sebab ego dalam diri.
Malam bagai siang, seterang hatiku...
Penuh harapan padamu...
Harun Sejagad, seorang insan yang tertatih di tengah kesibukan ibu kota yang merangkak maju. Pelan, tapi pasti.
Sulit dijabarkan, namun akan lebih mustahil bila terlewatkan. Meskipun setiap moment yang terekam dalam ingatan, hanyalah fana yang nyaris ia genggam.
Pemuda usia awal 20an yang gemar mendaki gunung, Harun. Tepat sebulan yang lalu, ia bersama teman-temannya memutuskan pergi berlibur ke pegunungan di sebuah desa. Mereka mendaki hingga puncak, menemukan hal-hal unik bersama. Kala itu, tawa anak remaja masih mengalun bising layaknya jangkrik dikeheningan malam. Namun, tak berselang 5 jam begitu sampai di puncak, seorang pemuda lain bernama Edo memojokkan, memberinya pukulan telak sebab memperebutkan seorang gadis.
Harun tidak menyangka bahwa Edo akan tega mendorongnya hingga terjatuh ke dasar jurang. Dalam hati, Harun bersikeras bahwa Edo sama sekali tidak bermaksud membuatnya tamat. Hanya ketidaksengajaan ditengah kobaran amarah.
Malam yang seharusnya dingin, lantas berapi-api layaknya pertempuran antar negara memperebutkan suatu wilayah. Harusnya Harun mengalah, sebab persahabatan lebih penting, pun oleh seorang gadis yang sebenarnya tak pantas diperebutkan. Bukannya menengahi, ia malah asyik berbincang dengan pemuda lain.
Harun telah sampai di permukaan bumi, rasanya tidak sakit sama sekali. Seakan melayang, Harun menyentuh aspal yang ia pijaki. Pemuda tinggi nan tampan itu pikir, setelah terjatuh dari ketinggian 1090 kaki, maka nyawanya pasti akan melayang. Ia lantas berdoa kepada Tuhan jikalau kepergiannya dapat menyatukan kembali persahabatan, maka ia ikhlas, rela bila sang gadis diambil oleh sahabatnya, Edo.
KAMU SEDANG MEMBACA
hyunin Song Fict Festival 2023 #hiSFF23
FanfictionApa lagu yang kalian dengar hari ini? Apakah kalian berminat mengubah lagu yang kalian dengar menjadi untaian kata hingga membentuk sebuah cerita apik? Selamat datang dalam cerita yang berasal dari lagu-lagu yang mungkin kalian kenal. Siapkan sabuk...