‣‣‣ Heart Attack by Southerastern

269 25 16
                                    

Heart Attack-Hyunin



"YANG JEONGIN 12 IPS-3!!!"

Bagi siswa SMA Evator, mendengar guru BK memanggil nama Yang Jeongin dari kelas 12 IPS-3 bukan lagi hal baru. Tidak, bukan karena kenalakan remaja yang suka bolos, tawuran atau hal-hal diluar nalar seperti remaja nakal di cerita-cerita fiksi lainnya. Yang Jeongin dipanggil oleh guru BK sebab sifat ceroboh dan pelupanya. Entah lupa memakai sepatu hitam, lupa memakai dasi, lupa mengerjakan tugas, atau lupa memotong rambut. Yang Jeongin bukan seorang siswa yang terkenal atau diminati banyak orang. Ia bukan pemiliki tampang yang mempesona atau otak yang pintar. Yang Jeongin hanya remaja biasa yang malas belajar, malas merawat diri bahkan terkadang malas hidup. Oh, dan tentu saja Tuhan memberinya otak dori yang menjadi penyempurna hidupnya.

Jeongin di sana, di ruang BK yang menjadi tempat bersinggahnya setiap hari senin. Ia menunduk, mendengarkan omelan pedas dari guru BK-nya. Nyaris setengah jam dengan omelan yang sudah menjadi template guru tersebut. Pun dengan Jeongin, dia memiliki template yang sama ketika menghadapi guru BK-nya ini, yaitu dengan mengangguk dan mengiyakan, walau ia sendiri tak tahu apakah akan mengulangi atau tidak.

"Ya sudah, kamu boleh keluar," final Bu Desi; nama dari guru BK tersebut. Tapi sebelum Jeongin melangkah, Bu Desi memanggilnya, dengan telunjuk yang mengarah pada pemuda urakan tersebut pun mata bulat yang Jeongin lihat persis mirip dengan Susana. "Belajar yang benar! Saya nggak mau, ya, ketemu kamu mulu di ruang BK ini!"

Jeongin yang sudah sangat malas hanya mengangguk nurut dan pergi dari sana. Ia mengayun dua tungkainya menuju kelas yang begitu bising untuk segera meletakkan kepala di atas mejanya. Masih pagi, tapi dirinya sudah merasa sangat lelah. Begitu mata Jeongin terpejam, dari pintu sana, nampak seorang pemuda berparas manis berjalan riang dan duduk di sebelahnya.

Seungmin; nama pemuda itu, menatap sahabatnya sebentar lalu menyimpan tasnya di samping meja. "Masih pagi, lemes amat diliat-liat. Abis dipanggil si Desi, ya, lu?" tampaknya memang Seungmin sudah sangat khatam dengan kegiatan rutin seorang Yang Jeongin dipagi hari Senin. Sekalipun Jeongin tak menjawab, Seungmin tak peduli. Ia mengeluarkan sebungkus roti dari tas nya.

"Lu pasti belum sarapan, kan? Nih, gue bawa roti kesukaan lu."

Jeongin membuka matanya, ia menatap Seungmin, lalu bangun agar bisa duduk lebih tegap walau merasa lemas. Dirinya mengambil roti yang diberikan lalu memakannya. Seungmin mengecek notifikasi ponselnya sebentar, sebelum ia balas tatap Jeongin sambil meringis begitu melihat kondisi sahabatnya. Tangannya mengusak rambut lebat Jeongin dengan pelan.

"Lu kapan sih rawat diri lu, Je? Sesekali pake skincare atau pake baju yang bagusan dikit kek?" tanya Seungmin gemas. Ia akan selalu bertanya seperti ini walaupun jawaban Jeongin tidak akan jauh dari,

"Males ah, buang-buang duit. Mending beli buat makan."

"Alah apaan skincare, gue cowok. Ngapain cowok pake skincare?"

"Baju gue perasaan udah bagus, dah. Emang ada yang salah gitu? Pake baju ngetat kayak punya lu itu bikin pengap."

"Njir, rambut gondrong gini cakep tau. Lu jangan kayak si Desi, dah. Kagak ngerti trend."

Jawaban-jawaban di atas jelas buat pemuda Kim itu hanya bisa menghela nafas berat. Sebelum jam Pelajaran dimulai, Jeongin siapkan telinga untuk mendengarkan celotehan -yang menurutnya tak berguna- Seungmin mengenai pacarnya. Seungmin dan kisah cinta beserta kehidupannya yang tiada henti seakan menjadi satu-satunya jalan Jeongin mengenal dunia luar. Siapa sangka, jika Jeongin adalah manusia ternolep yang keluar rumah jika ada urusan yang sangat penting seperti sekolah.

hyunin Song Fict Festival 2023 #hiSFF23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang