=͟͟͞ ♡̩͙ Unconditionally by Vanjinhyuk

240 20 15
                                    

Unconditionally - sebuah epilog dari kisah yang belum selesai


Waktu berlalu lebih cepat dari yang ia kira. Kini Jeongin sudah resmi menjadi mahasiswa yang berprinsip, nilai gimana nanti, yang penting gak ngulang matkul! Alias semester lima. Kehidupan kuliah Jeongin setidaknya ada yang berbeda dengan masa SMA, meskipun ia merasa stress menjalani dunia perkuliahannya, namun Jeongin merasakan kesenangan juga. Ia sudah mulai aktif di beragam UKM dan kepanitiaan sejak semester 2 bahkan sudah mulai ikut organisasi sejak semester 2. Jeongin bukan mahasiswa yang aktif di kelas, ia hanya akan berbicara atau bertanya seadanya.


"Je! Ada titipan."

"Lagi?"

Tapi ada satu hal yang buat Jeongin penasaran. Hampir setahun ini ia sering menerima beragam titipan entah dalam bentuk hadiah atau makanan. Dan semua titipan itu disampaikan melalui Lee Felix seorang. Jeongin berkali-kali bertanya kenapa dan dari siapa hadiah-hadiah ini berasal? Dan felix hanya akan menjawab jika ia tidak tahu dan hanya melaksanakan tugas saja, lumayan katanya, ia bisa dapat uang jajan tambahan, yang tentunya buat Jeongin menggeleng tak percaya. Jika di hari-hari sebelumnya Felix hanya akan menyampaikan semangat, maka kali ini Felix menambahkan kalimat lain dari si pengirim.


"Dia harus pergi untuk beberapa waktu, katanya mau ngelakuin hal penting, jadi aku cuma disuruh buat jagain kamu dan kalau kamu mau jajan, nanti bilang ke aku karena dia nitipin uang buat nraktir kamu."


Sekalipun ia aslinya penasaran dengan sosok yang selalu mengirimnya hadiah ini, tapi Jeongin tak sampai mencaritahu lebih dalam tanpa seizin sosok di baliknya ini. Normalnya manusia mungkin akan mencaritahu sendiri, tapi Jeongin memilih untuk tidak menjadi bagian dari mereka, sebab ia tahu jika nanti semesta memberinya kesempatan untuk tahu siapa pengirimnya, ia akan tahu.


"Hi?"


Atau mungkin kata nanti itu malah berganti menjadi sekarang?


Jeongin akui hari ini cukup chaos dan menguras energinya sebab dosen tiba-tiba memberinya quiz dan menunjuknya untuk presentasi tanpa persiapan yang matang. Belum lagi ia harus menghadapi orang-orang organisasi yang menanyakan perihal kesediaannya untuk membantu menyiapkan acara dan adik-adik tingkat yang bertanya perihal mata kuliah. Benar-benar diluar kendalinya. Perasaan Jeongin rasanya sudah tak berenergi dan hanya ingin cepat pulang meskipun nanti harus kembali menatap laptop dan mengerjakna tugas, setidaknya biarkan Jeongin beristirahat dari keramaian.


Tapi segala niat dan perasaannya tiba-tiba urung saat dirinya sampai di lobi gedung fakultas dan menyadari jika seseorang memanggil namanya untuk berbincang. Mata Jeongin yang minus membuatnya sedikit lamban dan harus memakai kacamata terlebih dahulu, dan begitu jarak kian dekat beserta kacamata yang sudah bertengger apik di batang hidungnya.


Dunia seakan berhenti sejenak, jantung Jeongin rasanya akan copot saat ini juga. Jeongin membeku di tempat sambil menatap tak percaya sosok di hadapannya. Di sana, dalam radius 5 meter di hadapannya, terdapat Hwang Hyunjin tengah berdiri.


Hwang Hyunjin, Pria yang berhasil memporak-porandakan hatinya sehingga membuat Jeongin berubah, dan bisa memiliki tujuan hidup sekaligus membuatnya patah hati sejak nyari tiga tahun lalu. Hwang Hyunjin, sosok kakak lain yang selalu Maria sukai hingga sekarang. Hwang Hyunjin, Pria yang Jeongin kira sudah ia lupakan namun nyatanya yang menjadi alasan ia menolak banyak Pria dan Wanita untuk berkencan.


Hwang Hyunjin, kini Pria itu tengah berdiri dan berjalan mendekat ke arahnya dengan sebuah bucket bunga mawar merah dan sebuah paper bag di tangannya. Jeongin sedikit mundur karena terkejut dan Hyunjin segera menarik lengannya agar mereka tidak menjauh.

hyunin Song Fict Festival 2023 #hiSFF23Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang