"Aish, dinginnya." Hyunjin menggerutu seraya mengeratkan parkanya. Sekarang pemuda Hwang ini sedikit menyesal menerima tawaran Sanha untuk mengikuti blind date dengan salah satu adik tingkatnya. Harusnya sekarang ia masih bergelung dibalik selimut dan menghangatkan diri dari angin musim gugur Vancouver yang menusuk tulang.
Terlalu sibuk mengoceh sendiri, Hyunjin tidak menyadari seseorang berjalan mendekat. "Permisi."
Hyunjin terlonjak kaget dan hampir menjatuhkan ponsel di pangkuannya. Ia segera menoleh dan melihat seorang pemuda manis dengan sweater putih dan celana jeans hitam tersenyum canggung ke arahnya.
"Ha-halo.."
"Halo."
"Kak Hyunjin, kan?"
"Err.. Iya benar. Kau Jeongin kan?"
"Heum, benar. Syukurlah, aku takut salah menyapa orang." Pemuda manis itu duduk di kursi sebelah Hyunjin dan mengeluarkan sesuatu dari paper bag. "Maaf kak aku datang sedikit terlambat, tadi aku membeli ini dulu." Jeongin mengulurkan satu cup coklat panas yang diterima Hyunjin dengan senang hati. "Thanks."
Coklat panas sudah habis dalam waktu singkat namun mereka masih duduk di kursi menikmati suasana pagi Stanley Park. Hyunjin yang pertama beranjak. Setelah membuang cup, ia melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya. Sudah pukul 10 tepat. "Jeongin. Mau jalan sekarang?"
Jeongin mengangguk, "Eum, ayo."
Mereka berdua berjalan menuju parkiran dengan cepat. Hyunjin segera membuka pintu passenger seat dan mempersilahkan Jeongin masuk. "Terima kasih kak."
"No problem." Balas Hyunjin lalu bergegas memasuki mobil.
••• ••• ••• ••• •••
Suara mesin penghangat mengisi keheningan di mobil. Hyunjin fokus mengemudi sementara Jeongin memilih memperhatikan pemandangan di luar kaca. Pemandangan yang sangat berbeda dari yang biasa ia lihat di Toronto. Diam-diam, Hyunjin mencuri pandang ke arah Jeongin. Ia yang tidak tahan dengan suasana hening memutuskan untuk membuka percakapan.
"Sanha bilang kau mengambil jurusan fashion design di TMU ya?"
"Eh, i-iya kak."
"Sudah pernah pakai jenis bahan apa aja?"
"Banyak kak, terutama yang umum dipakai. Yang paling baru aku membuat seragam sekolah dari bahan drill."
"Wah, hebat. Kebetulan aku punya kenalan yang menjual jenis-jenis kain di Robson Street kalau kau ingin mencari material. Mungkin tidak sebanyak di Toronto tapi aku bisa bilang kualitasnya tidak kalah bagus."
"Really?! Selama 4 semester ini aku belum pernah membeli bahan secara langsung kak, aku selalu membeli secara online atau disediakan dari kampus."
"Akan aku antar kesana lain kali."
Jeongin mengangguk antusias, poninya ikut bergerak naik turun membuat Hyunjin menahan gemas. "Heum, janji ya! Kalau kak Hyunjin bagaimana? Kak Sanha tidak cerita apa-apa tentang kakak."
"Serius? Benar-benar Sanha itu." Hyunjin menggelengkan kepala, "Aku berkuliah di ECU jurusan visual art."
"ECU? Emily Carr University? Woah, aku dengar persentase diterimanya kecil ya?"
"Hm, syarat daftarnya harus membuat portofolio minimal 6 tema lukisan untuk jurusan visual art."
"Hebat! Kalau aku jadi kakak mungkin sudah kewalahan membuat lukisan sebanyak itu."
Hyunjin tertawa kecil, "Tidak juga. Kalau kamu saat daftar bagaimana? Ada tes tertentu?"
"Ada! Aku ingat waktu itu disediakan beberapa jenis kain dan harus bisa menebak nama dan terbuat dari apa. Aku hampir salah saat menebak baby canvas dan linen padahal perbedaannya jelas dari bahan pembuatannya. Sepertinya karena aku gugup, habis pengujinya terlihat galak-galak."
KAMU SEDANG MEMBACA
hyunin Song Fict Festival 2023 #hiSFF23
Fiksi PenggemarApa lagu yang kalian dengar hari ini? Apakah kalian berminat mengubah lagu yang kalian dengar menjadi untaian kata hingga membentuk sebuah cerita apik? Selamat datang dalam cerita yang berasal dari lagu-lagu yang mungkin kalian kenal. Siapkan sabuk...