Semua Aku Dirayakan
Pagi ini Jeongin bangun telat, benar-benar telat sehingga ia tidak bisa menyiapkan sarapan sama sekali. Tungkai panjangnya bergegas dengan cepat untuk turun ke dapur, setidaknya masih ada waktu untuk menyiapkan roti untung sang terkasih, Hyunjin.
"Hei sayang, selamat pagi. Sini duduk, aku udah siapin sarapan buat kita." Itu Hyunjin, pacar sekaligus tunangan sekaligus calon suaminya kelak. Jeongin sedikit tercengang melihat dua piring nasi goreng di meja makan dengan senyuman Hyunjin yang mengembang.
"Ini kakak yang bikin? Astaga seharusnya tugas aku buat bikin sarapan, maaf ya aku telat bangun. Maaf aku-"
"Sstt, udah. Kita makan oke? Ini bukan tugas kamu aja, ini juga tugas aku sebagai pasangan. Kita harus saling melengkapi bukan?" Rasa hangat pada pipi serta hatinya menguar. Ia lagi-lagi jatuh cinta pada Hyunjin secara berulang kali.
Keduanya sarapan dengan sesekali diiringi dengan obrolan singkat. Setelah selesai, keduanya berangkat secara bersamaan. Hyunjin akan selalu mengantarnya sampai tempatnya bekerja tanpa ada protes sama sekali.
"Kakak hati-hati di jalan ya, jangan ngebut-ngebut. Pulang dari ngajar nanti aku usahain buat dateng ke kantor kamu ya, kita makan siang sama-sama."
"Iya sayang, semangat ngajarnya pak guru."
Tawa keduanya melantun, menemani pagi keduanya dengan baik. Hyunjin kembali menjalankan mobilnya dan Jeongin masuk dalam gedung khusus Taman Kanak-kanak. Iya benar, Jeongin bekerja menjadi guru anak TK.
***
Teriknya matahari menyinari bumi menandakan hari sudah siang. Jeongin telah selesai dengan kelasnya dan tengah bersiap untuk ke kantor Hyunjin.
Tungkai panjangnya bergerak menuju halte bus yang cukup dekat dari tempatnya mengajar, tak lupa sesekali ia bersenandung dengan lompatan kecil. Jika saja Hyunjin disini, aku yakin pipi Jeongin telah merah karena telapak tangan Hyunjin yang mengunyel pipinya gemas.
Bagaimana tidak gemas jika bertemu dengan Jeongin? Aku yakin kalian pun sama gemasnya dengan Hyunjin.
Bus yang ia tunggu pun datang. Dengan cepat ia menaikinya dan duduk pada kursi yang kosong. Sejujurnya ia sedikit lelah dengan beberapa muridnya yang cukup bandel. Untung ia sudah belajar sabar dari Hyunjin, kalau dari kakaknya, Minho, wah habis sudah langsung dikeluarkan.
Beberapa menit kemudian tempat tujuannya telah sampai. Ia kembali bergerak turun dan berjalan menuju kantor Hyunjin. Ia kembali menghela nafas, ingatannya pada kantor ini membuatnya cukup malas untuk kembali lagi. Mau tidak mau ia harus masuk karena sudah berjanji dengan Hyunjin, bukan?
Dengan lemas ia memasuki gedung yang telah menjulang tinggi di hadapannya. Dengan senyuman terpatri Jeongin berikan kepada resepsionis, sedikit familiar dengan wajahnya.
"Halo selamat siang, ada yang bisa dibantu?"
"Saya mau bertemu dengan Pak Hyunjin, kalau boleh tau lantai berapa ya?" Sejujurnya ia hanya berbasa-basi menanyakan tempat Hyunjin dimana, karena ia sudah hafal setiap kegiatan Hyunjin dalam ceritanya sehari-hari.
"Ah, apa benar dengan Pak Jeongin? Kalau iya silahkan naik langsung ke lantai 20, belok kiri dari keluarnya lift. Nanti akan ada rekan saya juga yang mengarahkan."
Jeongin mengangguk, tak lupa mengucapkan terima kasih sebelum ia pergi. Ia bernafas lega karena tidak terjadi hal buruk saat ia masuk. Tidak, mereka tidak mengenal Jeongin bukan karena Hyunjin tidak memamerkannya, melainkan Jeongin sendiri yang memintanya. Setidaknya ia tidak diperlakukan secara amat sangat spesial setiap dia datang.
![](https://img.wattpad.com/cover/355666838-288-k985935.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
hyunin Song Fict Festival 2023 #hiSFF23
FanfictionApa lagu yang kalian dengar hari ini? Apakah kalian berminat mengubah lagu yang kalian dengar menjadi untaian kata hingga membentuk sebuah cerita apik? Selamat datang dalam cerita yang berasal dari lagu-lagu yang mungkin kalian kenal. Siapkan sabuk...