O1. Kembali

13.7K 749 26
                                    

Lingga duduk di halte bus bersama beberapa orang, matanya membulat, tak percaya dengan apa yang dilihatnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lingga duduk di halte bus bersama beberapa orang, matanya membulat, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Suasana di sekitarnya terasa asing, namun anehnya, ada nuansa yang begitu familiar. Deretan mobil mewah melintas di hadapannya, derap langkah kaki orang-orang yang tergesa-gesa terdengar jelas di telinganya, dan hiruk pikuk kota yang dulu pernah ia kenal kini kembali menghantui benaknya.

Dia menarik napas panjang, berusaha meredam kepanikan yang mulai merayapi dadanya.

"Ini... ini nyata?" gumamnya pelan, nyaris tak terdengar. Ada sesuatu yang tertahan di kerongkongannya, sebuah perasaan yang tak mampu ia ungkapkan dengan kata-kata.

Tidak mungkin. Setelah semua yang ia lalui, setelah perjuangan panjang dan pengorbanan yang tak terhitung jumlahnya, mengapa sekarang? Mengapa ia kembali ke sini? Ke masa lalu yang seharusnya sudah terkubur rapat dalam sejarah hidupnya.

Lingga menyeka keringat dingin yang membasahi dahinya. Apa yang harus aku lakukan sekarang? pikirnya panik.

Mungkinkah ini kesempatan kedua... atau justru sebuah kutukan?

Tiba-tiba, seorang pria tua yang duduk di sebelahnya mengalihkan perhatiannya. Pandangannya penuh keprihatinan, seolah bisa melihat kegelisahan yang tak mampu disembunyikan Lingga.

"Kamu baik-baik saja, Nak?" tanya pria itu lembut, suaranya penuh kekhawatiran yang membuat Lingga semakin gugup.

Lingga hanya bisa mengangguk pelan, kata-kata tak kunjung keluar dari mulutnya.

"Saya... saya baik-baik saja," jawabnya akhirnya, meski jauh di lubuk hatinya, ia tahu itu tidak benar. Ada kekosongan yang tak terjelaskan, sebuah kehampaan yang membuatnya merasa sangat jauh dari kata 'baik-baik saja.'

Dengan tubuh yang masih limbung, Lingga bangkit dari duduknya dan melangkah pergi. Langkah kakinya membawanya menuju sebuah taman kecil yang sepi. Di sana, ia duduk di atas bangku kayu yang tampak rapuh, menatap lurus ke depan dengan pandangan kosong.

"Kenapa aku kembali ke sini?" desahnya, frustrasi mewarnai suaranya. "Apa ini sebuah ujian... atau hukuman?"

Keheningan taman menjawab dengan sunyi. Pertanyaannya menggantung di udara, menunggu jawaban yang mungkin tidak akan pernah datang.

Saat Lingga melamun, pikirannya penuh dengan kebingungan tentang apa yang sedang terjadi. Namun, lamunannya terpecah ketika ia melihat beberapa anak berseragam sekolah yang sangat ia kenal sedang berpacaran di tepi danau.

"Itu... kayak baju sekolah gue," gumamnya, lalu tiba-tiba matanya membulat, terbelalak oleh kenyataan yang baru saja ia sadari.

Second Change Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang