06. Lucu

6.8K 572 18
                                    

Abizar mendengus kesal, menghentakkan kakinya, lalu berjalan keluar kelas, diikuti oleh Delvin yang masih terkekeh

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Abizar mendengus kesal, menghentakkan kakinya, lalu berjalan keluar kelas, diikuti oleh Delvin yang masih terkekeh.

Sementara itu, murid-murid lain yang masih ada di kelas hanya mengamati drama picisan itu dengan wajah sinis sebelum akhirnya kembalisibuk dengan urusan masing-masing.

Sementara itu, murid-murid lain yang masih ada di kelas hanya mengamati drama picisan itu dengan wajah sinis sebelum akhirnya kembalisibuk dengan urusan masing-masing

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lingga dan Jazziel tiba di kantin, tempat itu penuh sesak, seperti yang sudah diduga. Di sekolah ini, jarang sekali murid yang membawa bekal sendiri, jadi tak heran jika kantin selalu ramai.

“Rame banget… Makan di kelas aja ya?” pinta Jazziel dengan suara pelan sambil melirik ke arah Lingga yang ada di sebelahnya.

Lingga menoleh, menatap Jazziel sejenak, lalu menggeleng sambil tersenyum tipis. Tanpa banyak bicara, dia menarik tangan Jazziel menuju meja kosong di tengah kantin.

“Nah, disini ada meja kosong,” ucap Lingga, begitu mereka duduk.

Jazziel menelan ludah, tangannya mulai berkeringat dingin. Duduk di tempat ramai seperti ini membuatnya sangat gugup, apalagi dia bukan tipe murid populer seperti Lingga. Di tengah banyak mata yang seakan mengawasinya, Jazziel merasa gemetar.

“Tapi aku—” ucapannya terpotong ketika Lingga dengan lembut mengelus kepalanya.

“Biasain, ya? Ke depannya lo bakal sering begini. Gue mau beli makanan dulu,” kata Lingga sambil terkekeh pelan, lalu berdiri.

Jazziel menatapnya bingung, memiringkan kepalanya sedikit, mencoba memahami maksud dari ucapan Lingga. Namun, beberapa detik kemudian, kesadaran menghantamnya. Wajahnya langsung memerah.

“Lingga!” batinnya berteriak, pipinya semakin merah. Jazziel buru-buru menepuk pipinya sendiri, mencoba meredakan semburat merah yang tiba-tiba muncul.

Jazziel baru saja menikmati sensasi kupu-kupu berterbangan di perutnya ketika tiba-tiba seseorang datang mengganggu.

“Bisa pindah? Kita mau duduk di sini,” ucap seseorang dengan nada datar. Orang itu tak lain adalah Delvin.

Second Change Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang