"Sebuah masa lalu yang kelam"
°°°°
"Mama!" seorang anak kecil berumur lima tahun itu berlari cepat mengejar seorang wanita yang ia panggil mama. Air matanya terus mengalir di pipi dengan tangannya yang sejak tadi menggenggam sebuah kapal kertas hasil buatannya sendiri.
"Mama!" panggilnya lagi tapi wanita itu seakan sengaja menulikan telinganya sembari terus berjalan menarik kopernya, menjauh dari anak itu.
"Mama jangan tinggalin Bintang, Ma!"
"Mama, Bintang gak mau sendiri."
"Bintang gak mau ditinggalin mama."
"Bintang ikut, Ma!"
Anak kecil itu terus berteriak sembari terus berlari mengejar seorang wanita paruh baya yang di ketahui mamanya. Ia tak mau mamanya pergi dari hidupnya. Ia tak ingin sendiri, hanya mamanya yang ia punya. Papa? Papanya jahat, ia tak ingin hidup bersama papanya yang penuh dengan kekejamannya.
Akhirnya wanita itu berhenti. Dadanya terasa sesak mendengar teriakan anak kesayangannya itu. Sangat sakit mendengar tangisan anaknya. Jujur, ini berat tapi takdir berkata lain. Ia tak bisa hidup bersama dengan anaknya lagi, apalagi dengan suaminya.
Wanita itu berbalik menatap sang anak lalu berjongkok. Tangannya terbuka lebar mempersilahkan Bintang masuk ke dalam pelukannya. Tak tunggu lama, anak kecil nan imut itu langsung berhambur pelukan dengan mamanya.
Laura, wanita cantik dan anggun itu, mengusap rambut anaknya dengan lembut. Air matanya keluar begitu saja tanpa di perintah. Padahal ia berjanji tidak akan menangis di depan Bintang tapi ia sudah tak tahan. Dia tak sanggup berpisah dengan putra sulungnya. Sudah lama kisah yang ia lewati dengan Bintang tapi mengapa semua berakhir seperti ini?
"Anak mama jangan sedih, yah. Kan Bintang kuat," ucap Laura yang sedang menenangkan anaknya.
Bintang sontak menggeleng kuat. "Bintang gak kuat kalau mama pergi. Bintang gak bisa kalau mama pergi," jawabnya yang masih berada di pelukan mamanya. Pesawat kecil yang berada di genggamannya itu sudah menjadi sebuah gulungan karena sejak tadi ia genggam.
Laura menahan isakan dan air matanya. Tangannya yang bergetar terus mengusap punggung anaknya yang sama dengannya. Bergetar hebat.
"Siapa bilang kalau mama pergi? Mama gak pernah bilang kok. Mama cuma mau pergi sebentar karena mau cari uang buat anak mama. Mama gak kuat lihat anak mama sedih karena gak pernah beli peralatan sekolah. Mama gak mau lihat Bintang sedih karena di ejek sama teman-temannya Bintang," jelasnya sambil tersenyum manis. Laura terus terusan menyalahkan dirinya sendiri karena ia sudah berniat untuk pergi meninggalkan anak kesayangannya ini.
Bintang tetap menggeleng kuat. "Bintang gak mau pisah sama mama. Mama gak usah pergi kerja. Bintang gapapa kok kalau Bintang di ejek sama teman-teman Bintang. Bintang gak sedih kok, Bintang kan kuat, mama."
Sudahlah, Laura tidak bisa lagi menahan air matanya di depan Bintang. Suara tangisan pun pecah dengan isakan tangis yang kencang. Bahunya bergetar, Bintang kecil bisa melihatnya dengan jelas. Laura menunduk dengan tangisan yang belum meredam. Ya tuhan, mengapa semua ini terjadi?
KAMU SEDANG MEMBACA
Dia Bintang
Teen FictionSederhana tapi menyedihkan. Kisah seorang pemuda bernama Bintang yang selalu menyembunyikan lukanya kepada semua orang. Hidup di lingkaran orang orang jahat sudah terbiasa baginya. Di sakiti, di hina dan di caci maki selalu ia dapatkan dari orang or...