2

13 2 0
                                    

"Untuk apa harta berlimpah? Tidak ada harganya kecuali kasih sayang dari orang tua. Tapi..."

~Bintang Sagara~

°°°°

Langit sore sudah menampakkan dirinya. Terlihat mendung sepertinya sebentar lagi akan hujan.

Hujan? Melihat hujan, rasanya Bintang sangat merindukan sosok ibu yang terus bersamanya dulu. Bintang mengingat di mana Laura, Mamanya pergi meninggalkannya. Mengingat hari itu adalah hari terakhir Mamanya menatapnya, tersenyum ke arahnya dan memeluknya. Dan... Semua itu tidak ada lagi. Seseorang yang sangat ia sayangi kini tidak menampakkan diri lagi, bak di telan bumi.

"Bintang kangen, Ma..." lirihnya yang sedang berdiri di pembatas depan kelasnya.

"Gak balik lo, Bin?" pertanyaan itu berasal dari Razi yang baru saja keluar dari kelasnya. Mereka berdua sedang menunggu hujan reda hanya di atas kelas saja. Karena jika di bawa banyak orang yang berdesak desakan. Apalagi Bintang tak ingin menjadi pusat perhatian mereka semua. Karena Bintang tahu akan seperti itu.

"Masih hujan," jawab Bintang singkat.

"Kemarin lo gimana? Di hukum?" tanya Razi tiba tiba.

Bintang yang mengerti pun paham. "Hmm."

"Rio gimana? Dia gak nunggu lo di jalan kan?"

Bintang tetap menggeleng. "Gak."

"Bin."

"Hm?"

"Gue kesel sama Zigar. Dia udah tiga minggu di kampungnya dan gak balik-balik. Gak kangen apa sama kita?" Razi menggerutu kesal ketika mengingat salah satu sahabatnya pergi berlibur ke kampung 1 minggu yang lalu.

"Gak ada komen lo?" tanyanya kepada Bintang karena sejak tadi Bintang hanya diam menatap langit mendung.

"Namanya juga dia kangen sama neneknya, Zi. Lo jangan kayak gitulah," jawabnya.

"Tapi lama banget anjir, gue udah karatan nungguinnya."

Bintang tersenyum kecil. "Lo berdua kayak homo aja," katanya membuat Razi melotot. Enak saja dirinya di katain homo. Dia masih waras.

"Enak aja lo. Lo kira gue belok kanan kiri, ngadi ngadi lo kalau ngomong, Bin. Minta di tampol lo yah?"

Zigar Delvano, sahabat mereka yang paling jahil. Sifatnya 11/12 dengan Razi yang nakalnya di luar nalar.

Keduanya pun sama sama terdiam sampai hujan berhenti, mereka pun keluar dari sana dan pergi meninggalkan sekolah.

Permasalahannya kemarin dengan Rio sudah kelar. Tak ada yang di perpanjangkan lagi. Bintang dan Rio hanya di hukum membersihkan toilet yang berada di ruang guru dan kantor. Pertengkaran mereka di mulai oleh Rio. Cowok itu mengejek Bintang bahwa Bintang tidak memiliki seorang ibu. Bintang sendiri dan Bintang adalah anak malang. Itulah yang di katakan Rio. Menjelek jelekkan Mamanya di depan orang orang dan pastinya Bintang tidak tinggal diam.

Lelaki itu menemukan Rio di gudang belakang sekolah dan  menghajar Rio dengan brutal sehingga membuat lelaki itu tak sadarkan diri. Sialnya, ada yang melihat aksinya dan merekam kejadian itu. Dan sampailah rekaman itu di tangan Papanya berakhir dia yang kena imbas.

Saat ini, Bintang tak langsung pulang kerumah, melainkan ia pergi ke suatu tempat yang menurutnya bisa mengurangi rindunya.

Tk Tadika Mesra

Dia Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang