17

5 1 0
                                    

"WOI HANDUK GUE BANGSAT!"

"AMBIL AJA SENDIRI, HAHAHA! NJIRRR. TERNYATA LO PUNYA BATANG KEREN JUGA YAH."

"LANGITTTTT!"

Akhirnya Langit memberikan handuk itu kepada Bintang. Ia masih terkekeh geli ketika melihat pemandangan di depannya. Sedangkan Bintang, cowok itu sudah menutup bagian bawahnya dengan handuk.

"Lumayan tuh lo buat debay nanti, Bin. Pasti langsung jadi," ucap Langit sedikit terkekeh.

Dengan wajah kesal, Bintang melemparkan sebuah kartu atm kearah Langit. "Diem lo. Tuh, pake."

Langit sempat melongo tak percaya. Ia menatap kartu dan Bintang secara bergantian. "I-ini maksudnya?"

"Bayar uang taruhan lo. Gue gak mau lo bonyok lagi karena gak bisa bayar," ujarnya sembari menyisir rambutnya di depan kaca.

"Ck!" decaknya. "Gue gak mau. Gue bisa bayar sendiri. Lo simpan aja duit lo," tolaknya kemudian menaruh kartu itu di atas meja belajar Bintang.

Menghela nafas gusar, Bintang menatapnya. "Pake aja Lang. Lo bayar gak bakalan habis kok uang di kartu gue."

"Tapi uang itu hasil tabungan lo, Bin. Gak mungkin gue gunain. Udahlah! Gue bisa sendiri," kekeuh Langit kemudian keluar dari kamar. Saat ini moodnya jadi hancur gara gara Bintang.

••••

"Bintanggggg!"

Suara cempreng itu lagi. Bintang menoleh malas dengan tangannya yang memegang sebuah buku paket fisika dan kimia.

"Bintang dapat nilai berapa pas ujian Bahasa Indonesia tadi?" tanya Bulan sambil mengemut gula gula.

"Seratus."

"Hah?!" kagetnya kemudian mengerucut. "Iii, tinggi banget sih. Kenapa sih Bintang pintar banget."

"Emang lo dapat berapa?"

"78," jawabnya dengan wajah lesu. Gula gula yang sejak tadi ia emut jatuh tanpa ia sadari.

Bintang memungut gula gula itu kemudian membuangnya di tong sampah. "Tingkatkan. Gue tau lo bisa," ucapnya dengan nada pelan.

"Ajarin dong ommm!"

Matanya melotot. "Di ajarin siapa lo?"

"Razi sama Zigar!"

Kebetulan sekali kedua manusia yang di sebut Bulan tadi lewat. Mereka berdua menoleh sambil berkerut heran. "Napa nyebut nama kita Bonit?"

"Yah! Mereka yang ngajarin Bulan bilang om om gitu. Mereka juga bilang kalau pacaran sama om om itu dapat duit," ucap Bulan polos.

"Anyinglah! Sialan tuh Bonit. Malah ngadu segala," Razi meneguk salivanya susah saat matanya bertemu mata elang milik Bintang.

"Lari gak nih?" Zigar pun sama. Walaupun lelaki itu memiliki kekuatan dan sangat kuat tapi ia tak bisa menyaingi Bintang. Dia tahu Bintang itu tidak pernah berkelahi tapi sekalinya adu jotos, lawan langsung sdett.

"Lari anying lari!" keduanya berlari terbirit birit menuju kelas. Sedangkan Bulan berteriak menyeru nama keduanya.

"Huuuuu! Razi sama Zigar takut kan sama Bulan?!!"

Dia Bintang Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang